(Narasi oleh Arif Sutoyo dan Nur Kholiq)
Narasi
Mujahadah atau yang sering disebut dengan Mujadahan adalah kegiatan berdoa atau memohon sesuatu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Mujahadah dilakukan secara rutin dengan cara ngeyel/ngedrel atau mengharuskan. Bacaan-bacaan yang dirapal adalah Surat Yasin, Hasbunallah, serta bacaan sholawat sepeti Huwal Kahfi, Allahul kahfi, Tahlil, dan Asmaul Husna.
Bapak Achyadi (61) menceritakan bahwa kegiatan keagamaan di Desa Ngargogondo dahulu selalu berawal dari Dusun Parakan, kemudian menyebar ke dusun-dusun sekitar. Begitu pula dengan kegiatan Mujahadah yang sudah ada sejak tahun 1950-an bahkan mungkin jauh sebelum itu. Berawal dari ibu-ibu di Dusun Parakan pimpinan Almh. Ibu Cokro Rejo atau yang lebih dikenal dengan sebutan Alm. Mbah Umu. Pada mulanya, Mujahadah selalu diadakan pada malam Rabu di kediaman Beliau atau di Mushola dekat rumah. Jumlah jemaah mujahadah dari Mbah Umu dahulu sudah cukup banyak, sekitar 60 hingga 70-an orang. jemaahnya pun tidak terbatas hanya dari Dusun Parakan saja, tetapi juga dari dusun-dusun sekitar seperti Dusun Kuncen, Kujon, Ngargosari, hingga Malangan.
Pada suatu waktu, kegiatan mujahadah di Dusun Parakan sempat terhenti. Namun, atas desakan para ibu dan Mbah Umu sendiri, antara 1970 akhir hingga 1980-an awal, Bapak Achyadi yang waktu itu masih muda dan baru lulus dari pesantren diminta untuk membangkitkan dan menggiatkan kembali kegiatan mujahadah tersebut. Mulai dari saat itulah kegiatan mujahadah  digilir dari rumah ke rumah para jemaah setiap malam Jum’at. Jemaahnya pun masih lintas dusun, sama seperti ketika dipimpin oleh Mbah Umu. Dalam perjalanannya,, karena jemaah Mujahadahnya yang lintas dusun, Bapak Achyadi di undang sampai Kujon, Kuncen, bahkan Ngargosari.
Pada mulanya, kegiatan mujahadah terselenggara tanpa ada sajian makanan apapun. Lalu, dalam perkembangannya, acara mujahadah kadang diselingi dengan acara syukuran dan haul leluhur. Berawal dari itulah dalam acara mujahadah dihidangkan makanan secara sederhana.
Pada medio tahun 1980-1990-an, barulah para lelaki terutama bapak-bapak dari Dusun Parakan mengadakan rombongan mujahadah yang dipimpin oleh Bapak Zainal. Barulah kemudian jemaah mujahadah mulai menyebar dan berdiri sendiri di dusun-dusun sekitar di wilayah Ngargogondo dan masih eksis hingga kini.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bapak Achyadi, 61 tahun, pelaku budaya, Dusun Parakan Desa Ngargogondo.