(Narasi oleh Salma Salsabila R. dan M. Shodek)
Narasi
Potensi bambu
Desa Majaksingi merupakan desa yang cukup luas dan berada di pegunungan. Banyak jenis tumbuhan hidup di desa ini, mulai dari tumbuhan palawija, kayu-kayuan, sayuran, bahkan tanaman buah sekalipun banyak di jumpai di desa ini. Bambu merupakan tumbuhan yang biasa dimanfaatkan batangnya. Bambu memiliki bermacam jenis dan cukup mudah dijumpai di Desa Majaksingi. Banyaknya bambu di desa ini telah membuat salah satu warga yang bernama Bu Sulastri bersama suaminya yang beralamat di Dusun Kapuhan, Desa Majaksingi memiliki inisiatif untuk membuat kerajinan dari bahan bambu. Bambu yang Bu Sulastri gunakan yaitu jenis bambu wulung dan bambu apus. Jenis bambu tersebut dipilih karena memiliki ruas yang cukup panjang jadi lebih bagus untuk dijadikan kerajinan. Kerajinan bambu yang beliau buat yaitu kap lampu dan sudah dimulai sejak tahun 1996 yang justru usahanya saat itu berada di Kota Solo. Namun setelah beliau menikah dan pulang kampung kemudian melanjutkan usahanya di rumah bersama suami.
Potensi ekspor
Kap lampu yang dibuat bermacam-macam jenis dan memiliki harga yang bervariasi, mulai dari harga puluhan hingga ratusan ribu tergantung bentuk dan kerumitannya. Bu Sulastri menjual produk kerajinan tersebut melalui pengepul dan juga melayani pesanan online, diketahui penjualannya telah tembus ke luar negeri. Dulunya Bu Sulastri membuat sangkar burung dari bambu, namun semakin kesini yang pesan rata-rata adalah kap lampu sehingga beliau lebih menekuni kap lampu sebagai usahanya. Kap lampu buatan Bu Sulastri cukup laris terjual yang biasanya setiap bulan dia memperoleh 40 hingga 70 kap lampu dan kadang bisa lebih. Kap lampu buatan Bu Sulastri bisa bertahan 8-10 tahun. Kendala dari usaha kerajinan ini satu-satunya yaitu stok bambu yang kurang memadai. Meskipun di desa ini banyak sekali bambu, namun Bu Sulastri tetap memilih bambu yang terbaik, karena tidak mau menurunkan kualitas dari kap lampu buatannya.
Kurungan/sangkar burung
Keterampilan membuat kap lampu yang dimiliki Bu Sulastri, didapatkan dari suaminya yang dahulu sebelum membuat kap lampu, lebih dulu membuat kurungan burung. Seiring permintaan pembuatan kurungan burung berkurang, beliau lalu beralih ke pembuatan kap lampu yang pasarnya menurut beliau lebih menjanjikan. Bu Sulastri, menjelaskan sedikit proses pembuatan kap lampu ini. Pertama adalah potong bambu dengan panjang sekitar 50 cm dan diserut tipis supaya dapat dilengkungkan. Setelah itu tinggal ikuti pola yang ada atau desain gambar yang sudah ada. Agar kap lampu awet dan tahan lama, beliau kemudian menambahkan cairan pengawet setelah kap lampu selesai dibuat.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bu Sulastri, pelaku budaya, Dusun Kapuhan Desa Majaksingi