(Narasi oleh Jiyomartono dan Nurudin)
Narasi
Cublak-cublak Suweng merupakan Permainan anak-anak yang dimainkan secara kelompok minimal 5 orang. Dimulai dengan hompimpa alaium gambreng, nek ijo nganggo klambi rombeng, kemudian dengan mengucapkan kata-kata gambreng mereka akan menyatukan telapak tangan didepan badannya masing-masing dengan terlungkup atau terbuka, yang menang dalam permainan adalah yang berbeda sendiri hingga tersisa 2 orang dan mereka harus pingsut dengan menunjukkan 3 jari yaitu ibu jari sebagai simbol gajah, jari telunjuk sebagai simbol orang, dan jari kelingking sebagai simbol semut. Jika bertemu dengan jari yang sama maka akan diulang sampai bertemu dengan jari yang berbeda. Jika telunjuk kalah dengan ibu jari, ibu jari kalah dengan kelingking, jari kelingking kalah dengan jari telunjuk . Yang paling kalah akan tidur dengan posisi tengkuranp dengan maksud agar dia tidak bisa melihat anak-anak yang bermain diatas tubuhnya. kemudian anak-anak akan meletakkan semua telapak tangannya terbuka diatas tubuh pemain yang tidur. Pemimpin permainan memegang benda yang dirahasiakan sambil disentuhkan ke masing-masing telapak tangan secara bergantian dengan menyanyikan lagu cublak-cublak suweng. Diakhir lagu cublak-cublak suweng, benda yang dirahasiakan diletakkan di salah satu telapak tangan pemain, kemudian digenggam, semua pemain juga menggenggam telapak tangannya sambil menyanyikan reff (sir sir pong ndelik kopong ). Yang tadi tidur akan bangun untuk menebak siapa yang membawa barang yang dirahasiakan tersebut sampai ketemu. Bisa ditarik kesimpulan, permainan ini melatih ketajaman untuk menebak sesuatu.
Gambar
Narasumber
- Bapak Jiyo Martono, 40 tahun, Pemerhati dolanan tradisional, Dusun Ringinputih Desa Wringinputih
- Anak-anak Desa Wringinputih