(Narasi oleh Nurul Amin H. dan Wasis)

Narasi

Dede/Wekaring

Mbah Karing merupakan pepunden yang berada di Dusun Gombong. Berdasarkan penuturan Alm. Simbah Kromotani, Mbah Karing merupakan seorang prajurit keraton Bagele. Masyarakat di sekitar Dusun Gombong tidak mengetahui nama asli dari Mbah Karing. Yang khas dari Beliau adalah kebiasaannya dede atau wekaring (berjemur) di bawah pohon kemuning setiap pagi, sehingga masyarakat setempat menyebutnya mbah Karing atau Kyai Karing. Di Dusun Gombong, Mbah Karing membantu perjuangan Pangeran Diponegoro pada masa penjajahan Belanda di Bumi Pertiwi. Pada saat Pangeran Dikarenakan ditangkap oleh Belanda, Mbah Karing menetap di Dusun Gombong yang pada saat itu baru ada tiga rumah, yaitu rumah simbah Mukri, rumah simbah Kromotani, dan rumah simbah Sarbini. Mbah Karing tidak memiliki anak (tidak memiliki keturunan) maupun istri semasa hidupnya. Setelah meninggal, Mbah Karing dikuburkan di tempat tinggalnya yang disebut setonoduduo yang artinya istana untuk duda atau istananya seorang duda.

Juru Kunci

Munadi Kodrim (57 tahun) beralamat di Dusun Gombong Kembanglimus, merupakan juru kunci makam Mbah Karing. Berdasarkan pengalamannya membersihkan makam Mbah Kyai Karing, biasanya orang yang melakukan nyekar ke makam Mbah Karing  adalah untuk tawasul atau mendoakan arwah. Doa yang biasa dilakukan kurang lebih sama seperti tahlil yang berupa surah Al-Fatihah, surah An-Nas, dan Ayat Kursi. Selain ke makam Mbah Karing, biasanya ada juga warga yang nyekar ke makam kakek mereka. Biasanya, nyekar dilakukan pada malam Jumat, hari raya Idul Fitri, dan hari raya Idul Adha. Saat nyekar, para peziarah akan membawa bunga mawar dan bunga kenanga untuk ditaburkan diatas makam tersebut untuk menandakan bahwa baru saja ada orang yang mengunjungi makam tersebut. Bapak Munadi ini sendiri, mengurus makam Mbah Karing karena sudah terbiasa dan tidak ada rasa takut. Sebaliknya, perasaannya menjadi tenang setelah membersihkan makam Mbah Karing. Beliau juga menceritakan bahwa pada tahun 2010 pernah terjadi hujan abu yang sangat tebal sehingga menyebabkan atap nya rusak dan harus diganti, serta tiang yang dulunya terbuat dari kayu pun diganti dengan tiang yang terbuat dari beton. Lalu, masyarakat setempat bergotong royong untuk memperbaiki bagian yang rusak dengan dana yang diperoleh dari swadaya atau bantuan masyarakat.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Munadi Kodrim, 57 tahun, Juru kunci, Dusun Gombong Desa Kembanglimus

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...