(Narasi oleh Mustofa dan Zam Zamil Huda)

Narasi

Petilasan keramat berada di dusun Parakan. Menurut Bapak Abdul Jabbar, tempat tersebut dulu menjadi tempat singgah atau pinarak Sunan Kalijogo dalam perjalanan mencari soko guru atau tiang masjid Agung Demak. Di tempat tersebut Sunan Kalijaga memotong jenggot dan kumisnya. Beliau kemudian meninggalkan sajadah dan tasbih yang konon saat ini masih ada namun berbentuk ghaib dan hanya orang-orang tertentu yang dapat melihatnya.

Warga masyarakat kemudian membuat cungkup berupa rumah kecil yang awalnya dari kayu dan kemudian dibangun secara permanen menggunakan batu-bata. Selain cungkup terdapat juga prasasti yang berupa batu yang saat ini berada di samping rumah Bapak Ali Muchtar. Batu tersebut pada awalnya dapat digoyang-goyang akan tetapi tidak dapat dicabut. Dulu pernah dicoba untuk dipindahkan dengan digali sedalam 3-5 meter namun tidak bisa ditemukan ujung bawahnya dan bentuk batunya tetap sama.

Saat ini meski cungkup Petilasan Keramat tersebut telah dibuat permanen namun lantainya tetap dibiarkan begitu saja. Konon kata orang-orang, telapak kaki Sunan Kalijaga tetap akan berada di atas, meskipun lantai tersebut dibangun atau bahkan terkubur dalam.

Dahulunya area Petilasan Keramat cukup luas, akan tetapi saat ini dengan bertambahnya penduduk dan kemajuan zaman, areanya digunakan menjadi jalan dan sebagian menjadi halaman tempat tinggal penduduk. Kegiatan-kegiatan seperti majemukan dusun dan peringatan hari atau bulan-bulan tertentu juga diadakan di Petilasan Keramat, akan tetapi saat ini tidak lagi digunakan dengan area lahan yang semakin menyempit.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Abdul Jabbar, 46 tahun, Dusun Parakan RT 02/RW 04, Desa Giripurno

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...