(Narasi oleh Elka Hanna Setia dan Fredy Trifani)
Narasi
Menurut pemaparan Bapak Supriyadi yang bertempat tinggal di Dusun Cakran Ketua kesenian Topeng Seto, beliau mengatakan bahwa topeng seto memiliki arti topeng “toto lempeng” seto “putih” yang maksud dari kata topeng seto menjadi nama kesenian dayakan dusun cakran adalah personil dayakan identik dengan muka yang dicoret-coret atau dihias menggunakan warna hitam dan putih, meskipun semua pemain mukanya di coret-coret tetapi mereka memiliki kepribadian yang putih atau bersih baik, tidak seperti wajahnya yang sangar. Tujuan utama membuat kesenian topeng seto ini adalah untuk membentuk suatu kumpulan anak muda yang kompak, kemudian direlasikan kedalam kesenian Dayakan Topeng Seto, gerakan yang diiringi dengan nyanyian dan gamelan dapat ditirukan oleh para permain dengan gerakan yang seirama. Bapak supriyadi menyatakan bahwa “kekompakan mau diterapkan dimana saja akan selalu kompak, nyatane kesenian wae mek dikei musik gerakane iso kompak”. Topeng seto dibentuk atas keputusan bersama dan yang mencetuskan nama kesenian rakyat dayakan Topeng Seto adalah Bapak Hj. Suprapto masyarakat Dusun Cakran.
Topeng Ireng Tuksongo
Asal mula berdirinya Topeng Seto karena para pemuda dusun cakran ingin memiliki kesenian sendiri maka dari itu diputuskannya untuk musyawarah kepada para orang yang lebih tua termasuk Bapak Supriyadi untuk meminta persetujuan, akhirnya keinginan para pemuda ini disetujui dengan syarat, harus bertanggung jawab. Kemudian para orang yang dituakan dalam kesenian, mencarikan guru untuk melatih setiap gerakan. Dan akhirnya memutuskan untuk belajar kesenian dayakan kepada Topeng Ireng yang bertempat di Mbojong. Kesenian rakyat dayakan topeng seto ini adalah sebagai pengembang kesenian dayakan, karena pencipta pertama kesenian dayakan pertama kali adalah Topeng Ireng Tuksongo. Meskipun Topeng seto berguru dengan guru kesenian lain, mereka tidak copy paste semua gerakan, beberapa personil juga ikut serta mengkreasikan sebuah gerakan yang menjadi gerakan khas Topeng Seto itu sendiri, bapak supriyadi mengatakan “setiap kesenian itu harus memiliki inofasi masing-masing, dan itulah tugas dari masing-masing kesenian harus menciptakan inofasi yang akan menjadi karakter dari kesenian itu sendiri”. Dari setiap gerakan dayakan mengandung kodratan silat.
Ndas-ndasan
Menurut Bapak Supriyadi alasan dan maksud dari coretan pada wajah pemain kesenian topeng seto adalah sebagai penyamaran dari masing-masing personil, yang kembali kepada maksud awal di beri nama topeng seto bahwa berbuat baik bukan untuk dipamerkan tetapi ditutupi agar tidak menjadikan kita menjadi orang yang sombong tetap rendah hati. Khas dari kesenian dayak selain muka dicoret-coret ada juga yang digunakn diatas kepala yaitu “kuluk” atau penghias kepala/ mahkota, krincing yang ada dikaki sebagai pemeriah sebuah pertunjukan atau sebagai undangan kepada orang bahwa ditempat itu sedang ada pertunjukan dayakan. Topeng seto sudah diundang hingga sampai luar kota seperti semarang, temanggung, bahkan dari personil topeng seto sudah ada yang tampil di TMII Jakarta sebagai wakil. Setiap topeng seto akan tampil, tidak memiliki syarat atau ritual khusus hanya melakukan doa bersama agar diberi keselamatan dan semoga tidak banyak gangguan. Karena biasanya rentetkan kesenian dayakan topeng seto akan ada sesi yang biasa disebut “ndas-ndasan” sebagai penutup acara atau gong dari penampilan topeng seto.”ndas-ndasan” identik dengan “ndadi” atau kesurupan karena gerakan dari ndas-ndasan ini gerakan bebas maka kebanyakan akan hilang kendali .
Kesurupan
Kenapa demikian? Karena kesenian rakyat adalah mewujudakn rasa senang atau kebahagiaan, tidak mungkin menari dengan rasa tidak enak hati atau biasa saja pasti pertunjukan tersebut tidak akan maksimal atau sangat mengecewakan, makanya kenapa pada sesi ndas-ndasan banyak yang kesurupan? Karena mengekspresikan rasa senang diiringi lagu yang sedikit keras lantunannya dan gamelan, para pemain yang menggunakan ndas-ndasan akan merasa lepas dalam menari dan hilang kendali memudahkan orang itu untuk kesurupan. Yang digunakan dalam sesi Ndas-ndasan menggunakan kostum hewan-hewan seperti harimau, kerbau, sapi, kambing, hewan tidak luput dengan penggembala yang membawa “pecut”, nantinya hewan-hewan tadi seperti kerbau, sapi kambing akan dipecut oleh sang penggembala agar nurut tidak “njal-njalan” sakkarepe dewe sedangkan harimau tidak dipecut kenapa? Karena harimau binatang yang ganas, tidak mudah diatur dan jarang dipelihara. Dalam kesenian “ndadi” suatu hal lumprah, kadang ada yang “ndadi” beneran ada yang hanya pura-pura sebagai pemeriah. Jika ada yang “ndadi” beneran biasanya akan sulit untuk ditambani dan banyak permintaan. Di kesenian topeng seto juga sering terjadi seperti itu yang “ndadi” ada yang minta sesuatu, apa yang diminta ada yang sulit ada yang mudah jika sulit dan tidak memungkinkan Bapak Supriyadi selaku ketua dan juga orang sing nambani sing kesurupan akan bernegosiasi untuk dimudahkan permintaannya. Jika deal maka Bapak Supriyadi akan meminta orang yang punya hajat mencarikan, karena jika tidak dituruti maka akan lama sembuhnya dan sebisa mungkin untuk menuruti lelembut tersebut.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bapak Supriyadi, pelaku budaya, desa Kebonsari