(Narasi oleh Jiyomartono dan Nurudin)
Narasi
Berdasarkan penjelasan Ibu Trimurni (63 tahun) proses melahirkan jabang bayi, sebenarnya masyarakat Jawa dulu lebih memilih melahirkan di rumah karena mereka percaya akan keberkahan yang didapatkan rumah mereka jika sebagai tempat melahirkan. Ketika wanita mau melahirkan akan dibantu atau didampingi oleh orang tua beserta suami dan dipandu oleh Mbah Dukun Bayi atau tenaga medis.
Adzan
Setelah bayi lahir dan menangis maka dikumandangkan adzan di telinga kanan bayi dan iqomah di telinga kiri, hal ini dimaksudkan bahwa hal yang pertama didengar oleh si bayi adalah kata-kata baik. Dilakukan oleh ayah dari anak atau ibunya ataupun Mbah Dukun Bayi. Selanjutnya Mbah Dukun atau tenaga medis akan mengemas ari-ari dari cabang bayi dan dibungkus dengan kain mori putih dimasukkan ke dalam kendil atau kendi serta dikasih beberapa bunga mawar, kenanga, dan kantil.
Pendem Ari-ari
Ari-ari di-pendem atau dikubur, namun sebelum dikubur ari-ari tersebut akan digendong dulu oleh ayahnya. Tempat mendem atau kubur biasanya di depan atau di samping kiri rumah yang melahirkan, sewaktu mendem dibacakan doa terlebih dahulu supaya ari ari ini tetap selalu ngancani atau temani si bayi, dengan sebutan “sedulur papat kakang kawah adi ari ari” artinya air ketuban yang membantu kita terlahir dari dunia ini, bahwa orang Jawa sangat menghormati pengawal si bayi yang lahir atau keluar duluan yakni air ketuban/kawah dan setelah bayi ari-ari. Sebagai penghormatan dan agar ari-ari tersebut tidak dicuri atau selamat maka tempat mendem atau mengubur ari-ari ini harus dijaga dikasih pagar atau ditutup kranjang atau keranjang kemudian dikasih penerangan, pada waktu dulu penerangan hanya memakai senter tetapi sekarang sudah memakai lampu. Tak lupa bunga mawar, kenanga, kantil, dan juga ampas ramuan jamu uyup uyup, yang dimaksudkan bahwa kita perlu merawat ari-ari sebagai adik atau teman yang selalu menyertai bayi.
Brokohan
Brokohan adalah makanan yang berisi nasi dicampur sayuran dimasak secara klubanan. Kemudian dimakan bersama orang yang hadir atau dibagikan ke tetangga sebelah sebagai ungkapan bahagia atas kelahiran bayi. Tradisi ini biasa dilakukan pasca kelahiran. Kemudian sang ibu mandi keramas dari ujung rambut sampai ujung kaki guna untuk membersihkan semua kotoran yang menempel dan untuk menyegarkan badan biar pulih seperti sebelumnya, karena orang Jawa percaya setelah melahirkan semua anggota tubuh menjadi muda lagi, balung nom atau tulang muda. Untuk ritual kesehariannya sang ibu sebelum merawat bayi disarankan untuk uyup-uyup yaitu minum ramuan jamu uyup uyup dimaksudkan untuk memperlancar air susu.
Puputan
Setelah tali pusar lepas atau biasa pada hari ke 7 pasca kelahiran dapat dilakukan tradisi puputan. Terkadang tradisi ini juga dibarengi dengan aqiqah. Makanan yang biasa dihidangkan dalam puputan yaitu ingkung ayam jago dan atau aqiqah kambing 2 bagi bayi laki laki, kambing 1 bagi bayi perempuan. Untuk para tetangga rewang memasak guna mempersiapkan hidangan buat para tamu ataupun buat berkat, adapun isi berkat nasi, sayur, ingkung, endok, peyek gereh, peyek kacang, klubanan, lentho, serundeng, kerupuk, mie goreng, pelas.
Cukur rambut
Setelah pothol puser atau pusarnya lepas maka puser ini harus disimpan dan dirawat, suatu saat jika bayi meriang bisa diberi air rendaman puser. Acara malam hari dengan membaca bacaan Al-Barzanji dan selawat selanjutnya pencukuran rambut bayi dengan gunting, yang dikasih air bunga mawar, ditaruh telur ayam kampung, setelah mencukur sebagian rambut bagi para tetangga meniupkan doa ke kepala bayi, bayi digendong oleh ayahnya atau saudara laki laki dan dilindungi payung. Sementara semua orang berdiri berdoa ada seseorang yang menyemprotkan minyak wangi ke setiap orang.
Gambar
Narasumber
- Ibu Trimurni, 63 tahun, Sesepuh desa, Desa Wringinputih