Batu Lumpang yang Terlupakan

(Narasi oleh Taufik Hidayat dan Jamil Rochmatulloh)

Narasi

Batu lumpang terletak di Dusun Tegalwangi, Desa Tegalarum tepatnya di sebelah selatan Dusun menjadi salah satu sejarah peradaban di desa Tegalarum. Dahulu diyakini batu tersebut sering digunakan untuk menumbuk padi oleh Mbah Nyai Tegal yang tinggal di Desa Tegal (sekarang bernama dusun Tegalwangi). “Batu lumpang memang berada di tanah warisan leluhur saya dan sudah ada sejak lama, turun temurun hingga sekarang dititipkan kepada saya. Saya selalu ingat pesan dari almarhum suami saya, bahwa jika ada yang mau membeli batu itu, berapapun harganya, jangan diberikan” kisah Mbah Sukarmi (52 tahun) yang merupakan warga Dusun Tegalwangi Desa Tegalarum.

Oleh masyarakat setempat, sampai saat ini tidak ada yang berani memindahkan letak batu lumpang karena dipercaya apabila memindahkan batu tersebut akan terjadi hal-hal buruk. “Pernah ada warga yang mau mengangkat batu tersebut, tetapi akhirnya menyerah karena bobot batu tersebut yang melebihi dari bentuk atau bahkan memang tidak bisa diangkat dari lokasi sekarang” ujar Ibu Ita yang merupakan putri Mbah Sukarmi. Lokasi batu lumpang berada di dekat makam kuno yang merupakan makam Mbah Nyai Tegal sehingga lokasi tersebut sangat keramat atau terkesan angker. Mbah Nyai Tegal adalah sosok pepunden atau orang yang pertama menempati daerah tersebut. Orang-orang menyebut Desa Tegal terinspirasi dari nama beliau. Selain Mbah Nyai Tegal, ada prajurit Pangeran Diponegoro dan juga abdi kinasih dari Keraton Jogja yang dimakamkan disitu. Banyak rumor yang mengatakan di lokasi tersebut sering terlihat penampakan ular besar dan hal hal mistis lainnya.

Berbeda dengan situs batu lumpang di Dusun Prembulan, Desa Tegalarum yang sudah terdaftar di Balai Konservasi Borobudur. Batu lumpang di Dusun Tegalwangi sudah dilaporkan ke perangkat desa untuk ditindaklanjuti. “Saya orang pertama yang menanyakan perihal batu lumpang dan memnita ijin untuk mengukur batu tersebut untuk keperluan narasi yang saat ini saya tulis” ucap Jamil.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Ibu Sukarmi, 52 tahun, Pemerhati budaya, Dusun Tegalwangi Desa Tegalarum

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...