(Narasi oleh Wahyu Nur Rahman dan Abdul Kholiq Kurniawan)
Narasi
Siang ini saya mengunjungi kediaman Bapak Warjuni yang baru saja dari ladang dan sedang menikmati secangkir teh hangat dan sebatang rokok, dia adalah salah satu penggiat dan sesepuh dari kesenian kubro siswo dusun Sodongan. Saya mulai bertanya tentang sejarah berdirinya kubro siswo. Kubro “Tsani” siswo merupakan salah satu tari tradisional islami di desa Bumiharjo yang berada di Dusun Sodongan. Tsani Siswo berdiri pada tahun 1961 seperti yang tertuang dalam salah satu syair lagu Indras yaitu :
“Tsani Siswo iki kumpulan tahun nem siji (61) ngadege..loro telu (2-3) wis diresmekake Tsani siswo jenenge, sing tak suwun ngadeg slawase ojo pisan ngisinake.. Tsani siswo iki jenenge kudu di pertahanake” (ciptaan : Pak Pong Tingal Wanurejo)
Artinya: Kubro Siswo ini kumpulan yang berdiri tahun 1961 tanggal 2 bulan 3 (maret) sudah diresmikan dengan nama Tsani siswo, yang kita minta (harap) Berdiri selamanya jangan sekali-kali mempermalukan, Tsani Siswo ini namanya harus dipertahankan.
Tarian ini berlatar belakang penyebaran agama Islam di Jawa dan perjuangan melawan penjajah. Kubro artinya Kumpulan Obahing Rogo, Tsani artinya kedua dan siswo artinya siswa/murid. Jadi kubro Siswo bermakna kumpulan para murid yang bergerak bersama. Tsani Siswo merupakan generasi kesenian Kubro Siswo kedua, generasi pertama yaitu kubro Siswo dari Desa Mendut Mungkid yang terlebih dulu berdiri pada tanggal 27 Januari 1960 dan diciptakan dan didirikan oleh Bapak Amir, yang menjadi guru dari Tsani Siswo dan diajarkan oleh Bapak Muh Lan dan Bapak Basri. Berdasarkan keterangan bapak Warjuni generasi ketiga berada di daerah Wonosobo.
Kubro Tsani siswo mengalami puncak kejayaan di tahun 80 – 90an, dimasa itu banyak diundang pada acara-acara resmi, festival kesenian ataupun hajatan. Bapak Bagong Kussudiardja pernah mengunjungi dan menyaksikan penampilan Kubro Siswo di kediaman almarhum Bapak Malisi yang merupakan ketua dari kesenian Kubro Tsani siswo di masa itu. Setelah itu hampir tiga bulan setiap habis dzuhur murid-murid Bapak Bagong sekitar 12 orang belajar gerak dan lagu kubro siswo di Sodongan sebelum mengadakan Festival kesenian di Borobudur.
Kesenian kubro Siswo ini berdiri dan diketuai oleh : 1) Bapak Sastro & Bapak Muhrojin (1961-1973). 2) Bapak. Subromalisi (1975-1993). 3) Bapak Sidik (2000-2005). 4) Bapak. Siswandi (2019-sekarang) banyak lika-liku dan fakumnya kubro Tsani Siswo, walau sempat mati suri baik karena faktor intern atau faktor politik namun kesenian ini telah melekat dihati warga Sodongan, dan sampai sekarang kubro siswo masih dilestarikan secara turun-temurun dan diera sekarang ini tarian diperagakan oleh pemuda dan anak-anak baik laki-laki ataupun perempuan, di masa dahulu kubro hanya diikuti oleh laki-laki saja, jika ada penampilan sosok seorang wanita pun diperagakan oleh laki-laki yang didandani layaknya seorang perempuan.
Kubro Siswo adalah tarian yang energik dan penuh semangat yang menggambarkan prajurit-prajurit yang berjuang melawan penjajah. Dulu penampilan kubro siswo bisa berlangsung sampai jam 3 pagi karena banyaknya runtutan tampilannya. Dalam tarian ini ada beberapa sesi pertunjukan yaitu : Rodat, Setrat, montholan, Indras, Atraksi (Kumidi, sulap & debus) dan di akhir acara dipertunjukkan Ndas-ndasan dengan memakai topeng dan kostum hewan-hewan seperti macan, kerbau, gajah, kuda, badak dan lain-lain, pada sesi ini para penari akan menari dan kerasukan roh yang akan membuat mereka menari dan bertingkah sesuai kostum yang dipakai. Dan diakhir acara sang pawang akan menyembuhkan dan mengeluarkan roh yg merasuki sang penari.
Tarian ini ditampilkan secara massal diiringi alat musik seperti bedug (Jedor), kendang, ketiplak, seruling dan kecrek. Syair-syair yang dilantunkan bernuansa islami atau syair kemerdekaan yang liriknya mengandung pesan -pesan moral dan dakwah dalam bahasa Jawa dengan tujuan untuk syiar agama Islam.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bapak Warjuni, sesepuh desa, Pelaku budaya, dusun Sodongan desa Bumiharjo