(Narasi oleh Romdhoni dan Andika Ulinnuha)
Narasi
Awal mula Dusun Nampan dibawa oleh kasepuhan dari Keraton Jogjakarta, ada tiga bersaudara dari anak turun Keraton Yogyakarta yang berpindah di wilayah Nampan dan sekitarnya. Awal mula tiga saudara berpindah karena ada perselisihan di dalam keluarga.
Keluarga Keraton
Pada suatu hari ada tiga saudara dari keluarga Keraton Yogyakarta diperintah oleh orang tuanya untuk menjaga tanaman padi di sawah dari gangguan burung pemakan padi, akan tetapi mereka lalai dengan perintah orang tuanya untuk menjaga tanaman padi tersebut. Bukannya mereka sanggup untuk menyelesaikan tugas, mereka asyik bermain dan bersenda gurau di sawah. Akhirnya tanpa disadari karena kelalaian tersebut, datanglah segerombolan burung emprit atau burung pipit yang menghampiri ke sawah yang mereka jaga hingga akhirnya sebagian besar padi habis di makan segerombolan burung tersebut.
Lalu orang tua dari tiga bersaudara tersebut datang menghampiri dan melihat kejadian tersebut lalu memarahi ke tiga bersaudara itu.
“Kenapa kalian lalai dengan perintahku?”
“Maaf Ayahanda, kami asyik bermain di sawah sampai kami lalai akan perintah Ayahanda.”
“Kalian sudah mengabaikan perintahku, sebaiknya kalian semua pergi dari sini!”
“Baik, kalau memang seperti itu untuk menghormati keputusan Ayahanda, kami siap.”
Lalu tiga bersaudara tersebut menyetujui dengan perintah yang diberikan orang tuanya. Setelah itu mereka berjalan ke arah barat dengan jarak tempuh yang sangat jauh dan sampailah mereka di suatu tempat yang tak berpenghuni dengan banyaknya tumbuhan rumput ilalang, yang dirasa cocok untuk dijadikan sebagai tempat tinggal. Namun dari ketiga saudara ini salah satu memilih untuk melanjutkan perjalanan dan dikabarkan salah satu dari saudara tersebut sampai di daerah Cilacap beliau yang bernama Simbah Ki Jropo anak terakhir dari 3 bersaudara tersebut .
Kyai Nompo
Dua bersaudara yang memilih untuk singgah di daerah dengan hamparan rumput ilalang , saat ini yang bernama dengan sawah Silayer. Sesampainya di Silayer kedua kakak beradik yang bernama Simbah Kyai Nompo dan kakak perempuannya yang bernama Nyi Bumen .
Membakar ilalang
Beliau membagi wilayah dengan cara membakar rumput ilalang sebagai pembatas, dengan perjanjian pembagian wilayah menjadi dua tempat. Antara sisi barat dan sisi timur ucap beliau dengan perjanjian tersebut dan kesepakatan yang beliau buat untuk mendapatkan wilayah dengan di jadikan dua wilayah secara adil.
Pepunden Nampan
Menceritakan asal mula Dusun Nampan yang disinggahi oleh Simbah Kyai Nompo. Simbah Kyai Nompo adalah pepunden, orang yang pertama dan dituakan di Dusun Nampan. Beliau menamai desa tersebut dengan mengambil nama nampan yang diartikan Nampan dari nama Simbah Kyai Nompo, jadi Nompo adalah simbolis dari kata bahasa jawa nompo yang berarti menerima, maknanya adalah untuk menerima orang yang memiliki niat baik.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Mbah Mulyadi, 70 Tahun, Sesepuh desa, Dusun Nampan Desa Tanjungsari