Narasi
“Orang itu kalau buat kaligrafi bagus, melukis bagus, buat dekorasi bagus, saya saja kalah. Tapi, pas buat ndas-ndasan tidak bisa, masalahnya tidak sabar. Harusnya telaten dan sabar itu jadi satu. Kuncine niku,” kata pria setengah baya yang kerap disapa Sokhib. Beliau adalah pengrajin kostum kekewanan dari kesenian tradisional di Desa Karangrejo.
Sore yang cukup syahdu, membawa tim penulis Desa Karangrejo kembali berkelana mencari hal-hal menarik berkaitan dengan kesenian tradisional yang ada di desa. Kami mampir ke sebuah gubug sederhana milik Muhammad Sokhib. Lewat tangan kreatifnya, Sokhib ikut berperan memproduksi salah satu kostum kesenian tradisional di desa Karangrejo, yaitu Kekewanan. Sokhib mulai merintis usaha yang dipelajarinya secara otodidak itu sejak tahun 2013.
“Berawal dari pinjam, saya berpikiran kalau nanti sama yang punya lagi dipakai. Otomatis kan nggak bisa pinjam. Saya berpikiran seandainya punya sendiri, kalau beli kan harganya mahal. Buat rombongan kan paling tidak sekitar kurang lebih 7 setel, paling tidak kan butuh biaya mahal,” kisah pria itu. Pemikiran itulah yang kemudian membuatnya berinisiatif membuat kostum kekewanan sendiri. Dalam proses pembuatannya, Sokhib membutuhkan bahan seng atau aluminium, keling kripet, gantungan, tambahannya cat. Cara pembuatannya pun dilakukan secara manual atau tidak menggunakan alat bantu mesin. “Alatnya cuman sederhana, cuman palu, tang, gunting, alat-alat modern tidak ada”, imbuhnya.
Bahan-bahan yang digunakan merupakan bahan bekas yang masih bagus. Apabila kondisi bahan yang digunakan sudah tidak baik, kualitas ndas-ndasan yang dihasilkan juga menjadi kurang baik. “Orang yang biasa tempat saya beli sudah tahu, saya pesannya tetap yang bagus. Bekas tapi yang bagus, dibuat itu tidak rusak”, tutur Sokhib.
Berdasarkan pengalaman Sokhib, untuk memproduksi satu kepala biasanya memakan waktu sekitar lima hari. Dalam setiap minggunya, Sokhib hanya mampu membuat 2 karakter saja. Jika dua karakter itu belum selesai, Sokhib tidak bisa beranjak ke karakter lainnya, karena akan berpengaruh padapenyelesaian karakter yang telah dibuat sebelumnya. Adapun karakter-karakter yang biasa dibuat Sokhib antara lain macan tutul, macan ireng, macan kumbang, dan macan kuning.
Menurut sebagian orang yang mempercayainya, ndas-ndasan atau kekewanan ini diibaratkan sebagai emosi dalam diri kita. Sebagai manusia yang berakal, seyogyanya menjaga agar emosi yang ada dalam diri tidak menjadi ganas seperti hewan buas, misalnya macan, karena akan merugikan diri sendiri dan orang-orang di sekeliling kita.
Gambar
Narasumber
- Muhammad Sokhib, pelaku budaya, desa Karangrejo
Lokasi
Map