(Narasi oleh Rangga Tsalisul A. dan Loh Sari Larasati)

Narasi

Berjalan menyusuri desa, saya berjalan menuju rumah Bapak Ganang di Dusun Ngentak untuk bercerita lebih dalam mengenai Festival Gelar Budaya yang dilakukan Di Desa Wanurejo. Bertemu dengan beliau dan istrinya, kami mulai bercerita mengenai rangkaian acara Gelar Budaya Wanurejo. Awal pembahasan yaitu dimulainya cerita dari bapak Ganang bahwa dama rangkaian Gelar Budaya dilakukan selama 2 hari, yaitu pada tanggal 16 mei dan tanggal 17 mei sebagai puncak dan perayaan festival.

Hari pertama merupakan rangkaian kegiatan Pisowanan Sanga Sanga. Ritual pengambilan Air di dusun. Masing-masing kepala dusun atau yang dituakan di sembilan dusun mengambil air dari sumber mata air di dusunnya. Simbolis pengambilan air memiliki arti bahwa sebagai fakta integritas dari sembilan dusun untuk bersatu bersama sinergi dalam membangun dan memajukan Desa Wanurejo. Pelaksanaan pengambilan air menggunakan kendi kecil yang diambil pada pagi atau siang hari.

Prosesi Arak-Arakan. Pelaksanaan kegiatan dilakukan setelah Maghrib. Air yang berada di kendi kecil dibawa oleh wakil dari sembilan dusun berkumpul di mata air umbul tirta kemudian diarak menuju Makam Kyai Wanu Tejokusuma dengan urutan arak-arakan yaitu cucuk lampah, pembawa air (kendi) oleh sembilan dusun, pembawa tumpeng sembilan dari wakil dusunnya, diiringi dengan Laskar Sawer Wulung dan musik gamelan.

Setelah sampai dimakam Mbah Wanu, dilanjutkan prosesi dengan kegiatan laporan cucuk lampah kepada kepala desa bahwa utusan dari sembilano dusun telah siap menyatakan bersatu untuk memajukan Desa Wanurejo. Satu persatu wakil dusun memberikan kendi yang berisi air untuk dijadikan satu dalam wadah sampai selesai. Pembawa tumpeng kemudian meletakan tumpeng di sekitaran bejana yang berisi air (mengelilingi). Beksan 99 artinya harapan mendapatkan yang terbaik untuk Desa Wanurejo. Tarian ini dilakukan oleh 9 orang laki-laki dan 9 orang wanita sebagai simbolis dari sebuah persembahan dan penghormatan kepada cikal bakal Eyang Wanu Tejo Kusuma sebagai wujud syukur di tanah Wanurejo. Beksan sanga-sanga merupakan tari ritual persembahan khusus.

Rangkaian kegiatan Gelar Budaya Desa hari pertama diakhiri dengan Tahlilan atau doa bersama oleh Mbah Kaum. Kemudian dilanjut pituturan Kidung Dhandanggula Desa Wanurejo, dan ditutup dengan kembul bujana atau makan bersama.

Rangkaian kegiatan pada tanggal 17 Mei, yang merupakan puncak perayaan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat desa. Pak Ganang menyampaikan bahwa pada hari kedua, dipagi hari terdapat stand potensi desa yang berisi kuliner dan kerajinan sembilan dusun. Siang harinya terdapat arak-arakan pawai seni budaya dari sembilan dusun dengan Laskar Sawer Wulung berada dipaling depan barisan. Rangkaian kegiatan pada malam harinya yaitu pementasan kesenian sembilan dusun di stand potensi desa, pementasan tarian, wayang kulit dan diakhiri dengan penutupan doa wujud syukur atas keberkahan dan kelimpahan yang diberikan kepada masyarakat Desa Wanurejo serta memohon untuk selalu dalam lindunganNya.

 

Gambar

Narasumber

  • Ganang Tri Laksana, 43 tahun, pelaku budaya, dusun Ngenthak desa Wanurejo

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...