Cerita-cerita Mengenai Permainan Anak Rakyat di Desa Bigaran
(Narasi oleh Alia Noviardita)
Narasi
Berkembangnya zaman yang semakin cepat dan bersifat revolusioner banyak mengubah hal-hal yang sudah seharusnya dilestarikan menjadi diabaikan. Permainan rakyat yang sarat akan budaya, nilai-nilai kebangsaan, bahkan unsur–unsur yang berguna bagi perkembangan anak menjadi terabaikan. Permainan modern yang dianggap lebih praktis bahkan individualistik lebih dipilih pada masa kini oleh anak-anak yang seharusnya mengenal permainan motorik dan kognitif yang lebih baik. Menurut berbagai penelitian, permainan rakyat mampu mengembangkan kemampuan motorik, kognitif, dan yang tak kalah penting yaitu afeksi terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan.
Beruntungnya saya di Desa Bigaran, ternyata permainan rakyat masih lestari dimainkan walaupun pada awalnya kami ragu. Keraguan saya ternyata salah, semakin lama saya njajah desa milangkori ternyata masih banyak anak-anak yang bermain permainan rakyat begitu pula orang tuanya yang masih ingat dan mau mengajarkan permainan-permaianan itu sembari mengingat keseruan-keseruan di masa kecilnya. Banyak cerita yang didapat termasuk cerita mengenai jenis permainan rakyat yang sekarang sudah punah karena tidak ada yang bisa memainkannya lagi, semoga apa yang saya dapat ini dapat berguna sebagai bagian mengingat kembali warisan-warisan budaya bangsa kita dalam belum permainan rakyat.
Permainan rakyat yang ada di Desa Bigaran antara lain adalah:
Barongan
Barongan adalah sebutan untuk permainan yang menggunakan musik kemudian menari memakai kostum barongan yang dibuat sendiri. Terdengar bukan permainan dari namanya, tetapi di Desa Bigaran tepatnya di Dusun Dawung, anak anak di sana memang seperti melakukan kesenian barongan pada umumnya tetapi semua yang mereka lakukan adalah permainan yang murni tercipta karena imajinasi mereka terhadap kesenian barongan.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -Barongan 1](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-Barongan-1.jpg?resize=300%2C169&ssl=1)
Permainan tradisional Barongan, Desa Bigaran
Yang lebih menarik dari permainan ini, mereka menggunakan kreativitasnya dengan membuat barongan menggunakan kardus bekas. Mereka bisa membuatnya karena dengan melihat video di youtube. Mereka membuat dengan sangat kreatif, setiap anak memiliki kreasinya sendiri, pola gambar dan bentuknya berbeda-beda. Barongan buatan mereka kemudian digunakan untuk bermain bersama di halaman untuk mereka mainkan, bahkan mereka membuat sebuah pembatas menggunakan bambu sebagai tempat mereka menari atau bermain barongan.
Bas Basan
“maju rono kae wae”
“nek aku maju rono, ngko iso kepangan”
“iso mangan loro kui”, seru anak-anak kecil saat bermain bas basan
Bas basan merupakan permainan tradisional yang menggunakan gambar berbentuk petak petak yang digambar diatas tanah atau yang lainnya. Permainan ini dilakukan oleh dua orang. Di Desa Bigaran, umumnya permainan ini menggunakan daun dan kerikil sebagai alat geraknya, diantara dua pemain tidak boleh sama. Jika si pemain a menggunakan dedaunan maka si pemain b menggunakan batu, tujuannya agar antara milik dua pemain dapat dibedakan. Jumlah batu dan daun ada 32 buah, masing masing ada 16.
Cara memainkannya hampir mirip dengan catur yang membedakan bas basan hanya makan atau dimakan, tidak serumit permainan catur. Alat gerak dijalankan kedepan, kanan, kiri atau mundur,arahnya bebas dan dijalankan satu langkah saja. Untuk cara memakannya, lawan harus melompati dengan syarat tempat tersebut kosong. Bisa memakan minimal satu, bahkan bisa sampai tiga sekaligus.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -bas basan 1](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-bas-basan-1.jpg?resize=300%2C225&ssl=1)
Permainan tradisional Bas-basan Desa Bigaran
Sebelum permainan biasanya mereka pinsut untuk menentukan siapa yang berjalan lebih dulu. Permainan bergerak dari bagian paling depan untuk memulai permainan, setelah menggerakkan satu langkah maka pemain bergantian dengan pemain lain. Dari situlah mereka memulai untuk menyerang agar bisa memakan bidak milik lawan. Jika sudah termakan maka kerikil/daun tersebut diambil oleh tim pemakan dan dikeluarkan dari permainan.
Semakin banyak yang bertahan maka dia pemenangnya. Ketika kerikil/daun miliknya sudah habis maka permainan dinyatakan telah selesai. Permainan ini dilakukan bukan hanya sekedar untuk bermain tetapi ada sisi lain yang bisa didapatkan yaitu bagaimana mengatur strategi, menentukan pilihan dan mempertahankan bidaknya.
Bekel
“aku iki uwes hurung to yo?”
“eh salah, iki disek“
“mau kan gek telu”
Ini merupakan secarik percakapan keseruan anak-anak di Dusun Bigaran, Desa Bigaran saat bermain bekel. Bekel adalah permainan anak yang menggunakan bal kenthi (bola bekel) dan 5 biji bekel. Biji bekel terbuat dari bahan kuningan atau plastik.
Menurut cerita Mbah Mulalvi, sesepuh dari Dusun Bigaran berumur 68 tahun, zaman dulu permainan bekel dimainkan di sebuah lahan yang banyak pohon bambu atau papringan kemudian mereka bermain bekel di atas tanah yang ada lumutnya kemudian dikeruk menggunakan bambu,
“ning dapuran pring kae atos. “ ujar Mbah Mul, sehingga bola dapat dipantulkan.
Bekel bisa dimainkan lebih dari dua orang, permainan ini dimulai dengan hompimpa jika dimainkan oleh banyak orang, dimainkan sesuai urutan dan bergantian.
Cara permainan ini adalah bola dilambungkan ke atas, bersamaan dengan menyebar biji bekel, kemudian ditangkap bolanya. Setelah itu, dilambungkan lagi, ambil satu biji bekel sedangkan bola memantul pada lantai kemudian ditangkap. Ambil seterusnya dari dua, tiga, empat dan lima. Jika semua itu berhasil maka bergantian dengan cara membalikkan biji bekel sesuai urutannya (lihat gambar di bawah),
![Ururan biji bekel pada permainan tradisional bekel](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Ururan-biji-bekel-pada-permainan-tradisional-bekel.jpg?resize=500%2C141&ssl=1)
Ururan biji bekel pada permainan tradisional bekel
yaitu: Urutan tersebut akan dilanjut jika bisa berhasil membalikkan semua dan diambil dari satu hingga lima pengambilan. Permainan mati dan bergantian dengan teman lainnya jika tidak berhasil menyesuaikan urutan pengambilan biji, biji belum terambil, atau bola yang tidak berhasil ditangkap.
Candak Ndodok
“aku wes ndodok disek”
“tak candak disek, koe mau ijeh ngadek”
(Keseruan antar para pemain candak ndodok, dimana ada yang merasa sudah ndodok tapi yang lain merasa sudah nyandak dulu)
![Permainan tradisional Desa Bigaran -candak ndodok](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-candak-ndodok.jpg?resize=300%2C200&ssl=1)
Permainan tradisional Candak Ndodok Desa Bigaran
Permainan ini dilakukan oleh lebih dari dua anak. Sebelum permainan ini dimulai semua anak harus melakukan hompimpa. Dia yang kalah akan menjadi pengejar sedangkan yang lain harus berlari dan menghindari sentuhan dari si pengejar. Pengejar harus menyentuh (nyandak) mereka untuk bisa bergantian posisi. Ketika dalam keadaan tidak aman, mereka harus dengan sikap jongkok agar tidak kecandak si pengejar. Kalaupun tetap tersentuh tetapi dia sudah lebih dulu jongkok maka dia tetap masih aman dan tidak bergantian posisi dengan si pengejar. Pengejar harus berlari mengejar mereka sampai dia bisa menyentuh salah satu dari mereka sebelum jongkok.
Dakon
Menurut cerita Mbah Mulalvi, 68 tahun, zaman dulu permainan dakon disebut dengan lumbung-lumbungan. Permainan ini dimainkan diatas tanah kemudian dilubangi menjadi 5 bagian yang berhadapan sehingga total 10 lubang, kemudian disamping kanan kiri juga dilubangi, mereka menyebut lumbungan.
Namun saat ini anak-anak biasa menggambar sendiri diatas tanah yang bentuknya persegi panjang terdiri dari beberapa kotak. Sedangkan untuk ujung-ujungnya digambar setengah lingkaran atau sesuai yang mereka inginkan.Permainan ini memerlukan kerikil untuk menjadi bidaknya, sebanyak yang mereka sepakati. Kemudian masing masing kotak diisi kerikil jumlah yang sama.
Sebelum memulai, dilakukan pingsut untuk menentukan siapa yang lebih dulu bermain. Sebelum permainan mereka harus menyepakati bagian yang akan menjadi tempat pengumpulan batu yang mereka dapatkan. Ketika seorang memilih sebelah kiri maka dia akan berjalan ke arah kiri terlebih dahulu. Pengambilan batu pada kotak sesuai yang mereka mau. Kemudian berjalan sesuai jumlah batu yang mereka ambil dari kotak tersebut.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -dakon 1](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-dakon-1.jpg?resize=300%2C200&ssl=1)
Permainan tradisional Dakon, Desa Bigaran
Berangkat dari kesepakatan bersama, jika salah satu pemain berhenti pada kotak yang kosong kemudian di depannya ada batu milik lawannya, maka batu lawannya bisa diambil. Peraturan itu tergantung pada kedua pemain, jika tidak disepakati seperti itu maka tidak ada mengambil milik lawan. Penentuan pemenang didasarkan pada siapa yang mendapatkan batu lebih banyak, dia adalah pemenangnya.
Dingklik Oglak Aglik
Dingklik oglak aglik adalah permainan tradisional yang dilakukan oleh 3-5 anak. Menurut Mbah Mulalvi, umur 68 tahun, jika dilakukan oleh dua anak akan sulit dan juga jika kebanyakan anak pun tidak bisa atau kesulitan untuk menopangkan kakinya. Idealnya dimainkan 3 anak.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -dingklik oglak aglik](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-dingklik-oglak-aglik.jpg?resize=300%2C200&ssl=1)
Permainan tradisional -dingklik oglak aglik, Desa Bigaran
Permainan ini dilakukan dengan cara; semua anak berdiri dengan posisi melingkar dengan posisi membelakangi satu sama lain, tangan saling bergandengan, kemudian kaki salah satu anggota diangkat disusul anggota yang lainnya sehingga kaki saling bertumpu. Ketika sudah terkunci tangan dilepas dan menyanyikan lagu ‘dingklik oglak aglik ala dingklik oglak aglik‘ dan bergerak memutar dengan kaki masih saling bertumpuan. Pemenang ditentukan dari siapa yang paling lama bertahan, biasanya anak yang jatuh akan mendapat gelitikan dari teman lainnya.
Donal Bebek
“donal bebek mundur dua langkah “
“satu dua“
“hompimpa layum gambreng“, begitulah kata-kata yang diucapkan pemain donal bebek saat bermain
![Permainan tradisional Desa Bigaran -donal bebek 1](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-donal-bebek-1.jpg?resize=300%2C225&ssl=1)
Permainan tradisional Donal Bebek, Desa Bigaran
Dalam permainan donal bebek sang pemenang ditentukan dari kemampuan menginjak kaki temannya tanpa sepengetahuan mereka. Mereka harus berjaga agar tidak diinjak, jika diinjak maka yang terinjak keluar dan tidak ikut main lagi. Kemudian dilanjutkan lagi dengan hompimpa jika masih banyak yang bertahan, kemudian jika hanya tersisa 2 orang maka hanya dengan pinsut. Dia yang akan menginjak hanya diperbolehkan melangkahkan satu langkah dengan jarak sesuai kemampuan. Dia yang akan diinjak bisa menjauh dengan melebarkan kakinya namun tidak diperbolehkan untuk melangkahkan kakinya untuk merubah posisinya.
Egrang
Egrang adalah sebuah permainan yang menggunakan bambu dengan ukuran sesuai selera atau sesuai ukuran tubuh. Egrang membutuhkan 2 bambu untuk menjadi satu pasang egrang, di bagian bawah terdapat bagian untuk pijakan kaki.
Saat memulai biasanya yang kesusahan untuk menaiki egrang, akan dibantu dengan tanah atau tempat yang lebih tinggi sehingga bisa mencapai pijakan egrang dan dibantu oleh teman lainnya di depan untuk belajar melangkahkan egrangnya.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -egrang 2](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-egrang-2.jpg?resize=300%2C200&ssl=1)
Permainan tradisional Egrang, Desa Bigaran
Cara memainkan egrang bambu ini yaitu kedua tangan memegang kedua bambu di bagian atas, sedangkan sela sela jari kaki ibu jari diselipkan pada bambu di depannya. Ketika kaki satu sudah kuat dan siap, kemudian disusul dengan kaki kedua dan siap untuk melangkahkan kaki. Saat melangkahkan kaki, telapak kaki dan jari yang untuk menjepit harus selalu menempel serta tangan harus siap untuk mengangkat egrang
Endog Endogan
“seng dekemi wong siji, seng nguyuk nguyuk wong okeh“ kata seorang bocah dengan kemekelen
Menurut cerita Mbah Mulalvi, umur 68 tahun, permainan endog endogan dimainkan menggunakan batu dengan ukuran kecil sebagai simbol telur. Kemudian batu menjadi rebutan. Sedangkan satu anak menjadi penjaga dari batu tersebut.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -endog endogan](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-endog-endogan-300x167.jpg?resize=300%2C167&ssl=1)
Permainan tradisional, Endog endogan Desa Bigaran
Cara permainan ini yaitu batu dikumpulkan dijadikan satu kemudian digambar lingkaran besar di sekeliling batu tersebut. Menurut Mbah Mul, jika hanya lingkaran kecil mudah kecandak atau tersentuh saat mereka ingin mengambil telurnya. Lain hal dengan lingkaran yang berukuran besar, si penjaga akan berlari kesana kemari mencegat mereka karena tidak boleh diambil endognya/telur.
Permainan dimulai dengan hompimpa yang kalah akan jaga. Tugas si penjaga menjaga telur telurnya agar tidak diambil oleh orang orang diluar garis lingkaran tersebut. Yang mengambil telur tidak boleh tersentuh oleh penjaga, jika tersentuh akan bergantian berjaga. Jika telur diambil habis oleh orang diluar maka dia harus menutup matanya, sedangkan mereka yang membawa telur akan menyembunyikannya dan setelah itu penjaga akan mencarinya. Jika penjaga berhasil menemukan telurnya maka pemilik batu tersebut yang akan jaga.
Jika merasa tidak juga menemukan dalam waktu yang lama, dia akan ditanya dan memilih antara “kunci atau gembok”, jika kunci dia akan dikasih tau tempat persembunyiannya tetapi dia akan berjaga lagi, sedangkan gembok dia memilih untuk tetap mencarinya sampai ketemu.
Engkling
Engkling adalah permainan tradisional yang dimainkan oleh dua orang atau lebih. Permainan ini dilakukan dengan menggunakan gaco sebagai alatnya yang berbahan dari pecahan genting atau batu. Permainan ini dilakukan dengan menggunakan satu kaki, sedangkan satu kaki yang lainnya diangkat dan melompat melewati beberapa kotak.
Jumlah kotak dalam engkling 6-8 kotak. Cara permainan ini dimulai dengan hompimpa. Gaco berada di kotak paling awal untuk memulainya. Jika gaco berada disalah satu kotak maka kotak tersebut harus dilewati. Gaco harus dilempar tepat pada kotak.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -engkling 1](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-engkling-1.jpg?resize=300%2C200&ssl=1)
Permainan tradisional Engkling di Desa Bigaran
Jika salah seorang yang berhasil menyelesaikan satu putaran, dia akan mendapat satu kotak yang disebut sebagai rumah, nantinya bisa menjadi pijakan tanpa mengangkat kakinya, orang lain juga harus melewatkan kotak tersebut, tidak boleh menginjak kotak tersebut.
Gasing Bluluk
Permainan yang cukup sederhana, karena yang diperlukan hanyalah bluluk, karet dan lidi. Cara pembuatannya, karet ditancapkan pada tengah atas bluluk menggunakan lidi. Sedangkan untuk memainkannya, karet dipegang kemudian diputar putar diatas tanah sampai karet melipat lipat, kemudian diangkat, sedangkan karet masih dipegang dan bluluk akan berputar putar di udara. Menurut cerita Mbah Mulalvi, umur 68 tahun, setelah diputar putar diatas tanah bisa dimainkan diatas tanah juga sehingga akan berputar seperti gasing namun karet masih dipegang.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -gasing bluluk 2](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-gasing-bluluk-2.jpg?resize=300%2C200&ssl=1)
Permainan tradisional Gasing Blukuk, Desa Bigaran
Gobag Sodor
“kowe disek sek maju,”
“kowe sebelah kono, bar kui gek aku”
“barengan, kowe kiwo aku tengen” , sahut para anak-anak itu bergantian
Gobag sodor adalah permainan tradisional yang dimainkan dengan menggunakan lapangan yang digambar berbentuk persegi panjang yang terdiri dari beberapa kotak. Gobag sodor dimainkan oleh dua tim, setiap tim 3 sampai 5 orang, jumlah antara tim harus sama. Salah satu tim akan berjaga dulu di setiap garis. Penjaga berada di setiap garis horizontal, sedangkan yang paling depan dapat berjalan di garis vertikal di tengahnya. Sedangkan yang lain harus melewati garis sampai ujung belakang tanpa harus tersentuh tim penjaga sampai bisa kembali lagi ke tempat awalnya. Jika saat permainan, pemain tersentuh oleh penjaga maka tim dapat bergantian tempat.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -gobag sodor 2](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-gobag-sodor-2.jpg?resize=300%2C200&ssl=1)
Permainan tradisional Gobag Sodor Desa Bigaran
Mereka yang berjaga merentangkan tangannya agar pelari tidak dapat melewatinya. Sering kali pelari memberi lelucu, pembicaraan agar mereka terkecoh sehingga temannya bisa melewati bagian sebelahnya. Permainan gobag sodor ini sangat tergantung pada strategi pemain dan juga kerja sama tim.
Kelinci
Permainan kelinci adalah sebutan untuk permainan yang dimainkan dengan menggunakan karet yang dirangkai memanjang. Saat ini permainan kelinci dikenal dengan permainan lompat tali. Permainan kelinci dimainkan oleh beberapa orang dengan dua orang bertugas untuk memegangi karet di kedua ujung karet.
Permainan dimulai dengan hompimpa, yang kalah akan memegang karet. Sedangkan yang lainnya akan melompati karet yang sudah dipegang oleh dua orang tersebut. Posisi karet yang direntangkan dimulai dari bawah yaitu karet diletakkan tepat di atas tanah, kemudian jika semua bisa melewati, pindah di ketinggian lutut kaki, setelah itu pinggang, dada, hidung, telinga, ubun-ubun kepala, satu jengkal diatas kepala, dua jengkal diatas kepala dan terakhir posisi merdeka yaitu dengan ketinggian merentangkan tangan lurus ke atas.
![Permainan tradisional Desa Bigaran - kelinci 2](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-kelinci-2.jpg?resize=300%2C200&ssl=1)
Permainan tradisional Kelinci, Desa Bigaran
Pemegang karet akan diganti jika pemain menyentuh karet saat melompat atau tidak dapat melompatinya.
Menurut Mbah Mulalvi, umur 68 tahun, ada juga trik dalam permainan ini yaitu bisa menggunakan bantuan ketika mereka mengalami kesusahan saat melompati dengan syarat ketinggian sudah berada di kepala. Bantuan ini bisa dilakukan oleh satu orang dengan menggunakan kelingking sebagai pendorong karet agar lebih rendah, kemudian semua pemain bisa melewati tanpa menyentuh. Sedangkan yang memberi bantuan harus bertahan sampai semua temannya sudah melewati tali. Saat memberi bantuan, sang penolong tidak boleh kelihatan giginya,
Bantuan lainnya dilakukan tiap-tiap individu pemain yaitu dengan mengambil karet dengan kedua tangan dan diputar. Kemudian ambil karet lurus di depan dada dan tarik ke belakang. terakhir karet bisa dilepas dan dia sudah dapat melewati tali tanpa harus melompat.
Keris Kerisan
Sebuah permainan yang terbuat dari janur yang masih berwarna kuning. Bentuknya menyerupai keris. Pembuatan keris-kerisan ini yaitu dengan cara membelah janur di dua bagian menyisakan bagian paling bawah janur. Kemudian janur dibentuk dengan cara di bagian atas dibalik ke arah bawah lalu diletakkan di bagian kiri, sedang helai janur lainnya diletakan di atasnya kemudian helai janur yang pertama tadi di arahkan ke atas lalu menyamping lagi seperti langkah awal. Pembuatan keris kerisan menggunakan janur bisa digunakan dalam permainan pedang pedangan.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -keris kerisan 2](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-keris-kerisan-2.jpg?resize=300%2C169&ssl=1)
Permainan tradisional Keris kerisan, Desa Bigaran
Kokoko
Kokoko adalah suatu permainan yang sudah lama punah. Menurut Simbah Suwaji, 68 tahun, dari Dusun Bigaran, beliau dulu sering memainkan permainan ini. Kokoko dimulai dengan hompipa, yang pertama kali menang akan berjaga paling depan. Kemudian hompimpa lagi, yang menang selanjutnya berdiri di belakang yang pertama, dan seterusnya. Sedangkan untuk yang kalah paling akhir dia akan mengejar dengan tangan methengteng. Lalu berkata:
“ kokoko, jalok opo?” lalu dijawab semua lawan nya di depannya “ jalok banyu”
“ wadahe opo? “ ucap seorang diri si pengejar
“ godong lumbu” dijawab bersama sama
“ ancik-ancik e opo” saurnya lagi
“ watu item, senggete terang gematung “
“pelik-pelik dadamu ono apane?”
“ono konange”
“nek tak jalok oleh opo ora?”
“ora”
“thit” lalu dikejar karena tidak boleh diambil
Dia yang kebagian mengejar berusaha menyentuh semua anak yang berada di belakangnya, sedangkan mereka yang berada dibelakang memegangi teman didepannya, lalu mengikuti arah yang paling depan agar tidak disentuh oleh si pengejar.
Kubro Kubronan
Sebuah permainan yang meniru kesenian kubro di Desa Bigaran. Terbilang permainan juga karena memang gerakan ini hampir sama dengan kubro, tetapi yang memainkan hanya anak-anak yang memang niatnya bermain dan sesuai yang mereka bisa serta imajinasi mereka. Kubro kubronan dimainkan menggunakan musik kubro. Karena semua itu hanya permainan, gerakan yang mereka mainkan juga tidak sempurna seperti kubro yang sesungguhnya. Tetapi dari permainan ini mereka juga bisa belajar gerakan kubro sehingga nantinya bisa menjadi pemain kubro.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -kubro kubronan](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-kubro-kubronan.jpg?resize=300%2C200&ssl=1)
Permainan tradisional Kubro kubronan, Desa Bigaran
Kubro kubronan dilakukan oleh banyak anak-anak, setiap anak maju berpasangan secara bergantian dan melakukan gerakan kubro pada umumnya mengikuti alunan musik yang sudah mereka siapkan. Bisa juga mereka menyanyi lagu kubro bersama-sama atau orang lain dapat berperan sebagai penyanyi dan main musiknya. Semua yang mereka lakukan sesuai yang mereka inginkan dan imajinasikan. Kubro kubronan ini bisa menjadi jalan mereka untuk melatih kemampuan dalam melakukan gerakan kubro yang sebenarnya.
Ndhas Ndhasan
Kata ndhas ndhasan terbilang umum didengar di sekitar kita, seperti yang sering terdengar dalam kesenian jathilan. Di Desa Bigaran, anak-anak memiliki permainan yang oleh mereka sendiri disebut ndas-ndasan yang permainannya meniru gerakan dari seni jathilan. Disebut ndhas ndhasan karena mereka menggunakan ndhas ndhasan atau kepala tiruan yang berbentuk kepala hewan seperti bentuk sapi, banteng, macan, atau lainnya dengan warna yang bermacam-macam. Tiruan ndas ndasan itu dipakai di kepala, kemudian mereka menari sesuai imajinasi terhadap kesenian jathilan. Lucunya saat anak-anak ini menirukan gerakan ndhas ndhasan ada anak yang meniru wong ndadi atau kesurupan yang sering muncul dalam kesenian jathilan. Mereka yang melihat ndhas ndhasan ini tak jarang ikut tertawa bersama membuat suasana permainan semakin sangat seru.
Oplok oplok
Menurut Ibu Siti Munafingah, oplok-oplok merupakan permainan sederhana menggunakan pelepah pisang. Permainan ini tidak terlalu sulit, karena hanya memerlukan pelepah pisang lalu dipotong sesuai selera. Ibu Siti Munafingah, menyarankan untuk menggunakan pelepah pisang yang lebih besar dan lebih kokoh. Cara membuatnya adalah dengan membelah pelepah pisang menjadi 3 bagian, di bagian tengah lebih besar dan di bagian kiri dan kanan yang dibelah tidak sampai habis diujung, menyisakan bagian untuk tempat memegangnya. Terakhir oplok-oplok siap untuk dimainkan, caranya hanya dengan digerakkan ke atas dan ke bawah secara berulang kali, sehingga menimbulkan bunyi “plok plok plok plok”.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -oplok oplok 2](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-oplok-oplok-2.jpg?resize=300%2C225&ssl=1)
Permainan tradisional Oplok oplok, Desa Bigaran
Patung Patungan
“kethok untune kui”
“wes kecandak disek lo“, merupakan penggalan keseruan anak-anak di Desa Bigaran yang sedang main patung-patungan
Patung-patungan secara umum dimainkan dengan tujuan si pengejar harus menangkap lawan main sebelum menjadi patung. Sebelum permainan dimulai dan saling mengejar, mereka hompimpa kemudian mereka berdiri mengelilingi si pengejar dan bernyanyi. Setelah selesai, pengejar menghitung satu sampai sepuluh, sedangkan yang lain harus saling berganti posisi menjadi patung sampai pada hitungan kesepuluh mereka harus berlari.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -patung patungan 2](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-patung-patungan-2.jpg?resize=300%2C225&ssl=1)
Permainan tradisional patung patungan, Desa Bigaran
Menjadi patung adalah cara agar dia mempertahankan dirinya agar tidak dicandak oleh pengejar. Saat dia menjadi patung dia tidak boleh bergerak dan keliatan giginya. Dia harus berada dalam posisinya sampai disentuh oleh teman lainnya untuk bangun, dalam artian dia bisa bergerak bebas lagi. Dalam permainan ini biasanya si pengejar memberi lawakan kepada si patung agar dia bisa tertawa dan bisa bergantian dengannya.
Pembela
Sore itu saya diajak untuk ikut menonton anak-anak dari Dusun Bigaran melakukan permainan pembela. Pembela adalah sebuah permainan tradisional yang harus dimainkan oleh lebih dari dua orang. Permainan ini sering disebut juga dengan delik-delikan atau jilumpet. Di Desa Bigaran lebih terkenal dengan nama pembela.
Cara memainkan permainan ini adalah dengan satu orang harus menutup mata di sebuah tiang atau tembok sedangkan teman temannya akan mencari tempat untuk bersembunyi. Sebelum permainan pembela dimulai, biasanya mereka hompimpa terlebih dahulu untuk menentukan siapa yang akan terkena giliran jaga. Setelah itu, penjaga harus menghitung satu sampai sepuluh sebagai penentu waktu yang diperlukan mereka untuk bersembunyi.
“sepuluh“ ujar penjaga sembari membuka matanya dan mulai mencari teman-temannya.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -pembela 2](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-pembela-2.jpg?resize=300%2C170&ssl=1)
Permainan tradisional Pembela, Desa Bigaran
“dul, Fia” ucapnya ketika dia melihat seorang temannya bernama fia, kemudian fia berlari menghampiri dan menyentuh tembok sambil berteriak “pembela“ lanjutnya untuk menandai bahwa dia sudah ke “dul” atau diketahui oleh si penjaga. Penjaga kemudian mencari-cari lagi, melihat kesana kemari. Berjalan lebih jauh lagi, sampai akhirnya dari kejauhan terdengar teriakan “pembela “ dari seorang anak yang berlari ke arah tiang dan menyentuh tiang saat penjaga tidak mengetahui keberadaannya.
Penjaga melanjutkan pencariannya hingga semua keluar dari persembunyiannya. Saat semua sudah berada di luar dengan kondisi masing masing, ada yang ke “dul” dan ada yang tidak, mereka baris di belakang penjaga yang menutup mata. Penjaga kemudian menyebutkan nomor barisan, jika dia menyebutkan nomor baris yang benar kepada orang yang ke “dul” maka si yang punya nomor akan berjaga. Sedangkan jika dia salah menyebutkan nomor dan malah memilih orang yang tidak ke “dul” maka dia yang akan berjaga lagi.
Singkong Sawi
“dul haikal, singkong” ucap seorang anak yang mendapat giliran menjaga sebuah kayu berjumlah tiga yang dipasang berdiri membentuk kerucut. Menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan teman-temannya yang lain. Setelah itu Ia berlari kesana kemari untuk melihat keberadaan mereka yang bersembunyi, sesekali kembali untuk menjaga kayu agar tetap berdiri.
Saat itu Ia sempat berjalan lebih jauh melihat kesana kemari, hingga ia lengah dengan pertahanannya. “Sawi“, kata seorang temannya berlari menghampiri kayu tersebut lalu menyambar dengan kayu yang dibawanya untuk merobohkan susunan kayu tersebut hingga terpisah dari lingkaran yang mengelilinginya. Anak yang berjaga itu kemudian berlari kembali ke susunan kayu berbentuk kerucut itu, lalu mendirikannya lagi. Semua teman-temannya yang berhasil Ia tangkap kini ikut kembali bersembunyi dan dia kembali berjaga.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -singkong sawi 2](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-singkong-sawi-2.jpg?resize=300%2C200&ssl=1)
Permainan tradisional singkong sawi, Desa Bigaran –
Di atas adalah potongan keseruan anak-anak Dusun Sumberejo saat memainkan sebuah permainan tradisional yang disebut singkong sawi. Permainan singkong sawi merupakan permainan tradisional yang cukup terkenal di Desa Bigaran. Menurut pernyataan Mbah Mulalvi, umur 68 tahun, permainan singkong sawi hanya perlu kayu sebagai alatnya. Melibatkan anak anak yang cukup banyak sehingga permainan akan lebih seru untuk dimainkan. Mereka harus menyiapkan kayu masing masing satu, dan juga menyiapkan tiga kayu lagi untuk dipasang mengerucut di sebuah tanah yang sudah ditentukan, disekitar kayu tersebut dibentuk lingkaran dan diberi garis lurus. Dari garis tersebut lah mereka memulai permainan dengan cara melemparkan kayu ke arah luar garis.
Setelah semua mendapat giliran melempar, mereka menghampiri kayu mereka masing masing untuk kemudian bisa dilemparkan lagi ke arah tiga kayu yang berdiri mengerucut tadi sehingga bisa merobohkan kayu tersebut. Pelemparan ini dilakukan sesuai urutan letak kayu, dimulai dari yang terjauh. Siapa yang bisa merobohkan maka urutan selanjutnya yang akan jaga. Setelah mendapatkan orang yang berjaga, semua orang bersembunyi, sedangkan yang jaga harus mendirikan kayu kerucut tadi agar berdiri lagi kemudian mencari teman temannya yang bersembunyi. Ketika dia tahu siapa yang dilihatnya, dia menghampiri kayu kerucut itu dan mengucapkan “dul (nama orang), singkong“ sembari menggambar tanda silang di dalam lingkaran yang terdapat tiga kayu tersebut. Menariknya ketika dia lengah, seseorang bisa merobohkan kayu tersebut dan semua orang yang terkena “dul” bisa kembali bersembunyi. Ketika ingin merobohkan dia harus mengucapkan “sawi” dan merobohkan tiga kayu dengan kayu miliknya. Namun jika sang penjaga dapat menemukan semua pemain yang bersembunyi, permainan dimulai dari awal lagi.
Sontokan
Permainan sontokan terbilang sangat digemari oleh banyak anak anak Desa Bigaran. Hingga sampai saat ini di Desa Bigaran rata rata anak masih mengetahui permainan tradisional ini bahkan mereka tahu cara dalam pembuatan sontokan ini. Sontokan dibuat dengan bahan batang bambu. Dari cerita Mbah Suwaji, 63 tahun, sejatinya pada zaman dulu peluru sontokan menggunakan biji planding. Penggunaan biji planding jauh lebih kuat dibandingkan dengan kertas atau daun seperti saat ini karena tingkat kekerasan saat dimainkan lebih tinggi menggunakan biji planding.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -sontokan 2](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-sontokan-2.jpg?resize=300%2C163&ssl=1)
Permainan tradisional Sontokan, Desa Bigaran
Cara pembuatan sontok ini menggunakan bambu dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Bambu kemudian di potong di kedua ujung sehingga ujung-ujung bambu berlubang semua. Kemudian membuat pendorong yaitu dengan cara membuat tusukan dari bambu dengan ukuran yang disesuaikan dengan bambu yang berlubang tadi, penting untuk diingat untuk harus dapat masuk ke lubang bambu tadi dan kemudian ada bagian yang tersisa untuk pegangan.
Permainan ini cukup mengasyikkan, sontok dapat digunakan dalam permainan perang-perangan, penggunaan daun atau kertas sebagai peluru untuk menembak lawan. Caranya kertas atau daun yang sudah dibasahi dimasukkan di bagian paling ujung kemudian alat pendorong dimasukkan di bagian lubang yang lainnya, kemudian di sontok atau di dorong. Kertas atau daun tersebut akan keluar dan menimbulkan suara “tok atau ce tor” dari hasil sontokannya.
Biasanya di Desa Bigaran, anak-anak akan bermain lari-larian untuk mengarahkan tembakan ke lawannya, kemudian dibalas balik oleh lawan. Mereka menyusun strategi bagaimana caranya agar tidak tertembak dan bisa mengenai tembakannya. Jika mereka berhasil mengenai temannya mereka akan merasa sangat senang dan puas karena dianggap berhasil dan tepat sasaran.
Uncal Watu
Uncal watu atau melempar batu merupakan permainan rakyat dengan menggunakan batu untuk dilemparkan ke arah sungai. Batu yang digunakan dicari di tepian sungai dengan bentuk gepeng atau lonjong, kemudian mereka lemparkan ke arah sungai. Permainan ini dimenangkan dengan membandingkan jarak batu yang dilempar. Semakin jauh batu yang dilempar, maka dialah pemenangnya.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -uncal watu](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-uncal-watu.jpg?resize=300%2C200&ssl=1)
Permainan tradisional uncal watu Desa Bigaran
Untuk cara melemparnya biasanya dari tepian sungai mereka sudah berdiri sejajar, kemudian mereka melempar batu yang sudah mereka cari dengan bergantian. Melemparnya tidak sekedar melempar tetapi dari arah samping ke belakang lalu dilempar maju kedepan. Yang paling jauh dia yang menang.
Tembak-tembakan Debog
Tembak-tembakan disini bukan berarti senjata yang berbahaya karena tembak-tembakan ini adalah sebuah permainan yang terbuat dari bahan debog atau pelepah pisang. Pelepah pisang yang digunakan adalah pelepah pisang yang ada daunnya dengan cara dipotong dari pohon pisang dan daun pisangnya dihilangkan. Pemilihan pelepah pisang yang masih ada daunnya dikarenakan membutuhkan pelepah yang masih kokoh.
Kemudian ke proses selanjutnya yaitu setelah dihilangkan daunnya kemudian dipotong menjadi beberapa bagian sesuai ukuran yang diinginkan. Pelepah pisang yang lebih besar di bagian ujungnya akan dibuat lubang yang nantinya untuk dimasukkan pelepah pisang yang ukurannya lebih kecil tetapi lebih panjang dari yang pertama. Kemudian di bagian atas akan dibengkokkan.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -tembak tembakan 1](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-tembak-tembakan-1.jpg?resize=300%2C169&ssl=1)
Permainan tradisional tembak tembakan & Jaranan Debog, Desa Bigaran
Menurut Ibu Hidayah untuk membuat agar tetap aman dan tidak mudah goyang bisa menggunakan karet untuk menyatukan kedua pelepah pisang, namun alternatif lain bisa menancapkan kayu di sisi atas ke bawah, kayu juga harus yang kuat.
Kuda-kudaan Debog
Untuk kuda-kudaan juga dibuat menggunakan pelepah pisang yang masih utuh belum dipotong. Kemudian dibengkokkan menjadi beberapa bagian kemudian yang diberi tali untuk disatukan bagian depan dan belakang. Saat digunakan, tali tersebut akan dikalungkan sedangkan para pemain akan berada di atas pelepah pisang tersebut. Gambarannya seperti kuda kepang namun ini dibuat dari pelepah pisang dan sederhana.
Setelah tembak-tembakan dan kuda-kudaan dari debog sudah selesai dibuat maka biasanya akan digunakan untuk bersama-sama memainkan perang-perangan sesuai imajinasi.
Ze Ze
Menurut cerita Ibu Sriyanti, 37 tahun, ze ze atau deng-dengan adalah permainan yang menggunakan karet yang sudah dirangkai memanjang, kemudian disatukan di antara kedua ujung karet. Setelah itu karet tersebut diletakkan pada kaki dua orang yang berdiri, sedangkan yang lainnya bermain dengan cara melompat dengan pola yang disebut ze ze.
Pola ze ze dimulai dengan melebarkan kaki di luar karet kemudian melompat, lalu kaki dimasukkan ke dalam antara dua karet lalu dikeluarkan lagi, hal ini dilakukan beberapa kali hingga kaki menginjak karet.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -ze ze 1](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-ze-ze-1.jpg?resize=300%2C225&ssl=1)
Permainan tradisional Ze ze, Desa Bigaran
Setelah karet terinjak dilanjutkan lagi melompati tali namun dengan satu kaki, caranya adalah dengan meletakkan satu kaki berada di dalam sedangkan satunya lagi di luar kemudian melompat dengan menggeser posisi ke kanan dan kiri dengan posisi kaki dengan satu kaki.
Setelah gerakan satu kaki, kemudian lompatan dimulai dari samping karet, kemudian melompat dengan karet terangkat bersama kaki dan juga melompati satu karet di depannya, kemudian mundur dan harus melompat tanpa menyentuh karet. Yang terakhir, menyilangkan karet bersamaan dengan kaki yang menyilang, kemudian melompat dan saat kaki menyentuh tanah, kaki itu tidak boleh menyentuh karet.
Lumlumban
Lumlumban adalah istilah berenang dalam Bahasa Jawa, tetapi berenang yang dimaksud bukan di kolam renang melainkan di sungai. Anak anak zaman dulu sering sekali bermain di sungai, dari mencari ikan, mandi, mencuci dan lainnya. Sungai yang mereka datangi memang sungai yang tidak terlalu membahyakan. Di sungai tersebut terkadang mereka mencari ikan, jika mereka lelah mereka sampai masuk kedalam sungai tersebut, sembari mencari ikan. Tidak jarang untuk berlomba renang. Lulumban ini biasa dilakukan oleh anak anak, sekedar berendam, mencari ikan, atau hanya bermain air didalamnya.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -lumlumban](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-lumlumban.jpg?resize=300%2C199&ssl=1)
Permainan tradisional lumlumban Desa Bigaran
Kupluk Godhong Gori
Sebuah alat permainan yang digunakan di kepala dengan bahan daun nangka. Daun nangka terkadang hanya untuk dimakan ternak namun ternyata bisa untuk dimainkan oleh anak anak untuk dijadikan kupluk atau mahkota. Cara membuatnya dengan cara dirangkai menggunakan lidi. Menurut Ibu Hidayah, lidi yang digunakan harus yang kokoh dan tidak tipis. Lidi dipotong-potong menjadi beberapa bagian sesuai dengan ukuran yang bisa menghubungkan antardaun nangka. Menurut Ibu Hidayah, lebih mudah jika sebaiknya lidi dipotong lancip agar saat dilubangi tidak susah dan robek. Biasanya kupluk godong gori digunakan untuk perang-perangan atau permainan seperti raja atau ratu.
![Permainan tradisional Desa Bigaran -kupluk godhong gori 2](https://i0.wp.com/eksotikadesa.id/wp-content/uploads/2022/09/Permainan-tradisional-Desa-Bigaran-kupluk-godhong-gori-2.jpg?resize=300%2C200&ssl=1)
Permainan tradisional -kupluk godhong gori, Desa Bigaran
Gambar
- Permainan tradisional Bas -basan Desa Bigaran
- Permainan tradisional Bas -basan Desa Bigaran
- Permainan tradisional Bas -basan Desa Bigaran
- Permainan tradisional Desa Bigaran -ze ze 2
- Permainan tradisional Desa Bigaran -ze ze 1
- Permainan tradisional Desa Bigaran -uncal watu
- Permainan tradisional Desa Bigaran -tembak tembakan 1
- Permainan tradisional Desa Bigaran -sontokan 2
- Permainan tradisional Desa Bigaran -sontokan 1
- Permainan tradisional Desa Bigaran -singkong sawi 3
- Permainan tradisional Desa Bigaran -singkong sawi 2
- Permainan tradisional Desa Bigaran -singkong sawi 1
- Permainan tradisional Desa Bigaran -pembela 3
- Permainan tradisional Desa Bigaran -pembela 2
- Permainan tradisional Desa Bigaran -pembela 1
- Permainan tradisional Desa Bigaran -patung patungan 2
- Permainan tradisional Desa Bigaran -patung patungan 1
- Permainan tradisional Desa Bigaran -oplok oplok 2
- Permainan tradisional Desa Bigaran -oplok oplok 1
- Permainan tradisional Desa Bigaran -ndhas ndhasan
- Permainan tradisional Desa Bigaran -lumlumban
- Permainan tradisional Desa Bigaran -kupluk godhong gori 2
- Permainan tradisional Desa Bigaran -kupluk godhong gori 1
- Permainan tradisional Desa Bigaran -kubro kubronan
- Permainan tradisional Desa Bigaran -keris kerisan 2
- Permainan tradisional Desa Bigaran -keris kerisan 1
- Permainan tradisional Desa Bigaran -kelinci 1
- Permainan tradisional Desa Bigaran -gobag sodor 2
- Permainan tradisional Desa Bigaran -gobag sodor 1
- Permainan tradisional Desa Bigaran -gasing bluluk 2
- Permainan tradisional Desa Bigaran -gasing bluluk 1
- Permainan tradisional Engkling di Desa Bigaran
- Permainan tradisional Engkling di Desa Bigaran
- Permainan tradisional Desa Bigaran -endog endogan
- Permainan tradisional Desa Bigaran -egrang 2
- Permainan tradisional Desa Bigaran -egrang 1
- Permainan tradisional Desa Bigaran -donal bebek 2
- Permainan tradisional Desa Bigaran -donal bebek 1
- Permainan tradisional Desa Bigaran -dingklik oglak aglik
- Permainan tradisional Desa Bigaran -dakon 2
- Permainan tradisional Desa Bigaran -dakon 1
- Permainan tradisional Desa Bigaran -candak ndodok
- Permainan tradisional Desa Bigaran -bekel
- Permainan tradisional Desa Bigaran -bas basan 1
- Permainan tradisional Desa Bigaran -Barongan 2
- Permainan tradisional Desa Bigaran -Barongan 1
- Permainan tradisional Desa Bigaran – kelinci 2
- Permainan tradisional Desa Bigaran -urutan bidak bekel 3
- Permainan tradisional Desa Bigaran -urutan bidak bekel 2
Relasi Budaya
Narasumber
- Anak-anak Desa Bigaran