(Narasi oleh Wahyu Nur Rahman dan Abdul Kholiq Kurniawan)
Narasi
KELAHIRAN
Mbah Mah Dan Mbah Muh adalah seorang dukun bayi di Desa Bumiharjo. Mereka berprofesi sebagai juru urut saat hamil sampai lahir umur 15 bulan. Mbah Mah dan Mbah Muh tinggal di Dusun Senden RT 01 RW 01 Desa Bumiharjo kecamatan Borobudur. Umur mereka tidak jauh beda, Mbah Muh lahir pada 31 Desember 1941 sedangkan Mbah Mah atau mbah Koimah lahir pada 31 Desember 1960. Rumah mereka juga tidak berjauhan sekitar 40 meter saja. Kata Mbah Muh adalah nama mendiang dari suaminya Mbah Giyem.
Pada pukul 11 siang saya sudah membuat janji dengan Mbah Mah untuk berkunjung di rumahnya. Namun ketika sampai disana ternyata Mbah Mah belum selesai vaksin. Akhirnya saya langsung ke tempat Mbah Muh. Saat di depan rumah disambut oleh anaknya Pak Wawan yang tinggal satu rumah dengan Mbah Muh. Mbah Muh mendapatkan ilmu dari Ibu Nur saat ia diminta membantu bidan desa. Ibu Nur sering meminta bantuan saat lahiran. Sehingga cara memijat dan upokoro (merawat) ibu hamil dan bayi ia dapatkan melalui pengalaman.
Ketika hamil ada beberapa kali dipijat yang pasti saat setelah mitoni agar posisi bayi tidak melintang saat lahiran. Saat hamil juga ada prosesi ngapati juga mitoni. Saat ngapati menurut Mbah Muh didoakan semoga mendapatkan ruh yang baik dan saat mitoni berdoa agar kelahirannya dapat selamat semuanya.
Mbah Muh belum pernah menolong Ibu melahirkan seorang diri karena apabila ada sesuatu akan disalahkan. Mbah Muh setelah lahiran melakukan kegiatan yang membantu ibu sebelum dan setelah lahir. Setelah lahiran setiap pagi hari Mbah Muh datang ke rumahnya sampai puputan. Hal yang dilakukannya adalah memandikan si bayi, setelah itu mengurut dan memberi minyak sampai dibedong dan tidur. Ibu si bayi juga diurut atau dan dipijat. Tak lupa ada tapel ramuan dari enjet, asem, dan jeruk purut yang di oleskan diperut ibu lalu di korset atau kendit. Kendit adalah kain Panjang agak tebal diputar di perut sangat kencang. Pemberian tapel dan di kenditi agar cepat mengeluarkan darah kotor dan perut tidak mbedah tau gemuk. Saat puputan, Mbah Muh pasti akan mendapatkan nasi berkat.
Bayi setelah puput di atas kepala atau ubun-ubunnya diberi pupok agar bayi cepat tengkurap, tidur pulas dan mengeraskan cangkang kepala. Bau pupok juga seperti aromaterapi yang baunya sangat enak serta dapat mengusir serangga. Pupuk sendiri terbuat dari dlingo bengle, kemukus dan cengkeh yang ditumbuk sampai halus. Ibu si bayi juga memiliki ramuan bernama pilis, yang isinya dlingo bangle dan cengkeh yang membantu si ibu agar dapat begadang saat bayi menangis di malam hari.
Air susu agar lancer juga diberikan uyup-uyup yang berisi daun katuk atau dengan jamu tradisional. Jamu uyup uyup dibuat dengan bahan baku kencur satu genggam, kunir 4 ruas ibu jempol kaki, garam sedikit dan 2 lembar daun pepaya dihaluskan dan diperas jadi 1 gelas. Jamu itu diminum dua kali sehari hingga air susu ibu berlebih. Untuk pijat setelah itu dilakukan 1 minggu sekali sampai satu atau 2 bulan dan kemudian bulan ke tiga, ketujuh ke dua belas dan bulan ke limabelas. Kenapa anak perlu dipijat karena anak sendiri belum tau batas dari kekuatan dirinya dan sering melakukan gerakan yang bagi kita sangat fatal, contohnya ketika bayi sering menaikkan kepala sampai ke belakang dan sebagainya sehingga agar tidak sakit. bayi perlu di pijat.
Â
MENINGGAL DUNIA
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Bumiharjo masih memegang teguh nilai gotong royong, seperti halnya jika ada salah satu warga yang meninggal dunia. Ada pembagian tugas yang sudah turun temurun berlaku di masyarakat Bumiharjo yang masih dijalankan sampai saat ini. Pembagian tugas tersebut antara lain jika yang meninggal dunia dari dusun sebelah barat maka yang menggali liang lahat adalah warga dari dusun sebelah utara dan masyarakat yang di sebelah barat atau yang dekat menyiapkan dan membantu di rumah duka, baik itu menyiapkan tempat, mengambil keranda (banduso), mencari putihan (kain kafan), kebutuhan upacara pemberangkatan ataupun mengabari sanak-saudara di luar desa dan begitu sebaliknya. Itu semua dilaksanakan oleh kaum pria, sedangkan para ibu-ibu sekitar menyiapkan hidangan untuk acara malam hari, dan sebagian merangkai bunga untuk hiasan di keranda.
Prosesi pembuatan liang lahat diawali dengan mbedah bumi dan biasanya dimulai oleh orang tertentu atau yang biasa melakukan. mbedah bumi adalah penggali yang pertama kali mencanggul tanah. Saat pembuatan liang lahat selain penggali makam, ada juga yang memotong bambu untuk membuat gledeg penutup makam dan membersihkan area sekitar makam. Dijaman dahulu sebelum ada keranda permanen yang dibuat, dahulu keranda dibuat dadakan memakai bambu. Dalam penentuan letak liang lahat biasanya sesuai wasiat dari almarhum atau dari keluarga, apabila almarhum ingin dikubur di dekat keluarga sedangkan di area tersebut tidak ada lahan yang lebar maka diadakan Surtanah, Surtanah  adalah pembuatan liang lahat didekat kuburan lama dan berniat untuk minta izin serta meminta keselamatan begitu tutur Bapak Rosidi yang sering menggali makam.
Di rumah duka diadakan prosesi upacara pemberangkatan sesuai agama yang dianut seseorang yang meninggal. Di Bumiharjo mayoritas beragama islam maka prosesi pemulasaran dan upacara pemberangkatan dengan tata cara agama islam seperti mensucikan, mengkafani, menyolatkan. Ada juga sambutan tuan rumah yang memintakan maaf untuk almarhum dan permintaan terimakasih kepada masyarakat yang telah membantu.
Prosesi pemberangkatan di pimpin oleh bapak kaum beserta Do’a. tradisi yang masih dijalankan salah satunya adalah Nlungsupi atau Brobosan yaitu anak cucu almarhum beriringan berjalan dibawah keranda beberapa kali. Ini dimaksudkan untuk penghormatan terakhir pada almarhum dan dihindarkan dari Sawan. Selain itu pada saat perjalanan ke makam, sepanjang perjalanan akan ditabur bunga dicampur dengan beras kuning (direndam kunyit) dan uang koin yang disebut kepyur ini dimaksudkan untuk sedekah tujuannya agar banyak yang ikut iring-iringan mengantar jenazah. Seperti pada zaman dahulu banyak anak-anak yang berebut uang koin dan ikut mengiringi sampai ke makam, untuk beras kuning yang ditaburkan juga untuk sedekah kepada hewan seperti unggas yang memakan beras tersebut. Di jaman sekarang tradisi tersebut sudah mulai luntur, untuk uang koin yang biasanya disebar sekarang dikumpulkan dan dimasukkan ke kotak amal di masjid.
Pada malam harinya sehabis magrib ada jamuan penghormatan dan rasa terimakasih dari keluarga disertai tahlil bagi warga yang bergotong royong di makam (surtanah), sebelum tahlil, dibagikan amplop yang berisi uang atau sering dinamai wajib nominalnya semampunya sekitar 2000-10.000 setelah pembagian mereka akan saling bertukar amplop dengan teman sebelahnya.
Tahlilan atau slametan biasa dilakukan selama 7 hari namun ada yang hanya 3 hari saja. Ikhlasan adalah sebutan lain dari tahlilan, di Bumiharjo ikhlasan biasa dilaksanakan sampai 7 hari dan dihadiri oleh mayoritas warga dusun setempat. Tujuan ikhlasan selain untuk mendoakan seseorang yang meninggal, juga bentuk bakti keluarga terutama anak dengan memberikan jamuan bagi para tamu yang hadir sebagai sedekah dan amal, selamatan ini diadakan hari pertama (surtanah), nelung dino di hari ke tiga, mitung dino di hari ke tujuh, matang puluh di hari ke empat puluh, nyatus di 100 hari, mendak ini per tahun dan Nyewu di 1000 hari.
Jamuan yang dihidangkan saat tahlilan terdiri dari beberapa macam snack jajanan pasar, minuman dan makan beserta lauk dan sayur. Diakhir acara biasanya dibawakan berkatan  untuk dibawa pulang yang terdiri dari berkat matengan  ada yang mentahan.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Mbah Mah/Koumah, 62 tahun, sesepuh desa, dukun bayi, desa Bumiharjo
- Baoak Rosidi, penggali makam, desa Bumiharjo