(Narasi Oleh Ahmad Saeful M dan Zulfikar Maulana M)

Narasi

Berbicara mengenai ahli pijat, terdapat ahli pijat yang cukup terkenal dari Desa Bigaran, beliau adalah Pak Djumarno Sidiq, pria berusia 52 tahun yang beralamat di Dusun Serut Rt005/Rw002, saat itu kami datang menemui beliau untuk tanya-tanya tentang cerita ilmu pijatnya.

Sejarah dan Syarat

Berawal dari keinginan saat muda sebelum menikah beliau sudah punya bakat memijat, beliau menikah umur 25, untuk jasa memijatnya dulu hanya segelintir orang yg tau atau belum rame soalnya dengan alasan hanya ingin saling menolong. Berselang waktu kemudian beliau ingin meningkatkan ilmu dalam pijat tradisionalnya, lalu beliau berguru kepada Pak Gito Jatisari Blongkeng Ngluwar. Pak Gito adalah saudara Pak Djumarno yang silsilahnya dari keluarga Temanggung.  Mbah Gito memulai bergelut di pijat tradisional setelah menikah dengan Ibu Tasripah yg berasal  dari Dusun Sumberjo, Bigaran, Borobudur . Ibu Tasripah memiliki adik bernama Muslih yg juga berprofesi Pijat Tradisional.

Berguru di Pak Gito

Pak Djumarno telah bergelut di dunia pijat tradisional di berbagai tempat, Pertama saat muda sering diminta tolong untuk memijit teman atau saudara, kemudian ikut dengan guru pertamanya yaitu Pak Gito di Dusun Jati Sari, Blongkeng, ngluwar, Magelang. Kedua Pak Muslih yaitu adik dari istri gurunya yang juga adik seperguruannya yang membuka praktek di daerah Kaliurang, Sleman, Yogyakarta dan sekarang membuka praktek pijat di rumahnya.

Khasiat air putih

Beliau tidak sungkan untuk belajar pijat kepada siapapun walaupun kepada adik sepergruannya demi mendapat ilmunya. Hingga mendapat ilmu yg digunakan sekarang yaitu memadukan ilmu tradisonal dan ilmu biologinya. Kemudian beliau juga belajar dari Bapak Mertuanya yg kebetulan seorang kiyai dan juga sesepuh di Dusun Serut tersebut yg mengajarkan kasiat air putih dan juga amalannya. Tak lupa juga guru spiritual yang baru awal pandemi dua tahun lalu yaitu Mbah Cip yang bertinggal di Dusun Nglepu, Sambeng, Borobudur.

Semenjak Pak Gito Beristri, Pak Gito yang sudah memiliki ilmu silat dan tenaga dalam terus melanjutkan ilmunya dalam pijat tradisional tersebut hingga menjadi kepercayaan banyak orang. Pak Djumarno pun berguru kepada Pak Gito.

Pegangan / tameng

Untuk menjadi seorang praktisi pijat tradisional tidak sembarangan, harus memiliki pegangan atau tameng untuk menghindari hal-hal yg tidak diinginkan, menurut penuturan Pak Djumarno “lucu yen mejeti uwong keno uwong” yang artinya memijat orang namun bisa terkena guna guna.

Saat berguru Pak Djumarno harus melakukan berbagai syarat, Diantaranya seperti :

  • Melakukan wirid amalan 40 hari di makam Simbah Aryo Kusumo, Dusun Dawang, Blongkeng, Ngluwar, Magelang (tempat nyantrik di Mbah Gito) pada tengah malam hari.

Tidak boleh tidur di sore hari sampai jam 00:00 kemudian berangkat ke kuburan. Sesampainya di kuburan memaca amalan seperti Nubuwat 100X, Ayat Kursi 41X, Al-Ikhlas 1500X, Surah Yasin Ayat 82, dan lain sebagainya.

Selesai melakukan amalan, lalu istirahat dengan tidur di samping makam, saat tidur pun beliau harus menempelkan telapak tangan kanan yang ada secarik kertas bertuliskan kalimat amalan, kemudian kepala harus menghadap ke kiblat seperti orang mati yang dikubur.

Didatangi Nyai Jeruk

Ada sebuah cerita saat beliau melakukan proses wirid 40 hari di kuburan tersebut tidak bisa penuh menjalankannya dikarenakan beliau didatangi sosok makhluk halus seorang perempuan berbaju kebaya jaman dahulu, Pak Djumarno pun bersila sudah membaca ayat kursi seberapa banyak pun tidak menghilang,kemudian Pak Djumarno memberanikan diri untuk menanyakan sosok tersebut yg bernama Nyai Jeruk,  Nyai jeruk adalah salah satu sosok penunggu kuburan tersebut. Beliau juga menanyakan kepada temannya yg bertempat tinggal di daerah tersebut untuk meyakinkan benar keberadaannya.

Pantangan memperjualbelikan

Sebenarnya jika dalam melakukan amalan tersebut genap 40 hari apa yang dicita-citakan akan terkabul. Amalan itu sebenarnya berat dan tidak mudah. Karena amalan sejatinya adalah tameng utuk diri kita di waktu hidup juga nanti setelah kita mati menjadi jawaban apa yg di lakukan semasa hidup. Amalan juga sangat banyak rupanya seperti amalan untuk kekuatan pikiran, badan,tangan, kaki dan lain sebagainya terdapat dalam kitab Mujarobat. Amalan atau do’a juga tidak baik untuk di perjual belikan karena Pak Djumarno pernah mengalami hal yang tidak baik setelah melakukan hal tersebut.

 

  • Melakukan wirid amalam 7 hari di makam Simbah Ronggo Satoto, Dusun Serut, Bigaran, Borobudur (merupakan domisili tempat tinggal Pak Djumarno dan makam keramat di Dusun Serut) pada tengah malam hari. Proses wiridnya sama seperti proses wirid di makam Simbah Aryo Kusumo.

 

  • Membaca Al Qur’an selama Setahun, perbulan mesti khatam sebanyak 3 kali.

Prosesnya adalah beliau setiap waktu luang membaca Al Qur’an perbulan mesti khatam sebanyak tiga kali. Saat mengamalkan membaca Al Qur’an selama satu tahun tersebut di tengah perjalanan beliau juga mendapat rejeki yaitu bisa mendapatkan seorang istri, namun sebenarnya kurang bagus ketika sedang menjalankan amalan terus dipotong dengan acara pernikahan karena waktu yang harusnya terus dilakukan pengamalan namun terpotong dengan diadakannya hari pernikahan. selang waktu setelah selesai atau katam dalam mengamalkan membaca Al Qur’an tersebut beliau bersama sang istri diadakan acara kataman di tempat sang guru, acara khataman juga dilakukan pada umumnya seperti di langgar. Termasuk menyembelih ayam mengundang saudara tetangga dan lain sebagainya.

  • Puasa selama 40 hari.

Prosesnya adalah puasa seperti bulan idul fitri. Dalam puasa beliau sukses dalam menjalankannya.

  • Puasa Putih

Puasa Hari, hari pertama makan nasi tujuh kepal tangan dan minum air bening / air mineral : jumlahnya bebas untuk air minum. Hari kedua makan nasi 6 kepal, sampai berlanjut ke hari terakhir atau hari ketujuh hanya makan nasi satu kepal.

  • Sholat Hajad

 

  • Sholat berjamaah lima waktu harus tidak pernah putus, jika tertinggal di mushola dapat dilaksanakan di rumah bersama saudara

 

  • 40 kali membaca waidza batostum batostum jabarin dengan posisi tangan mengepal dan tetap posisi tahiyat akhir dengan tangan mengepal ditaruh diatas kaki telapak kaki bagian belakang . Dilakukan selepas Sholat dan wiridan.. Hal ini dilakukan untuk meminta kekuatan kepada Allah S.W.T untuk diberi kekuatan pada piranti pijat yakni tangan.

 

Alat-Alat Pijat Pemberian

            Setelah melakukan syarat tersebut Pak Djumarno melakukan pijat tradisional pertamanya kepada gurunya sendiri yaitu Pak Gito. Media yg digunakan adalah tangan kosong.

Berselang waktu setelah menemui rupa penyakit dan berbagai macam pasien Pak Djumarno diberi alat oleh salah satu pasiennya seorang polisi POLWIL, beliau diberi benda kayu Bintang segitiga dari bahan kayu jati. Namun alat tersebut tidak bertahan lama di gunakan oleh beliau, dengan alasan karena lebih terasa dengan tangan kosong dalam memijat yang sakit. Setelah dipijat, dahulu biasanya Pak Djumarno juga memberikan jamu-jamuan kepada pasiennya, namun juga melihat penyakitnya.

Pertama sinsei berasal dari cina berbentuk butiran kecil seperti klenteng, berkhasiat untuk menyuburkan kandungan, menyehatkan jantung, ginjal, lambung, paru-paru dan lain sebagainya.

Kedua jejamuan berasal dari cilacap berbentuk bubuk bernama sinatren berkhasiat menyembuhkan gatal, pegel linu,sesak dan lain sebagainya.

Namun tidak bertahan lama karena obat tersebut ada yg legal dan ilegal,juga pernah mendapatkan pengalaman yg tidak baik karena berurusan dengan kepolisian yang membuat tidak nyaman untuk mengulanginya.

Selanjutnya air putih atau air teh, media ini yang sekarang Pak Djumarno gunakan untuk menyembuhkan pasiennya. Mengapa menggunakan media ini, dalam keyakinan beliau seperti orang tua jaman dahulu meminta kepada tuhan dengan perantara do’a dan air sakit yang dialami pasiennya meminta untuk di hilangkan. Jadi setelah  selesai memijat beliau lalu memberikan pasien segelas air untuk diminumnya.

Prosesi Memijat

            Sebelum memulai memijat beliau mendengarkan keluhan pasiennya selanjutnya berdo’a dengan menyebut nama-nama nabi, sahabat nabi, sesepuh, leluhur dan cikal bakalnya kemudian membaca beberapa amalan untuk memohon barokah kepada Allah SWT.

Kemudian dilanjutkan memijat pasien. Dalam memijat beliau mengkombinasikan ilmu yg  telah beliau pelajari, ilmu tenaga dalam yg di ambil dari Guru Pak Gito, ilmu biologinya yang beliau pelajari dari Guru adik seperguruannya yaitu Pak Muslih dengan mencari sumber saraf yg bermasalah dan juga aliran darah yg menyumbat.

Setelah prosesi pemijatan selesai beliau memberikan air putih/air teh yang berkhasiat dengan keyakinan penyakit akan luntur dan tubuh yang telah dibersihkan akan kembali putih bersih

Tidak ada minyak special untuk media memijat, beliau hanya menggunakan handbody dan juga minyak hot in cream, produk yang mudah ditemui di warung-warung, namun ilmunya hanya dapat diperoleh dari pak Dju dan gurunya, tidak untuk dipasarkan di warung.

Gambar

Lokasi

 

Relasi Budaya

Narasumber

  • Djumarno Sidiq, 52 tahun, Pelaku Budaya, Dusun Serut Desa Bigaran

Sumber Lain

Dari Kanal

 

 

Ulasan...