(Narasi oleh Jiyomartono dan Nurudin)
Narasi
Menjelang tujuh bulan kehamilan menurut orang Jawa pada usia tersebut sama seperti jumlah hari dalam satu minggu yaitu 7 hari, karena usianya yang genap maka si jabang bayi sudah siap lahir pada sewaktu-waktu. Namun meski demikian umumnya akan lahir setelah berumur 9 bulan 10 hari, dan jika lahir sebelum genap 9 bulan maka disebut lahir prematur.
Orang Jawa paham betul tentang ini maka tidak lupa mereka harus berdoa dan mengadakan acara mitoni atau 7 bulanan agar saat bayi lahir dengan selamat, kelak menjadi anak yang bermanfaat dan berbakti kepada orang tua, nusa dan bangsa. Pembacaan doa diawali dengan membaca surat 7 dari Al-Quran.
Berdasarkan penjelasan Ibu Sumiyati (55 tahun), maksud dari acara mitoni ini juga karena kita meminta tolong kepada sang pencipta agar mendapat pertolongan untuk dimudahkan sewaktu melahirkan maka menggunakan angka 7 sebagai simbol pitulung atau pertolongan. Sehingga ubo rampe atau perlengkapan yang disajikan mengarah pada permintaan kemudahan dan keselamatan, bayi yang lahir komplit dan tidak cacat baik fisik maupun mental. Sebelum acara selamatan dimulai akan didahului dengan siraman atau mandi yang dipimpin oleh orang tua ibu dari perempuan yang hamil atau dipandu oleh mbah dukun bayi. Ubo rampe yang biasa digunakan, seperti degan kuning atau kelapa gading, tumpeng robyong, dawet, joko nginthil, clorot, kolak waloh, ketupat, dan jajan pasar.
Mecah kwali menjadi sesi puncak acara mitoni yaitu prosesi memecah kwali yang berisi jenang abang putih, telur dan uang, dan sebagian makanan. Kwali ini dilempar keatas agar jatuh dan pecah dengan mengucapkan mantra “lanang wedok arep slamet” yang artinya walaupun yang lahir bayinya laki laki atau perempuan yang penting selamat.
Gambar
Narasumber
- Ibu Sumiyati, 55 tahun, Pelaku budaya, Desa Wringinputih