(Narasi oleh Lukman Fauzi Mudasir dan Diyah Nur Arifah)
Narasi
“Simbah Wonosegoro menika ingkang kasebut cikal bakal saestunipun pelarian saking ngayogyakarta lan wonten sekmastani saking Grobogan Purwodadi” (Simbah Wonosegoro disebut cikal bakal berasal dari Yogyakarta dan ada yang bilang dari Grobogan Purwodadi) demikian kata Bapak Abdullah Ubaedi (67 tahun) dari Dusun Bumisegoro sambil mengingat apa yang pernah dia dengar dari para sepuh dahulu. “Sarean Bumisegoro niki kalebet makam ingkang sepuh piyambak” (Makam Bumisegoro ini termasuk makam yang paling tua sendiri) katanya juga. Selain Simbah Wonosegoro di Makam Bumisegoro terdapat juga makam sesepuh lain yaitu Simbah Mbuduran, Simbah Suryodiningratan, dan Simbah Ali Muhtar (kyai terkenal yang menjadi pembuka penyebaran agama Islam pertama di wilayah Borobudur).
Ada hal unik yang diceritakan oleh Bapak Abdullah Ubaedi terkait dengan tokoh lain yang disebut Nyai Lanjar yang dianggap sebagai ahli memahat arca saat proses awal pembangunan candi. Namun meski demikian belum jelas terkait hal tersebut, karena cerita ini bermula ketika beliau menerima tamu pada tengah malam sekitar pukul setengah dua belas malam sampai pukul dua pagi. Tamu tersebut berasal dari Ciamis, Jawa Barat, mereka berombongan mencari jejak keberadaan Nyai Lanjar dikarenakan petunjuk gaib yang mereka dapat dari rumahnya agar mencari Makam Nyai Lanjar di antara Gupolo dan Desa Tanjung Sari. Ketika Bapak Abdullah Ubaedi menanyakan asal cerita kepada rombongan tersebut, dikatakan informasi keberadaan Makam Nyai Lanjar berasal dari petunjuk seorang yang bernama Melati Kuncup yang merupakan penderek (pengikut) Prabu Siliwangi
Gambar
Narasumber
- Bapak Abdullah Ubaedi, 67 tahun, dusun Bumisegoro desa Borobudur