(Narasi oleh Jiyomartono dan Nurudin)

Narasi

Berdasarkan penuturan Bapak Gujiadi (70 tahun), bulan Sura termasuk bulan yang penuh makna dan sakral bagi masyarakat Jawa karena merupakan tahun baru bagi kalender Jawa. Bulan Sura sangat erat hubungannya dengan laku dan tirakat. Laku adalah tindak-tanduk atau perbuatan untuk mencapai tujuan atau mendapatkan hal-hal yang diinginkan. Sedangkan, tirakat merupakan proses penggunaan waktu pada malam hari untuk kepentingan dan aktivitas spiritual. Hasil dari laku ini tidak bisa ditarget karena orang Jawa percaya bahwa hal yang diingatkan akan muncul pada saatnya. Hal ini disebut nganggo mongso atau semua itu akan ada saatnya.

Jamasan Pusaka

Menurut Bapak Aripin dan Bapak Subagyo, pada tanggal 1 Sura merupakan merupakan waktu yang tepat untuk jamasan pusaka. Jamasan diartikan sebagai proses ngumbah atau mencuci pusaka, seperti keris, pedang, cincin akik, dan tombak. Pusaka ini memiliki makna filosofis yang erat hubungannya dengan spiritual karena dianggap sebagai hasil oleh pikiran dan rasa. Dengan kata lain membersihkan pusaka adalah sama dengan membersihkan hati.

Beberapa masyarakat di Desa Wringinputih melakukan ritual jamasan sebelum tanggal 15 Sura pada malam hari. Dilakukan oleh pemilik pusaka. jika ada warga yang tidak bisa melakukan penjamasan sendiri akan dititipkan kepada pemilik pusaka lainnya yang melakukan jamasan. Tradisi ini dimulai dengan berdoa, kemudian pusaka dicuci dengan air bunga kembang setaman yang dicampur dengan air kelapa muda. Lalu dibersihkan kapas setelah itu dicuci lagi dengan air bunga dan diolesi perasan jeruk nipis agar pusaka bersih. Setelah semua kotoran hilang, dikeringkan dan diolesi minyak wangi. Keris yang sudah wangi dapat dimasukan lagi pada warangka atau sarung keris dan disimpan ke tempat penyimpanan atau di kamar yang dianggap sakral.

Ngalap Berkah

Pada bulan Sura terdapat beberapa pantangan yang harus dilakukan. Tanggal 1 Sura menjadi menjadi hari nas yang artinya hari tersebut dilarangĀ  untuk melakukan beberapa kegiatan seperti nikah, membangun rumah, khitan, dan bercocok tanam. Sedangkan untukĀ  panen yang mengharuskan dilakukan pada tanggal 1 Sura, solusinya harus dimulai pada hari sebelumnya. Selain itu sebagian masyarakat juga melakukan ritual dengan pergi ke Puncak Suroloyo yang terletak di Pegunungan Menoreh sebagai bentuk tirakatan atau ngalap berkah. Ngalap berkah adalah harapan untuk mendapatkan kenikmatan hidup yang lebih bermakna. Sedangkan bagi masyarakat yang melakukan tirakatan di rumah, biasanya dengan cara berpuasa 1 Sura dan ada yang sampai 10 Sura.

Auman

Sebagian besar masyarakat Desa Wringinputih masih mempercayai tradisi Suran terutama yang mempunyai trah besar. Beberapa orang yang masih melakukan setiap dusun memperingati dengan tirakatan atau doa bersama yang disebut sedekahan atau auman. yang diadakan di musala atau masjid serta di rumah orang yang dituakan. Peringatan bulan Sura yang dilakukan pada tanggal 10 Sura diadakan di tingkat desa dengan mengadakan sedekah dengan anak yatim. Sura merupakan waktu perenungan, refleksi dan permohonan kepada Tuhan. Merefleksikan apa yang sudah dilakukan di tahun kemarin dan menata hati di tahun yang akan datang yang diwujudkan dengan membaca doa akhir tahun setelah ashar dan awal tahun setelah magrib.

Kungkum

Kemudian hasil wawancara dengan beberapa warga di Desa Wringinputih oleh Bapak Nurudin (52 tahun), ada beberapa tempat pelaksanaan ritual malam satu Sura diantaranya dilakukan di rumah masing-masing untuk menjaga privasi dan kesakralan. Selain itu, ada juga yang melaksanakan di tempat sakral atau wingit seperti di kuburan dan di pertemuan dua sungai antara Sungai Tangsi dan Sungai Progo untuk melakukan kungkum (merendam di air). Umumnya dua tempat ini digunakan oleh orang yang memiliki keinginan atau hajat dan biasa dilakukan pada waktu tengah malam. Prosesi ini akan dilakukan semalaman atau sampai dia menerima wangsit, yaitu petunjuk gaib yang diperoleh dengan cara laku.

 

Gambar

Narasumber

  • Bapak Gujiadi, 70 tahun, Sesepuh desa, Desa Wringinputih
  • Bapak Aripin, Pelaku budaya, Desa Wringinputih
  • Bapak Subagyo, Pelaku budaya, Desa Wringinputih
  • Bapak Nurudin, 52 tahun, Pemerhati budaya, Desa Wringinputih

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...