(oleh Mifti Anjani dan Erwanudin)
Narasi
Menurut Mbah Rubiyem, anyaman pandan merupakan kerajinan dari proses penganyaman daun pandan basah menjadi menjadi kelasa (tikar) yang melalui beberapa tahapan tertentu selama kurang lebih 2 bulan. Selain dijadikan tikar, anyaman pandan juga bisa dijadikan untuk kerajinan yang lebih modern seperti, tas, topi, tempat tisu, dompet, dan lain-lain. Pada tahun 1960 sampai 1975 anyaman pandan di Desa Kenalan adalah menjadi salah satu penunjang perekonomian masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi seiring dengan berjalanya waktu dan perkembangan zaman, anyaman pandan di Desa Kenalan mulai berkurang dan tinggal beberapa pengrajin saja yang masih bertahan dalam menggeluti kerajinan tersebut. Sebagian kecil masyarakat yang masih menggeluti anyaman pandan hingga sekarang antara lain, yaitu Mbah Rubiyem, Mbah Kasinem, dan Mbah Amat Karyo.
Dari hasil melihat dan wawancara dengan Mbah Rubiyem, diketahui cara pembuatan anyaman pandan memiliki proses yang cukup lama, yaitu:
- Pemilihan dan pengambilan daun pandan di ladang.
- Daun pandan yang sudah diambil dipotong dengan ukuran 1-2 meter.
- Diambil durinya (nderei).
- Dipotong secara memanjang (dipasah).
- Kemudian direbus selama kurang lebih 1-2 jam sampai warna hijau pandan memudar atau agak kecoklatan.
- Rendam dengan air selama 1 malam.
- Setelah itu daun pandan dikeringkan atau dijemur selama 1 hari sampai warnanya memutih.
- Daun pandan yang sudah kering bisa dipipihkan dan diluruskan dengan cara ditumbuk di alas batu dengan alu (digemblong).
- Daun pandan yang telah digemblong lalu dibentuk lingkaran dengan diameter 200 cm (wiwet).
- Lalu menganyam dengan dua helai daun pandan kering ke wiwet yang sudah dibuat secara terus menerus sampai lingkaran tersebut penuh.
- Penganyaman dilakukan sampai selesai.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Mbah Rubiyem, Sesepuh desa, Pembuat tikar pandan desa Kenalan