(Narasi oleh Lukman Fauzi Mudasir dan Diyah Nur Arifah)

Narasi

Menurut Mbah Sabar, sego golong biasa dipergunakan dalam setiap sesajen untuk melengkapi simbol hajatan atau upacara yang saat itu akan dilaksanakan oleh yang mempunyai hajat. Sego golong ini pada saat tradisi kepungan disimbolkan sebagai sebuah keinginan untuk dimasukkan dalam golongan orang yang baik dan lurus yang direpresentasikan dengan nasi gurih.

Sego golong tutut ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan dari sego golong biasa. Terbuat dari ketan dan dibuat bulat seperti golong lalu di tengahnya dimasukan telur ayam kampung yang sudah dimasak. Lalu dibungkus dengan daun pisang dengan cara di-tum atau dibungkus dengan sisi kanan dan kirinya ditekuk ke belakang sehingga nasinya terbuka dari atas.

Sego golong dalam sesajen kesenian Turangga Muda ini memiliki simbol sebagai sebuah pengharapan agar indang (makhluk gaib) yang disajikan dalam sajen tersebut manut (menurut) sesuai aturan kesenian rakyat tersebut. Sebuah kontrak atau ikatan yang sudah disepakati dari awal ketika mereka menggunakannya dalam sebuah pertunjukkan kesenian rakyat jathilan.

 

Gambar

Narasumber

  • Mbah Sabar, Sesepuh desa Borobudur

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...