(Narasi oleh Rangga Tsalisul A. dan Loh Sari Larasati)

Narasi

Rabu Pungkasan

Sebagian besar orang mungkin masih asing dengan kata “Saparan” terutama generasi millenial saat ini. Tradisi Saparan merupakan syukuran di setiap dusun atau desa dengan melakukan ritual pada bulan Sapar menurut kalender jawa di Rabu Pungkasan atau hari rabu terakhir dibulan Sapar. Dusun Gedongan adalah salah satu dusun yang wajib setiap tahunnya merayakan Saparan. Untuk tahun ini, tradisi Saparan dilakukan Hari Rabu Kliwon, 6 Oktober 2021.

Sepasang kambing

Bapak Samidi (67 tahun) merupakan salah satu sesepuh desa yang selalu mengikuti perayaan Saparan sejak beliau masih anak-anak. Pelaksanaan Tradisi Saparan di Dusun Gedongan dilakukan mulai dari pagi hari hingga malam hari. Pelaksanaan saparan dimulai dengan membawa sepasang kambing jantan dan betina di kediaman rumah Bapak Kadus menuju sungai Sileng. Sepasang Kambing yang digunakan sebagai ritual berasal dari iuran warga sebesar Rp 25.000,- per rumah, apabila masih kurang dalam memenuhi kebutuhan akan ditambah dengan kas dusun.

Air Kali Sileng

Sampai di sungai  Sileng, sesepuh desa mengambil air tempuran untuk dimasukan ke dalam kendi. Selanjutnya sepasang kambing dan air tersebut dibawa menuju perempatan jalan Dusun Gedongan. Sampainya di perempatan jalan dusun, air dalam kendi dimasukan ke dalam gentong yang berisi kembang telon brupa mawar, kenanga, dan kantil yang kemudian air bunga ini digunakan untuk memandikan sepasang kambing.

Potong kambing

Usai dimandikan, kambing siap untuk disembelih dengan membaca takbir terlebih dahulu. Kambing yang telah disembelih kemudian dipotong dan dipisahkan beberapa bagian tertentu, yaitu kaki kambing, kepala kambing, dan badan atau tubuh kambing yang dagingnya akan dibagikan kepada seluruh warga dusun. Kaki kambing yang telah dipisahkan akan dibawa pemimpin ritual untuk di pendam (kubur) ke dalam tanah yang berada di setiap pojok dusun Gedongan, sehingga membentuk 4 titik penjuru.

Benteng pelindung

Proses pendam kaki kambing dimulai dari ujung timur, utara, barat, dan yang terakhir di selatan. Saat pendam kaki kambing hingga perjalanan menuju titik pendam lainnya dilakukan dengan membaca doa dan dilarang untuk menyapa orang atau menjawab sesuatu ketika menuju titik selanjutnya. Pendam kaki kambing dilakukan sebelum matahari terbenam. Ritual pendam kaki kambing diyakini oleh masyarakat dusun sebagai beteng pelindung desa. Oleh karena itu sampai sekarang  Dusun Gedongan tetap aman dari berbagai ancaman kejahatan seperti pencurian.

Kepala kambing

Kepala kambing yang telah dipisahkan dulu oleh leluhur di pendam di perempatan jalan Dusun Gedongan, namun sekarang terjadi perubahan di mana kepala kambing di ingkung untuk upacara syukuran dimalam harinya.

Genduri

Kegiatan malam harinya yaitu melakukan kenduren dengan mewajibkan warga membawa daging kambing  yang telah dimasak walaupun hanya sedikit. Untuk kepala kambing sudah dimasak dan dikepung warga dusun untuk dilakukan kenduren atau doa bersama. Ubarampe kenduren disiapkan langsung oleh Bapak Kadus baik berupa kupat tahu, rokok, uang Rp 1000, ambeng/uncet, sayur, kerupuk, dan tempe. Kenduren ini memanjatkan doa syukur atas berkah yang diterima serta memohon agar selalu diberi kesehatan dan keselamatan untuk semua warga Dusun Gedongan.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Bapak Samidi, 67 tahun, sesepuh desa, dusun Gedongan desa Wanurejo

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...