(Narasi oleh Jiyomartono dan Nurudin)
Narasi
Dusun Srigentan terdapat rumah yang bernama Ndalem Eyang milik Bapak Setyo Prayogo (50 tahun). Rumah yang biasa tertata rapi ini memiliki beberapa batu yang merupakan bagian dari candi dan batu yoni. Beliau mengumpulkan benda-benda yang merupakan bukti kebudayaan zaman dulu sebagai ungkapan rasa peduli untuk menyelamatkanya, menurut beliau di masyarakat terkadang batu batu candi seperti ini digunakan untuk pondasi, alas soko, dan ada pula masyarakat beranggapan bahwa batu tersebut ada penunggunya. Penyimpanan benda-benda ini sudah legal dan tercatat di Balai Konservasi Borobudur. Sebagai bentuk kepedulian dan penyelamatan, pihak konservasi menyarankan benda-benda ini diberi alas batu supaya tidak cepat rusak.
Di tempat ini batu yoni dan beberapa batu lainnya berusaha diselamatkan kondisinya dari sinar matahari dan hujan sehingga batu yoni ditutup kaca agar bisa sekaligus berfungsi sebagai meja. Batu yoni ini sebenarnya berpasangan dengan batu lain yang disebut lingga. Yoni dan lingga ini sebagai satu kesatuan alat pemujaan agama Hindu Siwa. Selain itu diartikan sebagai media upacara kesuburan, karena yoni dan lingga ini merupakan simbol kelamin perempuan dan laki-laki. Maka dari itu, yoni dibuat di bawah dengan bentuk segi empat dan di tengahnya bagian atas dibuat lubang untuk meletakkan lingga. Kemudian, yoni ini dilengkapi dengan hiasan berbentuk pancuran (cerat), yang berfungsi ketika ada ritual upacara mengguyurkan air dapat tumpah lewat pancuran air tersebut. Sedangkan lingga adalah batu yang berbentuk segi empat ataupun bulat memanjang, kemudian untuk bisa berdiri diletakkan di atas yoni.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bapak Setyo Prayogo, 50 tahun, Pemerhati Budaya, Dusun Srigentan Desa Wringinputih