(Narasi oleh: Andy Anssah dan Vinanda Febriani)

Narasi

Dua tahun sekali, setiap bulan November atau Desember, masyarakat Dusun Kurahan melaksanakan tradisi merti desa atau ruwatan yang berupa sedekah bumi.  Masyarakat berdandan mengenakan pakaian tradisional seperti lurik dan blangkon, membawa tumpeng dan gunungan hasil bumi, seperti padi, singkong, pisang, jagung, dan lain-lain yang dikreasikan oleh setiap RT, kemudian melaksanakan kirab atau arak-arakan menuju bukit Punthuk Setumbu. Tradisi ini dinilai sebagai wujud ungkapan syukur masyarakat kepada Sang Pencipta atas karunia alam yang sangat memesona di Dusun Kurahan, juga sebagai ungkapan terima kasih masyarakat terhadap jasa para leluhur yang telah memperjuangkan dusun Kurahan sehingga bisa sejahtera hingga seperti sekarang.

Prosesi sedekah bumi diawali dengan bertemu di satu titik kumpul yang lokasinya bisa berubah-ubah. Bapak Timbul, salah satu sesepuh Dusun Kurahan, mengatakan bahwa awalnya titik kumpul berada di Jembatan Sesek, begitu kami menyebutnya. Dahulu, jembatan yang menyambungkan Desa Karangrejo dengan Desa Kembanglimus ini dibangun sangat sederhana, yakni berupa anyaman bambu yang setiap dua tahun sekali selalu diperbaharui. Namun, seiring berjalannya waktu, karena masyarakat menilai jembatan dari anyaman bambu kurang kokoh dan tidak bisa dilewati mobil, akhirnya mereka bergotong-royong untuk membangun fasilitas sederhana berupa jembatan semen. Selain di Jembatan Sesek, titik kumpul kirab juga pernah berpindah ke lapangan dusun, kemudian pada 2019 titik kumpul kembali berpindah ke Pendopo Kebun Buah yang letaknya di sebelah selatan Dusun Kurahan.

Setelah semua peserta kirab berkumpul, kemudian ditampilkan secara sekilas kesenian dusun, yakni Kubro Siswo. Anak-anak didandani menggunakan kostum hewan dan menari-nari ria memeragakan peran mereka. Penampilan ini biasa kami sebut sebagai kekewanan. Seusai penampilan, ada sambutan formal dari Kepala Desa yang kemudian dilanjutkan dengan do’a  yang dipimpin oleh Kiai desa atau kami sebut Pak Kaum.

Prosesi kirab pun dimulai, masyarakat berjalan naik menuju Punthuk Setumbu dengan mengarak gunungan dan tumpengan yang telah mereka siapkan. Mulanya, masyarakat melaksanakan kirab hingga sampai ke puncak. Namun, sejak 2019 lalu kirab hanya terlaksana hingga loket masuk Punthuk Setumbu, yang kemudian dilanjutkan dengan makan tumpeng bersama-sama yang kami sebut sebagai ambengan.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Mbah Timbul, Sesepuh desa, dusun Kurahan desa Karangrejo

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...