(Narasi oleh : Ahmad Saeful dan Zulfikar Maulana)

Menurut Pakde Ndori, penggiat kesenian kubro Siswo Mudo. Kisahnya adalah tentang kuda dari Pangeran Diponegoro yang menyusuri pegunungan Menoreh dan bertemu Kyai Garan (pendiri Desa Bigaran). Ketika akan
berangkat, kudanya di-seblak (cambuk) oleh Kyai Garan dengan rumput sehingga berlari kencang hingga bisa
sehat kembali dan dapat melanjutkan perjalanannya. Begitulah cerita yang diterangkan oleh Pakde Ndori.
Kesenian kubro dan kudanya telah menjadi kesenian yang terkenal hingga pernah pentas di beberapa daerah
lain, seperti Lamongan dan Bali.

Narasi

Pada hari Kamis 26 Agustus 2021 waktu menunjukan jam 15:15, Saya dan Zulfikar datang ke Dusun Sumberjo, Desa Bigaran, Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang, kami penasaran dengan cerita jaran/kuda buatan berbentuk menyerupai kuda asli yang terbuat dari beberapa jenis pahatan kayu, karpet dan rambut asli kuda.

Kubro “Siswo Mudo”

Kami pun bertemu beberapa narasumber, salah satunya adalah Pak Trubus yang berusia 65 tahun,  beliau adalah pendiri kesenian kubro yang bernama “Siswo Mudo” sejak tahun 1981.  Kesenian kubro tersebut sudah beberapa kali bangun tidur. Awal mula berdiri pada tahun 1981 yang mengajar tari adalah seseorang yang di datangkan dari Dusun Bungo, Desa Adikarto, Kecamatan Muntilan namun hanya bertahan selama dua tahun. Di tahun 1984 di uri-uri kembali namun juga hanya bertahan dua tahun saja. vacumlah hingga lebih dari satu dekade.

Tahun 2001 Kesenian kubro di uri-uri kembali namun yang mengajar tari di datangkan dari daerah Borobudur yaitu Pak Lukman, Pak Lukman merupakan pegiat budaya se kecamatan Borobudur. berawal dari situlah kubro mulai berkembang. Kubro yang akhirnya bisa mengisi acara di Taman Wisata Borobudur (TWC) untuk menyambut tamu wisatawan dari manca negara.

Kyai Garan & Pangeran Diponegoro

Menurut Pak Ndori berusia 57 tahun, agar kesenian kubro menjadi lebih menarik maka dituntut untuk diberi sinopsis atau cerita singkat yang ada Desa Bigaran, maka dibuatlah Jaran Palsu Pangeran Diponegoro. Sinopsis tersebut adalah menceritakan bagaimana dulu perjalan Pangeran Diponegoro menyusuri Gunung Menoreh, yang meliputi wilayah Serut, Bigaran, Kenalan hingga sampai ke ujung Salaman,Wonosobo. Saat mulai menaiki Gunung Menoreh yang diawali dari Gunung serut kuda berjalan dengan lambat karena sudah jalan jauh melewati bermacam medan, kemudian sampailah di Desa Bigaran bertemu dengan Kyai Garan (Cikal bakal nama Desa) Pangeran Diponegoro disambut dan disuruh untuk istirahat sejenak bersama kudanya, Kuda dililitkan sebuah pohon. Setelah merasa cukup istirahat Pangeran Diponegoro izin untuk melanjutkan perjalan menuju arah Salaman, kuda pun di seblak oleh Kyai Garan menggunakan rerumputan yang akhirnya kuda bergas dan berlari kuat serta kencang. Begitulah sinopsis yang di terangkan oleh Pakde Ndori. Kubro dan Kudanya tersebut akhirnya bias terkenal dan melalang buana ke nusantara bahkan sudah sampai ke wilayah Jakarta dan Bali Indonesia .

Waktu itu saya datang langsung menuju ke tempat jaran tersebut diletakkan, disitulah saya bertemu dengan Pak Kusrin (50 tahun). Saya langsung menanyakan sejarah kuda tersebut. Lek saya memanggilnya

“Nek sejarahe jaran iki biyen pie to lik ??”

“Wah nek jaran kuwi yo biyen sok ngenani uwong barang …” Jawab Pak Kusrin, dengan muka sedikit panik

Slametan Kepala Kuda

Maksud kata “mengenai uwongjin/makhluk halus penghuni kuda sering mengganggu manusia. Mengapa kuda tersebut sampai bisa dihuni makhluk seperti itu , karena dulu waktu membuat juga tidak sembarangan. Dulu setelah membuat rangkaian tubuh kuda selesai langsung dibuatkan slametan, slametan yang dimaksud adalah sebagai bentuk syukur dan berdo’a semoga dengan adanya kuda tersebut kesenian kubro bisa lebih awet, jaya dan ramai penonton. Kepalanya kuda yg di pesan dari salah satu pengrajin kayu di beli waktu itu dengan harga Rp 600.000 namun pengrajin memberikan harga hanya Rp 400.000 yang Rp 200.000 minongko gawe paseduluran masyarakat Bigaran dan pengrajin. Pengrajin itu juga berpesan bahwa nanti kepala kuda ini akan sering mengganggu manusia. Benar terjadi ketika dulu di adakan kirab supitan (khitanan) ada salah satu anak yang terganggu oleh penunggu kuda, pada saat sebelum kirab dimulai Kuda itu disiapkan dan ditaruh semalam di area pinggir jalan pasar jagalan, kirab dimulai dari pasar jagalan sampai ke Dusun Sumberjo, karena anak tersebut masih kecil dan tidak tau apa apa, bermainlah dia dengan kuda tersebut sehingga menungganginya, di kemudian hari anak tersebut pun sakit panas yang berlarut-larut yang tidak kunjung turun, anak   tersebut dibawa ke beberapa bidan dan rumah sakit pun tidak kunjung ada perubahan dan akhirnya dibawa ke salah satu orang pintar, nah disitulah orang pintar tersebut bilang bahwa anak ini terkena sawan kuda. Kemudian orang tua nya pun mengobati anak tersebut seperti yang disarankan oleh orang pintar itu, dan Alhamdulillah sembuhlah anak tersebut.

Begitulah sedikit cerita yang kami dapatkan tentang Kubro Siswo Mudo dan Jaran Palsunya.

Gambar

Lokasi

 

Kegiatan rutin

 

Relasi Budaya

Narasumber

  • Pak Mundori, 57 tahun, penggiat kesenian kubro “Siswo Mudo”, Dusun Sumberejo, Desa Bigaran
  • Pak Trubus, 65 tahun, pendiri kesenian kubro “Siswo Mudo”
  • Pak Kusrin, 50 tahun, pemerhati budaya, Desa Bigaran

 

Sumber Lain

 

Dari Kanal

 

Ulasan...