(Narasi oleh Muhammad Ja’far Qoir dan Miftakhul Fauzi)

Narasi

Bapak Rukun (64 tahun) adalah warga Dusun Dukoh yang sampai saat ini masih terus berjuang dengan keterampilannya dalam membuat anyaman rigen guna mencukupi kebutuhan  keluarga di masa modernisasi saat ini. Keseharian Bapak Rukun sebagai seorang petani yang menanam padi atau ketela di musim tertentu. Bapak Rukun yang hidup di lingkungan penuh pohon bambu membuat dia memiliki kemampuan mengolah bambu dengan sendirinya.

Sejak 1970an

Saat Bapak Rukun masih berumur 15 tahun atau tahun 1970 an, kala itu sudah bisa menghasilkan uang dari membuat rigen membantu ayahnya, kala itu harga rigen masih di sekitaran 200 rupiah sedangkan saat ini harga rigen berkisar Rp 12.000 (th 2021). Bapak Rukun dari umur 15 tahun sudah mampu membuat rigen dan menghasilkan uang sendiri.

Rigen sendiri adalah anyaman bambu yang digunakan untuk menaruh tahu agar tertata dan mampu menyaring air dari tahu yang sudah dicetak. Dusun Dukoh yang banyak  memiliki pohon bambu dimanfaatkan Bapak Rukun dan warga lainnya untuk membuat rigen. Bambu yang digunakan untuk membuat rigen adalah jenis bambu wulung, bambu yang tidak mudah patah dan memiliki serat yang kokoh,

Pantangan

ajo ngetok pring nang dino pahing, opo meneh seloso pahing , lan padang bulan, kui ra oleh” Jangan memotong pohon bambu di hari pahing, atau selasa pahing bahkan pada saat bulan purnama.

Larangan ini turun temurun diyakini oleh warga Dusun Dukoh, karena apabila larangan tersebut dilanggar maka hasil dari produk  bambu akan mudah rusak dan tidak maksimal hasilnya, konon apabila memotong pohon bambu pada hari pahing, atau bulan purnama maka pohon bambu tersebut akan diserang kutu bubuk secara perlahan, bahkan sudah diberi racun kutu sekalipun.

Ketelitian

Membuat rigen tidaklah mudah harus memiliki ketelitian dalam memotong bambu ataupun saat menganyamnya. Dalam membuat satu rigen, Bapak Rukun biasa membutuhkan sekitar 15 menit untuk membuatnya. Namun yang lama adalah proses pengeringan bambu, dibutuhkan sekitar 7 hari hingga kadar air dalam bambu hilang, kemudian ngirat atau memisahkan kulit bambu dan isinya, karena yang digunakan adalah isi bambu untuk membuat rigen, potongan kecil kecil bambu kemudian dibersihkan agar tidak terdapat serabut serabut bambu yang nantinya merusak bahan tahu dalam fungsinya.

Kebun bambu sendiri

Saat ini Bapak Rukun memiliki kebun bambu nya sendiri. Bapak Rukun dibantu oleh pengelola wisata desa sedang mengembangkan rigen ke ranah pariwisata, yang nantinya apabila rigen tidak dibutuhkan lagi dalam proses membuat tahu, namun setidaknya masih dapat dikenalkan ke masyarakat umum dan tidak akan hilang nilai sejarahnya.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Bapak Rukun, 64 tahun, pengrajin rigen, dusun Dukoh desa Karanganyar

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...