(narasi oleh Ahmad Saeful M dan Zulfikar Maulana M)
Narasi
Mbah Mus, seorang juru pijat dari Dusun Bigaran, yang berusia 67 tahun mengawali karir sebagai tukang pijat kesel baik wanita/laki-laki, sebelum akhirnya menjadi pakar pijat , baik dari pijat kesel, pijat noto wong nganduk,didalam perut mulai usia kandungan empat bulan / tujuh bulan dan memijat bayi.
Normalnya pada usia kandungan tujuh bulan, namun jika sebelum tujuh bulan bahkan empat bulan sudah mulai bergejolak perut sang ibu, dapat dilakukan pemijatan pada sang ibu.
Pijet bayi
Peralihan dari pijat capek ke pijat bayi, berawal saat tiba tiba beliau mendapat amanah untuk memijat seorang anak saat sakit panas, kemudian mbah mus disuruh memijat, karna siapa tau selepas dipijat mbah mus mereda sakitnya, ternyata cocok lalu tiap panas dibawa, kemudian kabar tersebut menyebar ke seluruh penjuru.
Bakat pijat merupakan turunan, simbah beliau merupakan dukun bayi, Mbah Jauri namanya, dulu di usia produktif bahkan mbah mus dapat memijat lima orang sekaligus dalam sehari, tentu menjadi pemijat butuh tenaga dan stamina yang ekstra hal itulah yang perlu menjadi garis bawah, bahwa meskipun mempunyai anak belum tentu anaknya kuat , lalu turun ke cucunya, yakni Mbah Mus yang ditunjuk langsung oleh Mbah Jauri. Kemampuan pijat masih sama,bahkan selepas memijat sekitar 25 tahunan rasanya masih sama tak berubah.
Syarat khusus
Ternyata ada syarat khusus menjadi pemijat menurut Mbah mus, jika masih muda dan belum menikah belum dapat memijat orang orang. Jika memaksa memijat, akan terjadi sesuatu kepada yang pasien yang dipijeti atau malah si pemijat itu sendiri. Contohnya anak beliau, belum waktunya memijat, malah memijat dan akhirnya mengalami kecelakaan , kecelakaan saat mengendarai motor dan hendak memarkirkan namun sayang di bagian lehernya terkena pohon.
Jika memang sudah kesehariannya memang berbeda, hal itulah yang dirasakan oleh beliau, pas mijeti tidak merasakan capek, waktu istirahat itu baru terasa, semisal digunakan tidur kembali tenaga beliau sudah pulih kembali, lalu esoknya sudah bersiap berkeliling memijat orang kembali.
Minyak
Tidak ada piranti khusus, teko nyuwun ro sing kuoso, syarat pijet tetap ada dalam bentuk doa yang diajari oleh simbah, namun tidak disebarluaskan.tidak ada minyak khusus yang dibawa, bahkan sekedar memakai minyak kayu putih atau minyak GPU beliau mampu, kemudian dicampur dengan handbody untuk menambah halus.
Yang pertama kali buat latihan merupakan anaknya bu lurah Ganjuran, bu Salamah, noto di perut, pas lahir disuruh merawat,dipijati dan diurut.
“teko dopeni ge ajar” amanah bu Salamah kepada mbah Mus kala itu, pas pertama kali juga nrutuk, seperti orang pada umumnya saat pertama kali mencoba sesuatu.
Tetap berbeda, mijeti nek tangane panis/mlinder itu tidak cocok buat memijat, tangan mbah mus berbeda, anyep dan halus.
Gambar
Lokasi
map press =-1
Narasumber
- Mbah Mus, 67 tahun, pelaku budaya, Desa Bigaran. Mewarisi bakat memijat dari Mbah Jauri