(Narasi oleh Romdhoni dan Andika Ulinnuha)
Narasi
Tidak seperti zaman sekarang yang menggunkan alat modern, membajak sawah dahulu menggunakan tenaga hewan sapi atau kerbau. Kata Muh Romin (69 tahun), warga Dusun Brongkol, Desa Tanjungsari, membajak sawah zaman dulu dilakukan dua kali. Pertama adalah membajak sawah tahap pertama yaitu ngluku. Ngluku bertujuan membalikkan permukaan tanah. Setelahnya sawah dibiarkan terlebih dahulu agar rumput-rumput yang tertimbun dari proses pembalikan tanah tersebut membusuk. Umumnya pembiaran lahan dilakukan selama satu minggu sebelum menuju proses berikutnya. Setelah kurun satu minggu dibiarkan, proses selanjutnya adalah pembajakan tahap kedua yaitu nggaru. Jika ngluku adalah membalikkan tanah, maka nggaru adalah meratakan tanah dan menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah serta menyapu sisa-sisa rerumputan yang tidak membusuk atau rumput yang hidup lagi. Setelah proses nggaru selesai, maka tanah siap untuk ditanami.
Aktivitas membajak sawah seperti dulu sudah sangat jarang sekali ditemui karena sudah ada alat modern yang membuat pengerjaan lebih cepat. Kini, alat bajak sawah milik Mbah Muh Romin hanya disimpan saja di gudang rumah. Beliau menyadari jika menggunakan alat modern sangat meringkas waktu dan tenaga sehingga lebih efektif dan efisien.
Gambar
Narasumber
- Mbah Muh Romin, 69 tahun, Sesepuh desa, Pelaku budaya, Dusun Brongkol Desa Tanjungsari