(Narasi oleh Romdhoni dan Andika Ulinnuha)
Narasi
Bapak Supadi (65 tahun) dan Ibu islamiyah (48 tahun) yang merupakan putri dari bapak supadi adalah pengrajin bronjong yang berbahan baku bambu. Mereka menekuni kerajinan ini sudah berlangsung sejak 2009 sampai sekarang. Mereka berdua mendapatkan bambu untuk bahan baku bronjong dari warga sekitarĀ dengan membelinya seharga Rp12.000/batang. Bapak Supadi selaku pembeli bambu akan memilih dan menebang sendiri bambu tersebut sebagai bahan baku bronjong. Bronjong merupakan alat bantu penyaringan pembuatan tahu yang berbentuk lingkaran mengerucut yang berfungsi untuk meletakan kain saringan pemisahan antara ampas dan intisari tahu.
Proses pembuatannya, bambu dipotong dan dibelah menjadi beberapa bagian kemudian dijemur. Penjemuran dilakukan selama kurun waktu tiga sampai empat hari. Penjemuran dilakukan bertujuan untuk melenturkan bambu agar tidak mudah patah saat dibuat anyaman. Selanjutnya adalah penganyaman bambu sesuai polanya. Pembuatan bronjong ini masih dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan menganyamnya menggunakan tangan. Hasilnya, satu buah bronjong akan selesai dalam kurun waktu empat sampai lima hari.
Satu pohon bambu dapat dijadikan dua buah bronjong, hasil produksi bronjong biasanya dibeli oleh para pembuat tahu dengan harga satu buah bronjong Rp.250.000,- (th 2021). Usaha anyaman yang dilakukan Bapak Supadi dan Ibu Islamiyah menjadi sumber pendapatan utama untuk mencukupi kebutuhan sehari hari mereka. Keluarga Bapak Supadi merupakan satu satunya warga Tanjungsari yang masih bertahan menekuni pembuatan bronjong tahu hingga saat ini dan menjadi satu satunya mata pencaharian demi kebutuhan keluarga.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Mbah Supadi, 65 tahun, pengrajin bronjong, Desa Tanjungsari
- Ibu Islamiyah, 48 tahun, pengrajin bronjong, Desa Tanjungsari