(Narasi oleh: Andy Anssah dan Vinanda Febriani)
Narasi
Siang yang cukup terik itu membawa tim penulis bertemu dengan Bapak Komarudin asal Bumen Jelapan, Desa Karangrejo. Beliau merupakan tukang urut dan peramu obat herbal di dusunnya. Pak Komarudin memulai terapi pijat tradisional sudah sejak puluhan tahun lalu dan mempelajarinya secara otodidak.
“Kula mboten nate belajar pijet lewat sekolah atau kursus begitu. Tapi “ndilalah kok tiyang niku moro pijet kok diparingi jodo,” kata Pak Komarudin menjelaskan kepada kami, bahwa selama ini Beliau tidak pernah belajar atau ikut kursus pijat, namun ternyata banyak orang yang pijat ke Beliau dan diberikan kesembuhan. “Ngonteniku, ya Alhamdulillah,” sambungnya.
Pria berperawakan agak gemuk dengan rambut yang mulai memutih lantaran usia sudah memasuki kepala 5 ini mempercayai bahwa obat-obatan herbal cukup manjur dalam mengatasi masalah kesehatan. Misalnya, ketika batuk, tanaman herbal yang dipercaya bisa meredakannya adalah daun sirih merah, cengkeh, dan laos merah. Adapun untuk kekebalan tubuh bisa menggunakan serai, pala, bawang putih, kapulaga, laos merah, dan combrang.
Setiap rempah diyakini memiliki khasiat yang berbeda-beda. Sehingga tidak bisa asal-asalan dalam meracik obat-obatan herbal dari rempah. Karena alih-alih menyembuhkan, bisa jadi malah membawa masalah baru bagi tubuh seseorang. “Tapi kembali lagi, itu menurut keyakinan masing-masing,” lanjutnya.
Sedang untuk pijat urut, Pak Komarudin mengatakan bahwa pusat syaraf pada tubuh manusia terletak pada telapak kakinya. Sehingga pijat akupuntur menjadi satu terapi wajib bagi setiap pasien. “Tapi namanya juga orang pijat, pasti semua pengen dipijat dan urut. Jadi, ya Saya menyesuaikan dengan permintaan pasien,” lanjut pria itu.
Durasi pada saat pijat urut kurang lebih selama satu jam per pasien. Namun, jika ada penyakit yang agak berat, disarankan untuk kembali melakukan pijat dalam kurun waktu setengah bulan sekali. Tidak ada mantra khusus yang dibaca Pak Komarudin saat memijat pasien. Hanya doa-doa keseharian yang ada dalam Al-Qur’an seperti Al-Fatihah, ditambah dengan doa Nurbuat.
“Doa Nurbuat itu sakti, tapi kalah dengan Al-Fatihah. Orang sakit apapun kalau dibacakan doa Nurbuat Insyaa Allah sembuh. Makanya, kalau ada pasien yang sakitnya lumayan parah, Saya bacakan doa Nurbuat itu,” tegas Pak Komarudin.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bapak Komarudin, Pelaku budaya, dusun Bumen Jelapan desa Karengrejo