(oleh Mifti Anjani dan Erwanudin)
Narasi
Pakde Noto, sore itu kami tim temu kenali desa berkunjung ke rumah beliau. Tentu saja karena tugas Njajah Deso Milang Kori, kalau tidak ada tugas ini mungkin bisa jadi kami tidak pernah sowan kepada beliau. Pakde Noto adalah seorang yang bisa dikatakan “juru kunci” Gunung Gondopurowangi, akan tetapi karena memang tidak ada penisbatan atau penunjukan secara khusus sehingga beliau juga kemudian tidak mengaku sebagai juru kunci. Usia beliau saat ini sekitar 67 tahun, sudah cukup sepuh tapi masih sangat bugar buktinya saja, waktu kami berkunjung ke rumah beliau. Waktu itu beliau baru saja pulang dari berkebun dengan memikul singkong satu karung besar.
Kemudian dipersilahkanlah kami untuk masuk ke dalam rumah beliau, rumahnya sederhana tetapi sejuk, tanpa butuh pendingin ruangan sekalipun. Sambil menyalakan rokoknya, kami utarakan maksud dan tujuan kami sowan ke rumah beliau, dan tanpa panjang lebar beliau langsung bercerita.
Mbaurekso
Sendang kuntul Putih begitu memang adanya nama sendang atau “belik” dibawah pohon beringin itu dikenal oleh masyarakat. Nama Kuntul Putih ini diambil dari nama makhluk yang orang jawa menyebutnya Mbaurekso, atau yang menguasai tempat tersebut. Lokasi keberadaan Sendang Kuntul Putih berada di lereng Gunung Gondopurowangi, Kemloko I, Kenalan, Borobudur. Lokasi Sendang kuntul Putih dapat diakses melalui jalur pendakian puncak Gondopuro, sebelum mencapai puncak terdapat penunjuk arah menuju lokasi sendang, jalanya sudah mudah dilalui.
Air Berkhasiat
Menurut Pakde Noto, air sendang tersebut memang banyak memberikan manfaat. Jika kita kesana mengambil air dengan niatan yang baik, seringkali niatan tersebut akan terwujud. Air dari sendang tersebut juga sering diambil oleh warga jika akan memasuki bulan puasa, mereka minum air tersebut sehingga pada saat berpuasa akan lebih terasa ringan tidak begitu haus sekali. Ada juga yang mengambil air untuk kebutuhan pengobatan, yang sakit gigi ada, yang sakit perut ada, yang pengen bisa mendengar atau melihat juga ada. Catatanya bukan berarti kita memohon kepada selain Tuhan ya, tapi hanya berusa, berikhtiar dengan menggunakan air dari Sendang Kuntul putih.
Tak pernah surut dan luber
“Lha tapi banyu seng neng sendang niko yo kui mas, ora tau sudo neng yo ora tau luber, ono ne yo semono kae terus” terang pakde Noto lebih lanjut, yakni air dari sendang tersebut tidak pernah surut walau saat musim kemarau, tetapi juga tidak pernah berlebih sampai airnya keluar dari belik. Ada lagi satu bukti mukjizat dari air Sendang kuntul Putih ini yang sangat nyata dan bisa dilihat anak-anak pada zaman sekarang, yaitu saat pembangunan area makam Gondopuro. Air yang digunakan hanya air dari sendang, padahal jika dipikir-pikir air yang tidak seberapa dari sendang pasti tidak akan mencukupi pembangunan yang ada “wong ngecor utowo ngedak semono ambane kae”.
Srono, Selawe (25)
Sedangkan untuk srono, biasanya menggunakan sekar dan wajib, wajib yang dimaksud disini adalah uang. Nah untuk wajib ini sendiri menggunakan bilangan “selawe,selawe gelo, dua ribu lima ratus rupiah, dua puluh lima ribu, dua ratus lima puluh ribu dan seterusnya”. Pokoknya yang bilangan awalnya adalah dua puluh lima jelas beliau lebih lanjut. Tetapi srono ini dilaksanakan jika hajat dari orang yang mengambil air sudah terijabah, jika memang tidak ya tidak perlu “nyekar dan ngasih wajib”.
Diresiki
Pesan terakhir Pakde Noto sebelum berganti topic adalah upaya pelestarian Sendang Kuntul Putih. “ora perlu di bangun apik-apik, cukup diresiki wae regetane, seng oleh ngresiki sopo? Sopo-sopo wae, ora ono dino khusus ge ngresiki, dadi sopo-sopo seng liwat utowo pas njikuk banyu nek kahanan reget yo teko diresiki” begitu pungkasnya.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Mbah Noto (Pakde Noto), 67 tahun, Sesepuh desa, Pemerhati budaya, Juru kunci Sendang Kuntul Putih, desa Kenalan