(Narasi oleh Rangga Tsalisul A. dan Loh Sari Larasati)

Narasi

Awal mula Bapak Suradi tertarik kepada ukir bambu ketika beliau meilah ada orang pendatang yang membuat, setelah itu beliau muali membeli alat kemudian belajar sendiri dan akhirnya semakin lama dapat belajar bersama teman-teman warga dusun yang tertarik untuk belajar membuat ukir bambu. Bapak Suradi memulai kerajinan bambu dari tahun 2010. Tiap hari beliau belajar sampai bagus baru berani menjual ke pasar. Pertama kali menjual hasil ukir yaitu motif Candi Borobudur.

Dahulu motif bambu yang dibuat bapak Suradi adalah ukir candi dan kaligrafi. Namun, melihat mulai bertambahnya kemajuan dan keinginan pembeli, saat ini mulai ada motif wayang dan beberpa motif kegiatan penduduk desa seperi petani yang membawa cangkul, petani menanam, dan relatif sesuai keinginan gambar dari pemesan. Proses pembuatan ukir paling sulit yaitu motif wayang karena memiliki banyak motif dan juga ada beberpa penggunaan warna menggunakan warna teres makanan untuk memperindah desainnya. Lama membuat ukir bambu tergantung motif bisa satu hari sampai satu setengah bulan.

Harga ukir bambu mulai dari Rp 20.000,- (th 2021) tergantung dengan motif ukirnya. Proses pembuatan ukir bambu dilakukan denga menyiapkan alat dan bahan, memotoh panjang bambu sesuai ukuiran, menggambar motif di bambu, kemudian di ukir, dibelah, diirat, diikat dan yang terakhir di pernis agar bambu semakin terlihat indah.

Jenis bambu yang digunakan yaitu pring wulung dan bambu legi bambu tua dengan umur minimal 2 tahun. Bambu wulung memiliki warna alam sehingga tidak perlu pengecatan, namun untuk bambu legi sebelum di gambar motif terlebih dahulu dicat dan dikeringkan agar memiliki warna seperti bambu wulung.  Saat ini ukir bambu dipasarkan di wilayah Candi Borobudur, Muntilan, hingga luar daerah.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Suradi, 35 tahun, dusun Gedongan desa Wanurejo

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...