(Narasi oleh Muhammad Ja’far Qoir dan Miftakhul Fauzi)

Narasi

Sebuah perkampungan kecil di Kecamatan Borobudur, yakni di Dusun Klipoh Desa Karanganyar yang menjadi saksi bisu sepak terjang salah satu tokoh Walisongo, Sunan Kalijaga saat menyebarkan agama islam sekaligus mencari kayu jati berkualitas untuk tiang Masjid Agung Demak. Dusun yang hanya berjarak kurang lebih 4 km dari pusat Candi Borobudur ini memiliki begitu banyak sejarah budaya, bukan hanya kisah gerabahnya yang dari era Medang, namun juga menyimpan petilasan dari Sunan Kalijaga.

Petilasan sendiri adalah istilah yang diambil dari bahasa Jawa dengan kata dasar “telas” atau bekas yang menunjuk pada suatu tempat yang pernah disinggahi atau didiami oleh seseorang yang berpengaruh. Tempat yang layak disebut petilasan biasanya adalah tempat tinggal, tempat beristirahat dalam pengembaraan yang relatif lama, tempat pertapaan dan tempat terjadinya peristiwa penting.

Di Dusun Klipoh sendiri terdapat petilasan dari sunan kalijaga yang berbentuk batu kotak memanjang, warga menyebutnya watu sholat. Watu dalam bahasa Indonesia berarti batu, kemudian bisa dikatakan watu sholat karena batu ini dulunya digunakan untuk sholat.

Mas Nurofiq seorang penggiat budaya warga Dusun Klipoh kembali kami temui untuk bercerita mengenai sejarah tentang watu sholat yang berkembang di masyarakat.

Dahulu ditempat watu sholat berada merupakan sungai besar dari Perbukitan Menoreh, namun sungai besar ini tidak memiliki jalur sungai yang dalam di sekitar watu sholat berada. Masih sama seperti dahulu sungai ini dikelilingi oleh perkebunan yang tumbuh pohon pohon lebat,namun seperjalanan waktu sungai ini mulai tersisa sedikit hanya di sebelah timur watu sholat dengan debit air yang sangat sedikit di musim kemarau.

Batu yang berbentuk persegi panjang ini memiliki ukuran yang presisi di setiap sudutnya, dengan panjang sekitar 180 cm dan tinggi 50 cm orang banyak menyebutnya “koyok sajadah sholat” atau seperti sajadah untuk sholat. Karena memang betul saat dicontohkan untuk melakukan gerakan sholat, batu ini terasa pas di badan seorang laki laki. Dapat dibilang sebagai petilasan Sunan Kalijaga karena saat Sunan Kalijaga lewat untuk menuju perbukitan Menorah, tepatnya di sungai ini beliau mengajak pendherek untuk melaksanakan sholat  karena saat sampai ditempat tersebut sudah menunjukkan waktu untuk sholat dzuhur, ditengah sungai yang datar dengan tumpukan batu kecil tanpa dilewati air, beliau memilih sebuah batu yang pas untuk melakukan sholat diatasnya , ada juga yang bercerita bahwa batu itu diambil dari dasar sungai, sebelum didoakan oleh Sunan Kalijaga sehingga dengan sendiri terangkat ke atas permukaan, lalu digunakan sholat Sunan Kalijaga.

Dahulu batu ini arahnya lurus dengan kiblat, namun karena derasnya air sungai saat banjir perlahan-lahan menggeser batu sedikit ke arah barat daya, dan terangkat oleh bebatuan kecil dibawahnya. Namun tidak meninggalkan bukti sejarah perjalanan Sunan Kalijaga dalam menyebarkan agama islam di Nusantara, kedepannya watu sholat ini bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata religi sekaligus sehingga dapat dirawat sebaik mungkin.

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Nurofiq, pemerhari budaya, dusun Klipoh desa Karanganyar

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...