(Narasi oleh Taufik Hidayat dan Jamil Rochmatulloh)

Narasi

“dipenging sesepuh ojo wani-wani nggelar laku-laku gending”

Sejak dahulu, kesenian wayang tidak pernah dilakukan di Desa Tegalarum. Berdasarkan penuturan Bapak Khotib (49 tahun), pantangan melakukan kesenian wayang, ketoprak dan jathilan ini didasarkan pada cerita sesepuh dan generasi terdahulu yang ada di Dusun Prembulan mengatakan bahwa konon sebelum tahun 1970 pernah dilakukan pagelaran wayang yang ditanggap oleh satu keluarga. Namun setelah pagelaran wayang tersebut, perlahan satu persatu anggota keluarga tersebut meninggal dunia atau disapu kelor. Sampai saat ini tidak ada yang mengetahui sebab terjadinya kematian satu keluarga setelah menggelar pertunjukan wayang. Beberapa masyarakat menduga dan mempercayai bahwa hal tersebut dikarenakan proses akulturasi budaya yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang disebarkan oleh Raden Syaid Ali. Kini, pesareannya ada di Dusun Prembulan.

Setelah selang belasan tahun kemudian, diadakan pagelaran wayang yang berlokasi di Dusun Kedungrengit yang merupakan prasyarat pemotongan rambut salah seorang warga yang memiliki rambut gimbal. Hal tersebut merupakan saran dari salah satu sesepuh desa kala itu. Menurut Bapak Khotib, pagelaran wayang tersebut diadakan dengan tujuan menjaga keselamatan sang anak. Rambut gimbal si anak tersebut, didapatkan sejak SD yang tidak pernah diadakan pemotongan rambut hingga si anak menginjak smp. Hingga kini, pertunjukan pewayangan tidak pernah diselenggarakan lagi di Desa Tegalarum karena masyarakat percaya dengan pantangan atau larangan yang jika dilanggar dikhawatirkan akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan karena peringatan dari sejarah-sejarah yang sudah terjadi. Kesimpulannya, masyarakat Dusun Prembulan tidak melakukan pagelaran laku gending gamelan jawa seperti jathilan, wayang dan ketoprak. Namun, kesenian jathilan dan gamelan hanya berani ditampilkan di tiga dusun yaitu Dusun Susukan, Dusun Tegalwangi, dan Dusun Kedungrengit.

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Bapak Khotib, 49 tahun, desa Tegalarum

Relasi Budaya

Sumber Lain

Ulasan...