Beranda | Pitutur Bambu Borobudur 2022 | Lorong Jataka |Angsa; Kekuatan Kesetiaan
Lorong masuk Pitutur Bambu Borobudur ini terinspirasi dari relief Jataka di candi Borobudur. Dalam relief jataka, berisi ukiran fabel (cerita dengan hewan sebagai penokohannya) yang menggambarkan kehidupan Sidharta Gautama dalam wujud tokoh hewan dengan perwatakan adiluhung yang dapat dijadikan teladan bagi setiap orang. Cerita tersebut memang syarat dengan kandungan makna dan nilai-nilai moral.
Salah satu hewan yang ditampilkan di lorong Jataka adalah Angsa. Berikut di bawah ini kisah yang disadur dari buku JĀTAKA ;
Relief Borobudur
JATAKA
CERITA KELAHIRAN LAMPAU BUDDHA
Penulis & Fotografer : Anandajoti Bhikku
Sang Angsa
yang setia kawan
Dalam cerita Jataka ini, Bodhisattwa terlahir ulang sebagai angsa dan menjadi raja angsa bernama Dhritarachatra. Raja angsa Dhitarachatra memerintah dan melindungi kawanan besar angsa yang hidup di telaga Manasa. Raja angsa Dhitarachatra memiliki patih bernama Sumukha. Sumukha terampil dalam mengatur urusan kerajaan, ia mengerti dengan baik bagaimana peraturan diputuskan dengan benar, dan mempunyai daya ingat yang sangat baik. Sumukha menyandang kesetiaan, kejujuran, serta keteguhan hati. Sifat mulianya yang alami didukung dengan sopan santun dan kerendah-hatian. Disebutkan karena kemurnian tingkah laku serta cara hidupnya, ia selalu bersemangat, cerdas dan mampu menjalankan tugas tanpa cela.
Di tempat lain, Ratu Khemă, permaisuri Raja Văranăsi bernama Brahmadatta, bermimpi menyaksikan angsa berwarna keemasan duduk di tahta kerajaan mengkhotbahkan hukum kebenaran dengan suara merdu. Khotbah itu terhenti karena Ratu Khemă terbangun dengan masih menyisakan gambaran bahwa angsa-angsa tersebut terbang melalui jendela. Dengan keyakinan bahwa angsa emas itu ada, maka Ratu Khemă mohon kepada suaminya untuk mencarikan angsa emas agar dapat mewujudkan apa yang pernah diimpikan.
Raja Brahmadatta mengundang para brahmana serta semua penasihatnya, akhirnya didapat informasi bahwa ada sekelompok angsa berbulu keemasan berdiam di danau Manasa dalam wilayah gunung Cittakūţa di bawah pimpinan raja angsa bernama Dhritarachatra. Raja Brahmadatta kemudian membangun danau Khema di Vanarasi, di daerah Cittakūţa, dengan dijaga oleh para pemburu terpilih dengan tujuan dapat menangkap “angsa emas” untuk diberikan kepada Ratu Khemă. Para pemburu penjaga danau tersebut disebut Khemaka.
Menyaksikan keindahan danau Khema, sebenarnya Raja Dhritarachatra sudah curiga, namun didesak oleh rakyatnya yang berjumlah 90.000, agar mereka diizinkan mengunjungi Danau Khema, maka mereka terbang ke danau tersebut. Raja Dhritarachatra mengawal sendiri seluruh rakyatnya mengunjungi dan bersenang-senang di Danau Khema. Dalam kunjungan tersebut, sang raja terkena jerat. Menghadapi bahaya ini, Patih Sumukha tetap menemani Raja Dhritarachatra, bahkan kepada pemburu Khemaka minta dirinya menggantikan sang raja angsa yang bijaksana. Namun para pemburu itu tidak membebaskan mereka. Raja angsa Dhritarachatra disertai Patih angsa Sumukha dipersembahkan kepada Raja Brahmadatta yang bergembira dapat memenuhi kehendak Ratu Khemă.
Raja dan patih kalangan unggas ini diperlakukan sangat terhormat oleh raja, karena memang tujuan ditangkapnya adalah untuk mendengarkan “Khotbah Kebenaran”. Para unggas ini ditempatkan pada tempat yang lebih tinggi dari raja. Dalam paparannya, Raja Dhritarachatra menjelaskan bahwa sebenarnya Raja Brahmadatta tidak menyatakan yang benar. Sikapnya membangun danau Khema yang demikian indah telah menjebak para angsa untuk menikmati, sedangkan tujuan utamanya untuk menangkap angsa emas. Raja menjelaskan bahwa dia tidak bermaksud menyakiti, namun berkeinginan menangkap angsa emas untuk mendengarkan “Uraian Kebenaran”. Untuk itu Raja Brahmadatta menyatakan penyesalan dan mohon maaf.
Raja angsa Dhritarachatra menjelaskan bahwa tidak ada dari kita yang bisa bebas dari akibat perbuatan kita sendiri. Bila kita berusaha menata kehidupan dengan baik, maka kita akan memperoleh hasil yang baik dan menyenangkan dalam kehidupan kita. Setelah mendengarkan khotbah, sang raja akhirnya melepaskan Dhritarachatra dan patihnya tersebut.
Kisah ini mengajarkan kita untuk selalu tulus ketika berbuat kebaikan. Wujud nilai persaudaraan sejati dalam cerita ini adalah dalam persaudaraan, kita bersama ketika suka dan tidak meninggalkan saudara dalam kesulitan.
Para angsa di danau Mānasa
Di relief ini mengambarkan kehidupan kawanan angsa di Danau Mānasa.
Bodhisattwa sebagai Raja angsa Dhitarachatra digambarkan sebagai angsa paling besar di kiri atas, dan Patih Sumukha digambarkan berdiri dihadapanya agak dibawah, sebelah kanan. Di bawah mereka angsa-angsa berdiri diantara teratai.
Raja Angsa berhasil ditangkap
Dalam relief ini digambarkan adegan dimana danau megah telah dibangun raja, kemudian raja angsa berhasil ditangkap oleh pemburu. Meskipun sang patih bermaksud menggantikan Raja Vārāṇasī, tetapi pemburu tidak mau melepaskannya. Akhirnya keduanya ditangkap untuk dibawa kehadapan raja. Sementara angsa-angsa yang lain tampak terbang menjauh, dibiarkan bebas oleh pemburu.
Angsa menyampaikan kebenaran di hadapan Raja
Dalam relief ini nampak dua angsa, walaupun sudah agak, ada di hadapan raja. Raja angsa duduk di kursi, dan lebih tinggi dari patih Sumukha. Raja Vārāṇasī berlutut memegang pembakar dupa mendengarkan petuah kebenaran yang disampaikan raja Dhitarachatra.
Daftar Pustaka
Ānandajoti Bhikkhu. 2020. Jātaka: Cerita Kelahiran Lampau
Buddha. Ehipassiko Foundation. Jakarta
Cerita Bergambar, Relief Jataka Candi Borobudur. 2014.
Balai Konservasi Borobudur Direktorat Jendral
Kebudayaaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Magelang
Prasetya, Bambang Eka. 2022. Kumpulan Cerita Jatakamala.
Seni Membaca Relief (Sebar) Candi Borobudur.
Nittramaya. Jawa Tengah.