(Narasi oleh Taufik Wahyono dan Abdul Majid)

Narasi

Sanggar Pamelengan

Palang Putih Nusantara Kejawen Urip Sejati merupakan nama paguyuban warga penghayat kejawen di Dusun Onggosoro, Desa Giritengah. Jumlah penghayat di Dusun Onggosoro kurang lebih 200 orang. Palang Putih Nusantara Kejawen Urip Sejati memiliki sanggar sebagai tempat beribadatan yang dinamakan Sanggar Pamelengan yang artinya tempat pameling antara manusia dan sang pecipta.

Suryodiningratan

Ajaran kejawen masuk di Desa Giritengah kurang lebih pada tahun 1930  pada saat masa penjajahan belanda, sebagian masyarakat di Dusun Onggosoro berangkat ke Ngayogyakarto untuk ngayom atau berlindung di Suryodiningratan. Di sanalah warga diajarakan tentang kejawen oleh Gusti Bendoro Pangeran Haryo Suryodiningrat, anak Sultan Hamengkubuwana VII.

15 Suro

Urip sejati memiliki tradisi ritual tahunan yakni setiap tanggal 15 Suro. Prosesi upacara diawali pada siang menjelang sore dengan kegiatan nyekar atau berziarah makam. Para pelaku kejawen berangkat ke makam dengan berjalan kaki sebagai salah satu wujud laku mereka. Sesampainya di makam, para pelaku kejawen langsung tabur bunga untuk para pendahulunya. Selanjutnya mereka berkumpul terpusat di makam Sesepuh untuk doa bersama. Mbah Kamidjan (62 tahun) selaku pemimpin Palang Putih Nusantara Kejawen Urip Sejati memimpin langsung doa ini untuk mendoakan agar arwah para leluhur diterima di sisi-Nya.

Tari Pujo-puji

Lalu selepas  maghrib, sejumlah warga ngirab atau ngarak gunungan yang berisi aneka ragam hasil bumi seperti buah dan sayur, serta ubarampe lain seperti tumpeng, jenang abang putih, ayam ingkung, dan sebagainya menuju sanggar. Kemudian, beberapa anak dan pemuda setempat menampilkan tari-tarian diantaranya Tari Pujo-Puji. Setelahnya, diadakan doa bersama dan kidungan yang berisi tentang nasihat-nasihat kepada para pelaku kejawen.

Pagelaran Wayang

Lebih lanjut, Mbah Kamidjan menerangkan bahwa  tradisi ini ditutup dengan pagelaran wayang kulit dengan lakon “Sirnaning Pedhot Amarta” pada tahun ini. Beliau berharap pentas ini semacam simbol ruwatan atas hal-hal tidak baik yang tengah melanda nusantara, karena warga punya kepercayaan bahwa wayang, bukan sekadar tontonan, tapi sumber tuntunan.

Tradisi itu rutin digelar setiap tahun agar hal-hal tidak baik yang ada di bumi lekas sirna dan kehidupan warga bahagia dan mulia.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Mbah Kamidjan, 62 tahun, Sesepuh Kejawen Urip Sejati Dusun Onggosoro, Desa Giritengah

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...