(oleh Mifti Anjani dan Erwanudin)
Narasi
Menurut Pak Umar warga RT 10 Dusun Nalan II berusia 60 tahun yang kami temui, Nyadran adalah tradisi ngirim untuk para arwah leluhur yang disemayamkan di desa. Ngirim disini bukan kemudian memberikan sesajen untuk arwah, melainkan mengirim do’a. Nyadran sudah dilakukan turun temurun oleh masyarakat Desa Kenalan, ada yang menceritakan bahwa tradisi nyadran ini merupakan tradisi serapan dari Kraton Yogyakarta, ada pula yang menceritakan bahwa tradisi tersebut memang hanya mengikuti tradisi kakek buyut.
Bulan Ruwah/Sya’ban
Masih menurut Pak Umar, tradisi ini berlangsung setiap bulan ruwah atau bulan sya’ban pada setiap tahunnya. Tanggal dan pastinya akan berbeda-beda sesuai dengan dusun yang menyelenggarakan, di desa Kenalan biasa ditentukan dengan jadwal hari asapon. Karena di Desa Kenalan terdapat lima Dusun, berarti juga aka nada 5x proses nyadran ini berlangsung.
Ngirim (Mengirim doa)
Nyadran memang sebuah tradisi, tetapi bagi masyarakat desa Kenalan nyadran ini bisa dikatakan sebuah kewajiban. Sebab jika seseorang yang telah memiliki anggota keluarga yang sudah meninggal dan disemayamkan di Desa Kenalan sudah bisa bahkan harus mengikuti nyadran. Tidak hanya umat muslim, akan tetapi umat non-muslim juga turut menyelenggarakan nyadran. Tradisi mengirim leluhur ini bisa dibilang seperti Bodo sebab, anak atau ahli waris yang sudah pergi dari Desa Kenalan pun ketika ada nyadran, mereka akan pulang untuk ngirim leluhur mereka. Seperti ketika lebaran kita pulang kerumah orang tua yang masih hidup.
Berseh Makam
Dalam proses nyadran terdapat beberapa rangkaian acara mulai dari berseh makam yang dilakukan dua sebelum jadwal puncak acara nyadran. Kedua, merupakan acara persiapan atau Tarub. Ketiga, Qur’an pada malam hari-H. dan yang Ketiga adalah acara puncak Nyadran tersebut.
Berseh yang dalam bahasa Indonesia adalah bersih, memang merupakan awal prosesi tradisi nyadran di Desa Kenalan. Berseh “BERsih-bersih SarEHan” atau makam. Dilakukan 2 atau 3 hari sebelum puncak acara Nyadran. Ibaratnya seperti ketika mau lebaran, kita membersihkan rumah. Tetapi rumah yang dibersihkan adalah rumah masa depan atau sarean. Dimana para leluhur, cikal bakal, kakek, nenek, orang tua yang sudah meninggal bersemayam”mosok seng mati arep resik-resik dewe to nduk?” terang narasumber. Membersihkan seluruh area makam, dilakukan bersama-sama oleh semua warga dusun setempat. Terkadang beberapa warga juga menggunakan kesempatan ini untuk berziarah dan juga nyekar di makam leluhur mereka.
Tarub
Kegiatan selanjutnya yakni tarub. Tarub adalah proses penyiapan tempat yang akan digunakan dalam penyelenggaraan nyadran. Dulu pas masyarakat Klanten (salah satu nama Dusun di Kenalan) belum sebanyak saat ini, kegiatan nyadran hanya dilakukan di masjid. Tetapi karena sekarang jumlah penduduknya semakin meningkat, jumlah ahli waris yang datang juga banyak sehingga butuh tambahan lokasi untuk menghormati tamu-tamu yang datang mengikuti acara nyadran tersebut. Karena tarub ini adalah mempersiapkan lokasi, sehingga yang melakukan lebih banyak kaum laki-laki. Sedangkan ibu-ibu akan berada di rumah mencicil pembuatan ubo rampe, yang akan digunakan dalam pembuatan berkat.
Ingkung & Sego Wuduk
Setelah persiapan lokasi selesai, berarti yang ada adalah giliran ibu-ibu dalam menyiapkan segala bentuk dan keperluan berkat pada acara nyadran. Dari semua warga yang ada, dibagi dalam beberapa kelompok yang mempunyai tugas masing-masing. Ada yang membuat berkat, ada yang membuat lalaban wedang, ada yang memasak lauk, serta ada yang memasak ingkung dan sego wuduk.
Tiba pada malam hari, semua warga desa akan berkumpul di lokasi nyadran untuk qur’anan. Mengapa demikian, sebab menurut narasumber seringkali ketika pada hari-H nyadran masyarakat desa setempat tidak bisa ikut pembacaan do’a, dikarenakan masyarakat sibuk menjadi panitia.
Ubo rampe
Hari-H Nyadran mulai dari pagi hari, bapak-bapak, ibu-ibu, dan para pemuda akan berbondong-bondong datang ke lokasi Nyadran. Tentu saja dengan membawa semua ubo rampe yang telah di buat di rumah masing-masing, sesuai dengan tugas yang diterima.
Pembagian berkat
Para sesepuh berada di barisan paling depan, menyambut kedatangan tamu-tamu yang hadir pada hari tersebut. Para bapak-bapak berada di lokasi pengumpulan berkat, bertugas menyiapkan berkat agar sesuai dengan jumlah peserta yang akan nanti akan diberikan berkat tersebut. Ibu-ibu, ya tentu saja berada di persiapan konsumsi, meracik nasi, sayur, lauk, untuk nenti di hidangkan setelah selesai pembacaan do’a. sedangkan kaum muda bertugas menghidangkan atau dalam bahasa desa Kenalan adalah Ngladeni tamu. Begitulah tugas masing-masing kelompok pada adat Nyadran.
Gambar
Narasumber
- Mbah Umar, 60 tahun, sesepuh desa Kenalan