Nasi Kuning Mak Lasimah
(Narasi oleh Muhammad Ja’far Qoir dan Miftakhul Fauzi)
Narasi
Nasi kuning adalah makanan khas Indonesia, makanan ini sudah jadi bagian dalam khasanah kuliner Nusantara khususnya di masyarakat jawa. Bisanya nasi kuning identik dengan acara-acara adat jawa yang bermakna syukuran. Dalam acara adat nasi kuning sering dibuat menjadi nasi tumpeng yang menyerupai gunung emas sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan. Saat ini nasi kuning dibuat bukan untuk acara adat saja namun sudah banyak ditemui penjual nasi kuning di pasaran untuk menarik minat pembeli.
Sarapan
Di Desa Karanganyar ada seorang penjual nasi kuning yang masih aktif berjualan sampai saat ini. Beliau adalah Mak Lasimah yang berumur sekitar 50 tahun warga di Dusun Klipoh. Mak Lasimah berjualan makanan mulai sekitar tahun 1997 yang mana beliau adalah penerus dari ibundanya yang sebelumnya juga sebagai penjual makanan. Dahulunya makanan yang dijual adalah bubur sayur dan akhirnya pada tahun 2007 Mak Lasimah berinovasi untuk membuat nasi kuning untuk dijual sebagai pilihan menu makanan selain bubur sayur. Mak Lasimah membuat nasi kuning untuk dijual sejak pukul 4 pagi, beliau berjualan tepat di depan rumahnya dari pukul 6 pagi dan biasanya jam setengah delapan dagangan sudah terjual habis. Biasanya pembeli berasal dari warga Dusun Klipoh dan bahkan dari warga desa-desa tetangga yang membeli untuk kebutuhan sarapan dipagi hari. Beberapa pembeli mengatakan alasan lebih memilih nasi kuning Mak Lasimah karena rasanya yang gurih dan sambal tomat yang pedasnya pas di lidah. Bahkan ada yang mengatakan nasi kuning tersebut dapat bertahan hingga sore hari dan masih enak untuk dimakan.
Bungkus daun pisang
Nasi kuning Mak Lasimah ini sama layaknya nasi kuning biasanya, hanya saja tidak terdapat telur di dalamnya karena menyesuaikan harga makanan di desa yang tergolong masih rendah. Nasi kuning Mak Lasimah dihargai 2000 rupiah (th 2021) per bungkusnya dengan isian oseng tempe kering, mie keriting, kerupuk dan sambal tomat sebagai pelengkapnya. Bungkus yang digunakan biasanya menggunakan daun pisang jika si pembeli tidak membawa wadah sendiri. Daun pisang tersebut dibeli dari tetangganya yang mempunyai kebun pisang dan umumnya dihargai 2000 rupiah per lempit atauĀ lipat. Setiap paginya Mak Lasimah membutuhkan daun pisang sebanyak tiga lempit/lipat untuk membungkus sebanyak 2,5 kg beras yang dibuat nasi kuning. Ada hal yang menarik dari nasi kuning ini yaitu tidak adanya timun sebagai pelengkap seperti nasi kuning biasanya karena Mak Lasimah beranggapan bahwa timun menjadikan rasa nasi kuning terkesan dingin, maka dari itu timun tidak ditambahkan dalam pelengkap nasi kuningnya.
Bahan nasi kuning
Bahan-bahan nasi kuning tersebut adalah santan kelapa, kunyit, garam dapur, dan daun salam. Santan yang digunakan adalah santan asli dari perasan buah kelapa bukan dari santan produk pabrikan. Untuk menghaluskan kunyit untuk pewarna nasi dan kelapa untuk santan Mak Lasimah enggan menggunakan mesin melainkanĀ diparut secara manual dengan parutan tradisional, hal ini beralasan rasa yang dihasilkan dari kunyit dan santan kelapa lebih gurih dibandingkan nasi kuning yang bahanya digiling menggunakan mesin. Beras yang dipakai pun juga menggunakan beras khusus yang tidak berganti sejak dulu untuk mempertahankan cita rasanya. Selain itu, sambal tomat dengan rasa pedas manis yang disiramkan ke tempe kering serta mie keriting menjadikan nasi kuning Mak Lasimah menjadi enak untuk dinikmati dan menarik minat para pembeli. Bahkan saat ini Mak Lasimah sering mendapat pesanan nasi kuning yang dibuat tumpeng di acara-acara tertentu. Untuk harga tumpeng nasi kuning berkisaran 100 ribu sampai 200 ribu tergantung besar kecilnya ukuran tumpeng dan jenis lauknya.
Tetap bertahan
Mak Lasimah berjualan nasi kuning dari tahun 2007 dan dapat bertahan sampai sekarang walaupun banyak pesaing-pesaing yang bermunculan, tetapi nasi kuning Mak Lasimah masih tetap menjadi pilihan warga Dusun Klipoh dan sekitarnya karena tetap menjaga kualitas cita rasanya khas. Mak Lasimah berharap nantinya ada yang meneruskan dari anak cucunya untuk jualan nasi kuning yang mana sudah dirintis sejak waktu yang lama.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Mak Lasimah, 50 tahun, pembuat nasi kuning, dusun Klipoh desa Karanganyar