(Narasi oleh Elka Hanna Setia dan Fredy Trifani)
Narasi
Kesenian adalah salah satu isi dari kebudayaan secara umum, karena dengan berkesenian merupakan cerminan dari suatu bentuk peradaban yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan yang berpedoman kepada nilai-nilai yang berlaku, dan dilakukan dalam bentuk aktivitas kesenian, sehingga masyarakat mengetahui bentuk dan isi dari kesenian tersebut. Kesenian tidak pernah lepas dari masyarakat sebagai salah satu bagian yang penting dari kebudayaan. Kesenian merupakan ungkapan kreatifitas dari kebudayaan itu sendiri. Sebagai membudayakan karya seni, masyarakat Desa Kebonsari telah menuangkan kekreatifannya yaitu membentuk sebuah kelompok karya seni tari seperti dayakan dan kobro. Desa Kebonsari memiliki 3 kesenian rakyat yang berasal dari beberapa dusun yaitu Dusun Cakran, Dusun Kebonwage, Dan Dusun Gupit.
Topeng Seto
Dusun Cakran membentuk sebuah kelompok kesenian yang dinamakan Topeng Seto yang memiliki arti dan makna secara harfiah “topeng” menurut Bapak Supriyadi (50 tahun) berarti penutup muka dan “seto” yang berarti putih atau topeng seto adalah penutup muka yang putih sedangkan “topeng seto” mempunyai makna bagi setiap pelaku seni di topeng seto diharapkan untuk selalu dapat berbuat baik kepada siapapun. Topeng mewakili wajah setiap pelaku, seto “putih” yang dimaknai sebagai bersih yang mengandung maksud untuk selalu mencerminkan muka yang bersih agar selalu dipandang dan bertingkah laku yang baik dalam menjalani kehidupan di dunia.
Satrio Mudo
Kesenian Dusun Gupit diberi nama Satrio Mudo menurut Bapak Totok (45 tahun) yang memiliki arti ksatria muda, dari setiap tariannya mempunyai arti sebagai cerita rakyat. Asal usul dusun gupit yang dibuka oleh Pangeran Gupito sebagai pepunden atau orang yang mengawali membuka dusun gupit atau babat alas Dusun Gupit.
Sari Siswo
Dusun Kebonwage menurut Bapak Kastolani (65 tahun) yang memiliki kelompok kesenian yang diberi nama sari siswo yang bertujuan untuk penyebaran agama islam di Desa Kebonsari oleh leluhur terdahulu melalui kesenian rakyat.
Gambar
Narasumber
- Bapak Totok, 45 tahun, pelaku budaya, desa Kebonsari
- Bapak Kastolani, 65 tahun, sesepuh desa, pelaku budaya, desa Kebonsari
- Bapak Supriyadi, 50 tahun, pelaku budaya, desa Kebonsari