(Oleh Zurdhan Ageng Pamuji dan Khoirul Fai)

Narasi

Egrang merupakan salah satu permainan tradisional berbahan dasar bambu. Tongkat yang terbuat dari sepasang buluh bambu ini memiliki panjang yang bervariasi, sesuai kreasi dan kebutuhan. Bambu yang dipakai memiliki panjang kurang lebih 2,5 – 3 m dan berdiameter sekitar 6 – 9 cm. Pada ukuran kurang lebih 50 cm dari ujung bawah bambu, dipasang sebuah ruas bambu pendek pada masing-masing tongkat sebagai tempat pijakan kaki. Saat seseorang berdiri di pijakan kaki dan mulai berjalan menggunakan egrang, secara otomatis posisi orang tersebut berada lebih tinggi dibanding sekitarnya.

 

Tentu saja, memainkan egrang tidak semudah yang dilihat. Hal ini berkaitan dengan olah keseimbangan. Apabila egrang terlalu tegak namun tubuh tidak sempat menyesuaikan diri, maka orang yang sedang memainkan egrang tersebut akan terjatuh. Sebaliknya, jika egrang terlalu condong ke depan, egrang yang awalnya bisa dikendalikan akan kehilangan keseimbangan dan berpotensi terjatuh. Selain itu, egrang dapat mengajarkan banyak hal. Beberapa di antaranya seperti olah keseimbangan, kepercayaan diri, kegigihan, serta kerja sama.

Egrang dapat dimainkan oleh siapapun tanpa ketentuan waktu tertentu. Di Desa Sambeng, egrang sering dimainkan oleh anak-anak, remaja, dan juga orang dewasa. Biasanya, egrang biasa dimainkan untuk memeriahkan lomba agustusan setiap tanggal 17 Agustus.

 

Gambar

Cara bermain

Narasumber

  • Klistian Dwi, 14 tahun, pelaku budaya

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...