Mbah Demang Jagan, Cikal Bakal Masyarakat Dusun Serut
(Narasi oleh Ahmad Saeful M dan Zulfikar Maulana M)
Narasi
Siang menjelang sore kami datang untuk sowan ke Mbah Abu Chori yang sudah berusia 92 tahun untuk bertanya mengenai cerita Mbah Demang Jagan yang merupakan cikal bakal masyarakat Dusun Serut.
Mbah Abu dengan nada tegas dan mantap (melambangkan keyakinan bagaimana ia bercerita terkait cikal bakal tanah Serut pada zaman dahulu). “Serut ki rung ono omah, kabeh jagate watu gajah tekane serut tengah kae duwene mbah Demang Jagan, terus dipertelu, wong anake telu.”
Dahulu tanah Serut belum ada rumah, semua tanah bumi watu gajah sampai Serut bagian tengah itu milik Mbah Demang Jagan. Lalu dibagi tiga karena Mbah Demang Jagan memiliki tiga anak. Maka beliau lah yang menurunkan bakal anak cucu orang Dusun Serut.
Demang Abdul Latif & Demang Jagan
Demang jaman dulu adalah orang yang memiliki kekuasaan wilayah atau kepala daerah. Yang sekarang kurang lebih setara menjadi Lurah (kepala desa). Dahulu di Bigaran terdapat dua Demang, yakni Demang Abdul Latif dan Demang Jagan. Mbah Demang Jagan bertugas menjaga situasi jalan utama yang persis di samping rumahnya. Tiap ada orang lewat memasuki wilayah kekuasaannya selalu dijegat dan ditanya oleh beliau, membawa layang (surat jalan) atau tidak.
Mbah Abu juga menjelaskan sebutan dan sejarah tentang lurah (kepala desa) dan para pegawai kepemerintahan jaman dahulu. “Lurah ki lak sakwene dijajah londo, Demang yo jeh alam kerajaan, jaman kerajaan nek kene ki ijeh melu ning surokarto”
Demang Abdul latif termasuk yang membawakan atau yang menguasai daerah kenalan juga, istilahnya yang dituakan atau yang diamanahi untuk menjaga wilayah tersebut. Arti kata Demang merupakan jabatan yang bisa dibilang mirip dengan jabatan lurah (kepala desa) jaman sekarang namun cakupan wilayahnya lebih luas. “ Tutur Mbah Abu”.
“Jaman penjajah nek ono dadi pegawai sebutannya ndoro, lurah yo ndoro, asisten ya ndoro sten, polisi yo ndoro upas, guru yo ndoro guru, kabeh sik dadi pegawai kuwi ndoro. Pada zaman dahulu saat dijajah belanda, pegawai biasa disebut ndoro, lurah atau kepala desa juga disebut ndoro, kemudian camat atau Kepala Kecamatan disebut ndoro sten, polisi disebut ndoro upas, guru juga disebut ndoro guru.
Rumah Mbah Demang Jagan berada di Serut RT 05 RW 02, tepat di seberang atas Rumah Mbah Tris (80) Bahkan sampai saat ini runtuhan bangunan rumah beliau dikabarkan masih ada di lokasi. Hal ini dituturkan langsung oleh Mbah Abu Chori.
Makan di Gunung Serut
Mbah Demang Jagan makamnya juga berada di Gunung Serut. Namun kijing (nisan) kuburannya sudah tidak banyak yang tahu. Ada yang mengatakan hanya tinggal bongkahan batu ada juga yang mengatakan sudah tidak terlihat. Dan penghuni gunung serut jumlahnya yang sekarang sudah ratusan merupakan darah keturunan beliau “Mbah Demang Jagan”.
Gambar
Lokasi
Narasumber
- Mbah Abu Chori, 92 tahun, sesepuh desa Bigaran