(Narasi oleh Arif Sutoyo dan Nur Kholiq)
Narasi
Luweng
Dapur, yang dalam bahasa Jawa disebut pawon, merupakan bangunan rumah yang khusus disediakan untuk kegiatan masak-memasak. Dalam tata ruang rumah jawa, pawon mempunyai peranan yang penting. Pawon, dalam praktiknya, menjadi pusat kegiatan sehari-hari untuk penyediaan makan dan minum keluarga. Dalam proses memasak, peralatan tungku perapian dalam pawon masih menggunakan luweng. Oleh karena itulah mengapa di dalam pawon bergelantungan sawang (jelaga) yang hitam oleh asap api. Asap dari luweng pula yang menyebabkan permukaan luar panci dan peralatan memasak lainnya berwarna kehitaman dan diselimuti jelaga. Karena penampilan pawon yang serba hitam dan terlihat kotor, dalam tatanan rumah tradisional jawa, pawon diletakkan di bagian samping atau belakang rumah.
Bambu, Kayu & Batu
Di dalam pawon seperti kepunyaan Mbah Sis (80 tahun) di Dusun Parakan, peralatan memasak yang digunakan sebagian terbuat dari tanah liat, anyaman bambu, tempurung kelapa, kayu, batu, dan aluminium. Peralatan memasak dari tanah liat misalnya kuali, tutup kuali, dan cowek. Adapun peralatan yang terbuat dari anyaman bambu misalnya kukusan, kalo, cething, dan tedo atau eblek (tampah). Kemudian ada peralatan yang terbuat dari tempurung kelapa misalnya irus. Ada juga peralatan dari kayu misalnya munthu, parut, dan centhong. Alat-alat yang terbuat dari batu seperti lumpang, cowek dan munthu juga tersedia. Selain dari bahan-bahan yang telah disebutkan, banyak pula peralatan dan perlengkapan memasak yang menggunakan bahan aluminium berupa tembaga, besi, aluminium, seng. Peralatan tersebut di antaranya yaitu dandang, kenceng, wajan, ketel, ceret, dan panci. Dalam pawon, peralatan dapur tersebut pada umumnya diletakkan pada sebuah rak yang terbuat dari kayu atau bambu yang dikenal dengan istilah tengkrek atau ada pula yang disebut paga.
Paga
Kegunaan paga dalam pawon cukup penting. Paga yang dipasang di dinding pawon gunanya untuk menyimpan perkakas peralatan masak. Sedangkan paga yang dipasang diatas luweng berfungsi untuk menyimpan dan mengeringkan bahan bakar seperti kayu dan sepet (ijuk kelapa). Selain itu, paga juga berfungsi sebagai petarangan atau tempat menggantung hasil pertanian ketika musim panen jagung tiba. Mbah Sis menceritakan dahulu jagung yang digantung di paga bisa sampai 100 unting (ikat). Dahulu, hasil panen jagung Mbah Sis selain untuk dimakan sendiri, juga dijual dan disisakan sedikit sebagai benih untuk musim tanam selanjutnya.
Amben
Dalam pawon Mbah Sis juga masih dijumpai amben, yaitu sebuah tempat seperti dipan yang terbuat dari bambu. Kegunaan amben sendiri selain untuk duduk ketika akan meracik bumbu, juga untuk seseleh (meletakkan atau menyimpan) perkakas kecil, bumbu-bumbu dan bahan makanan, atau makanan yang sudah matang dan sudah diletakkan dalam wadah makanan.
Pergeseran
Kini, seiring dengan perkembangan zaman dan karena keterbatasan lahan, pawon seperti kepunyaan Mbah Sis sudah mulai ditinggalkan dan berganti dengan dapur modern yang menyatu dengan rumah. Menyesuaikan dengan perubahan itu, peralatan dan perlengkapan memasak yang digunakan juga telah banyak diganti dengan teknologi modern berbasis tenaga listrik.
Gambar
Narasumber
- Mbah Siswiyati, 80 tahun, sesepuh desa, pelaku budaya, Dusun Parakan Desa Ngargogondo.