Pitutur Bambu Borobudur
QR Code

Beranda | Pitutur Bambu Borobudur 2022 | Lorong Jataka |Kisah Serigala dan Sang Singa

Serigala dan Sang Singa
Jataka 152

Dalam kisah Jataka menceritakan hewan-hewan Serigala dan Singa

Lorong masuk Pitutur Bambu Borobudur ini terinspirasi dari relief Jataka di candi Borobudur. Dalam relief jataka, berisi ukiran fabel (cerita dengan hewan sebagai penokohannya) yang menggambarkan kehidupan Sidharta Gautama dalam wujud tokoh hewan dengan perwatakan adiluhung yang dapat dijadikan teladan bagi setiap orang. Cerita tersebut memang syarat dengan kandungan makna dan nilai-nilai moral.
Dalam kisah Jataka 'Sang Serigala ini ' ini, hewan yang ditampilkan di lorong Jataka adalah Singa, Serigala, Merak, dll. Berikut di bawah ini kisah yang disadur dari buku JĀTAKA :

Relief Borobudur
JATAKA
CERITA KELAHIRAN LAMPAU BUDDHA
Penulis & Fotografer : Anandajoti Bhikku

Kisah Serigala dan Singa Betina
Bertindak bodoh dan gegabah menimbulkan celaka

(Sumber: Bhikkhu, Jātaka. Cerita Kelahiran Lampau Buddha, 14: 2020)

Relief cerita Jataka 'Serigala dan Singa' ada di Lantai 1 dinding luar, deret atas, sayap kanan, sisi selatan(Lihat di diagram)

Di Kisah Jataka ini Bodhisattwa terlahir sebagai seekor singa muda yang tinggal bersama orang tua, ke enam adik laki-laki, dan satu saudara perempuan. Mereka semuanya tinggal di Gua Emas.
Di dekat gua tersebut terdapat Gua Kristal di atas Gunung Perak yang menjadi tempat seekor serigala. Setelah beberapa waktu, singa-singa tersebut kehilangan orang tua mereka akibat kematian. Karenanya sang singa dan adiknya yang laki-laki selalu meninggalkan singa betina, saudara perempuan mereka di dalam gua untuk mengembara untuk mencari makan. Kemudian mereka akan membawa pulang makanan tersebut untuk dimakan bersama. Ketika serigala itu melihat sekilas singa betina ini, dia jatuh cinta kepadanya dan tidak ada jalan masuk kecuali saat singa-singa yang lain tidak tidak ada.
Ketika ketujuh kakaknya pergi mencari makanan, dia pun keluar dari Gua Kristalnya, dan bergegas ke Gua Emas itu dan merayu singa betina tersebut. Namun singa betina tersebut tidak menanggapinya, karena berfikir serigala ini adalah jenis binatang buas, keji dan seperti seorang laki-laki dengan kasta rendah. Sebaliknya ia berfikir bahwa singa dihormati sebagai kaum bangsawan, sehingga sangat tidak layak Serigala merayu seperti itu.

Mendengar cerita tersebut, saudara singa betina tersebut lantas geram dan menanyakan keberadaan Serigala tersebut. Kemudian saat mengetahui Serigala tersebut berbaring di dalam Gua Kristal, Singa tersebut mengira Singa tengah berada di atas langit. Maka melompatlah singa tersebut untuk melakukan terjangan ke arah Serigala. Karena menubruk kristal, akhirnya singa itu jatuh berkeping-kepingg ke kaki gunung.
Kemudian datanglah lagi saudara singa yang lain, kepadanya singa betina itu menceritakan cerita yang sama hingga kemudian suadara singa tersebut . Singa ini bahkan melakukan hal yang sama seperti singa pertama hingga sampai keenam dari singa-singa itu binasa dengan keadaan yang sama. Saudara singa yang terakhir adalah si Bodhisattwa. Ketika dia menceritakan kisahnya, dia kemudian menanyakan di mana serigala itu berada. Dia tidak lantas melakukan yang sama karena mengetahui bahwa singa tidaklah berbaring di langit tetapi di atas gunung perak.
Kemudian singa itu mendatangi ke kaki gunung dan mendapati keenam abangnya yang telah terbaring mati. Singa kemudian menjelaskan bahwa mereka semuanya bodoh, dan kurang kebijaksana karena tidak mengetahui bahwa itu adalah Gua Kristal. Mereka menggunakan hati mereka untuk melawannya hingga akhirnya terbunuh. Ini adalah hasil dari melakukan sesuatu dengan tergesa-gesa tanpa berpikir. Kemudian dia menguburkan saudara-saudaranya bersama-sama dalam satu kuburan, dan berkata kepada saudara
perempuannya mereka semua telah mati, dan menghiburnya, dan dia tinggal selama hidupnya di Gua Emas, sampai dia meninggal ke tempat yang diperoleh dari kebaikan-kebaikannya.

Singa menakuti serigala

Cerita jataka diatas digambarkan dalam satu relief ini. Digambarkan sang Singa sebagai Bodhisattwa menghadap serigala. Serigala nampak meringkuk di dalam gua dan Di sekelilingnya terdapat pohon, juga seekor burung merak.

(Sumber: Bhikkhu, Jātaka. Cerita Kelahiran Lampau Buddha, 125: 2020)

(Sumber: Bhikkhu, Jātaka. Cerita Kelahiran Lampau Buddha, 126: 2020)

Monyet, burung, dan serigala di dalam hutan

Terlihat relief berikutnya cukup rusak, tetapi dapat terlihat gambaran beberapa hewan dan latar belakang hutan. Disebelah kanan terdapat serigala, tetapi tidak dapat disimpulkan apakah relief ini berhubungan dengan cerita sebelumnya.

Hewan-hewan hutan, dan sungai dengan ikan-ikan

Relief berikutnya ini juga telihat rusak parah. Tetapi dapat kita temui sejumlah burung, termasuk merak di pepohonan, dan sungai dengan beberapa ikan di bawahnya. Tidak dapat disimpulkan pula apakah relief ini berhubungan dengan cerita sebelumnya.

(Sumber: Bhikkhu, Jātaka. Cerita Kelahiran Lampau Buddha, 126: 2020)

Daftar Pustaka

Ānandajoti Bhikkhu. 2020. Jātaka: Cerita Kelahiran Lampau
      Buddha. Ehipassiko Foundation. Jakarta

Cerita Bergambar, Relief Jataka Candi Borobudur. 2014.
      Balai Konservasi Borobudur Direktorat Jendral
      Kebudayaaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
      Magelang

Prasetya, Bambang Eka. 2022. Kumpulan Cerita Jatakamala.
      Seni Membaca Relief (Sebar) Candi Borobudur.
      Nittramaya. Jawa Tengah.

Acknowledgment

Tulisan pada bagian ini serta instalasi lorong Jataka pada Festival Pitutur Bambu Borobudur banyak terinspirasi dan menggunakan sumber dari buku Jātaka: Cerita Kelahiran Lampau Buddha karya Ānandajoti Bhikkhu. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih yang sangat mendalam kepada Ānandajoti Bhikku, semoga ajaran dan nilai-nilai kebaikan yang ditulis pada buku tersebut dapat terus diwariskan hingga generasi mendatang.

Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *