(Narasi oleh Lukman Fauzi Mudasir dan Diyah Nur Arifah)

Narasi

Asal mula kesenian rakyat khas dari Desa Borobudur, yaitu ndayakan berasal dari persebaran kesenian rakyat dari Desa Tuksongo yang berisi tentang ajaran agama Islam. Menurut Mas Sugi (30 tahun) koordinator kesenian ndayakan dari Dusun Ngaran II, mengatakan bahwa kesenian ini menggambarkan ekspresi kolosal dengan cara menari dengan jumlah penari yang banyak dan berirama dengan balutan musik dari krincing (lonceng) yang dipasang pada kaki para penari.

Rodat, Monolan, Ndas-ndasan

Kesenian rakyat ndayakan dibagi menjadi 3 pertunjukkan yang pertama disebut rodat. Lalu babak selanjutnya disebut monolan, yang tariannya berisi kelucuan karakter Pak Monol yang digambarkan sebagai orang desa yang bersahaja dan lucu dalam setiap tindak tanduknya sebagai wujud keceriaan masyarakat Dusun Ngaran, Desa Borobudur. Babak terakhir adalah babak ndas-ndasan atau kewan-kewanan (hewan-hewan). Babak ini merupakan permainan silat yang dengan pemain menggunakan kostum hewan dan menari dengan gerakan mirip hewan sesuai kostum yang digunakan. Basanya pada babak ini merupakan puncak acara pertunjukan karena biasanya terjadi peristiwa kerasukan dengan berbagai rupa bentuknya sesuai dengan kostum hewan yang dikenakan, terkadang kerasukan juga terjadi pada penonton yang tersenggol oleh pemain kewan-kewanan, sehingga dengan semakin banyak orang yang kerasukan maka semakin ramai acara ini.

Ndayakan Cahyo Mudo

Ndayakan Cahyo Mudo dari Dusun Gejagan, dengan ketua Bapak Mugiyanto kelompok ini menjadi pelopor kesenian rakyat di Desa Borobudur. Menurut beliau, kesenian ini menggambarkan sifat-sifat manusia dengan personifikasi mirip dengan sifat hewan. Seperti macan sebagai penggambaran sifat yang lincah tegas dan kuat garang. Kerbau sebagai penggambaran sifat yang selalu maju tanpa melihat siapa lawan dan menerjang apapun yg di depannya. Warak (badak) menjadi penggambaran sifat sombong, yang selalu menusuk dengan culanya siapapun yang akan menggangu nya. Lalu kuda menggambarkan sifat manusia yang seperti kuda yang kuat dalam menerima cobaan yang berat bagaimanapun selalu mengikuti apa kemauan kusirnya. Sedangkan gajah menjadi penggambaran sifat manusia yang kuat dalam menghadapi macam halangan dan rintangan yang besar bagaimanapun selalu maju ke depan.

 

Gambar

Lokasi

[Map

Narasumber

  • Sugi, 30 tahun, Pelaku budaya, Desa Borobudur
  • Bapak Mugiyanto, Pelaku budaya, Ketua kelompok kesenian Dayakan Cahyo Mudo, Desa Borobudur.

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...