(Narasi oleh Arif Sutoyo dan Nur Kholiq)

Narasi

 

Di Dusun Parakan, Desa Ngargogondo, hidup seorang perempuan yang cukup tangguh, Mbak Suyamti namanya. Mbak Yamti, panggilan akrabnya, yang bersuamikan Mas Wanto ini juga seorang ibu dari dua orang jagoan kecil. Seorang perempuan paruh baya menjelang 40 tahun ini, sangat terampil dan sudah cukup terkenal sebagai pembuat emping melinjo. Perempuan asli Solo ini menjadi pembuat emping melinjo sejak masih usia belasan, tepatnya saat dia masih duduk dibangku SMP. Keterampilan membuat emping ini didapat berkat melihat dan belajar langsung selama bertahun-tahun dari ibunya yang juga perajin emping.

Ndandakke Melinjo

Emping buatannya terkenal sebagai emping yang punya citarasa gurih dan renyah. Bahkan, Ia kadang kesulitan memenuhi permintaan pelanggan karena banyaknya pesanan yang datang. Biji melinjo sebagai bahan baku utama pembuatan emping didapatkannya dari pasar.  Terkadang, ada juga pemesan yang membawa sendiri melinjo yang ingin dibuat emping, atau kalau menurut istilah sekitar disebut ndandakke. Mbak Yamti sangat mahir dan terampil membuat emping berbagai ukuran, “Mulai dari yang kecil seukuran masuk toples, sebesar tutup toples, dan seukuran untuk dijual di warung makan atau kurang lebih seukuran tutup kaleng roti“, begitulah Ia membahasakan ukuran-ukuran dari emping yang Ia buat.

Peralatan tradisonal

Mbak Yamti baru bisa memulai pembuatan emping sejak pukul 10 pagi setiap harinya setelah mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Ia memulainya dengan daden geni, yaitu menyalakan api di tungku tradisional yang terbuat dari tanah, atau yang biasa disebut luweng. Biji melinjo yang sudah dikupas kemudian digoreng menggunakan pasir di atas wajan tanah yang sudah dipanaskan. Selanjutnya, melinjo yang berwarna Kehitaman dingkat dari wajan. Dengan cekatan Mbak Yamti mulai memecahkan kulit melinjo dengan cara meletakkan biji melinjo di atas papan batu. Menggunakan semacam alat penumbuk dari besi tumpul, biji-biji melinjo tersebut ditumbuk sampai pipih hingga berbentuk emping. Kemudian, emping itu diletakkan di atas papan rigen untuk kemudian dijemur di bawah sinar matahari langsung hingga kering. Untuk memberi rasa gurih, Mbak Yamti hanya menggunakan bumbu sederhana yang mudah kita jumpai seperti ketumbar, kemiri, bawang putih, dan garam. Adapun untuk emping manis, Mbak Yamti tinggal menambahkan gula pasir pada bumbu gurih tadi. Proses pemberian bumbunya adalah dengan cara menyiapkan air hangat yang telah tercampur dengan bumbu halus, setelah itu emping dicelupkan kedalam wadah, lalu emping tersebut dijemur kembali sampai kering.  Jika sudah kering, emping sudah siap untuk dikemas dan dijual atau diambil pemesan.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Ibu Suyamti, 40 tahun, pelaku budaya, Dusun Parakan Desa Ngargogondo

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...