(Narasi oleh Salma Salsabila R. dan M. Shodek)

Narasi

Cerita ini dimulai pada suatu siang yang sedikit mendung, saya bersama teman-teman mendatangi sebuah rumah di Dusun Butuh, Desa Majaksingi. Pintu rumah setengah terbuka ketika kami datang, dan nampak seorang ibu yang sedang membungkus sesuatu. Beliau adalah Ibu Sumirah, biasa juga dipanggil Mbak Sum merupakan seorang penjual jamu tradisional. Sambil menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan kami, Mbak Sum menyuguhi dengan segelas beras kencur hangat. “Aku arep difoto barang ora mbak, mas? Tak ganti klambi, sik rada luwes” (Aku akan difoto juga tidak mbak, mas?) tanya beliau. “Nggih monggo” (Iya silahkan) sahut kami. Sembari menunggu Mbak Sum mengganti pakaian, kami meminum beras kencur hangat yang sudah disediakan di atas meja.

Pesanan online

Setelah berganti pakaian dengan lurik Jawa, beliau kemudian melanjutkan mbungkusi (membungkus) jamu bubuk sambil menjawab pertanyaan yang kami lontarkan. Ketika kami tanya kenapa harus berjualan dengan pakaian lurik Jawa, beliau menjawab “Yo ben pas wae mas, dodolan jamu nganggone klambi khas Jawa” (Ya biar pas saja mas, jualan jamu memakai pakaian khas Jawa). Tanya kami lebih lanjut, ternyata beliau sudah berjualan jamu tradisional ini dari tahun 2001, atau sejak berumur 28 tahun. Cara berjualan beliau dengan berjalan kaki sambil menggendong jamu yang sudah ditata rapi di dalam tenggok (bakul kecil). Meskipun jamunya dibilang masih tradisional, namun jamu Mbak Sum sudah terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. Selain jamu yang dapat dikonsumsi langsung, beliau juga membuat jamu berbentuk serbuk untuk mengikuti perkembangan zaman seperti sekarang. Jadi misal ada orang yang mau memesan jamu milik Bu Sumirah, bisa lewat cara online dan bisa menghubungi anaknya untuk memesan.

Jampi usada

Menurut Mbak Sum, kata Jamu itu ada singkatannya yaitu berasal dari kata jampi yang berarti ramuan obat dengan doa, dan usada artinya kesehatan. Lanjut bercerita, resep membuat jamu didapatnya bukan dari orang tua, melainkan beliau dapatkan dari kakak perempuannya yang dahulu juga seorang penjual jamu. Jamu yang dijual diantaranya beras kencur yang bermanfaat menambah nafsu makan dan meningkatkan stamina, kunyit asam cocok untuk yang sedang diet dan mencerahkan kulit, cabe puyang yang menjadi favorit bapak-bapak karena dapat menyembuhkan pegal linu, pahitan untuk mencegah diabetes dan terapi cuci darah, serta uyup-uyup berkhasiat meningkatkan produksi ASI.

Kebun herbal

Selain berjualan jamu, Mbak Sum juga berkebun berbagai tanaman bahan baku untuk membuat jamu. Tapi ketika belum waktunya panen, beliau akan membeli bahan-bahan di pasar. Pembuatan jamu biasanya dilakukan malam hari, menyiapkan semua bahan-bahan. Kemudian saat pagi sebelum subuh, beliau mulai meracik dan memasak bahan-bahan jamu tersebut. Baru setelahnya memasukkan jamu-jamu tersebut kedalam botol plastik. “Napa pas ndamel jamu, utawi pas dodolan didongani mbarang Mbak Sum?” (Kenapa saat membuat jamu, atau saat jualan didoakan juga Mbak Sum) tanya kami.

“Yo mesti mas, bismillah mugo jamuku cocok karo sik ngombe lan menyehatkan” (Ya harus mas, bismillah semoga jamuku cocok dengan yang meminum dan menyehatkan) jawab beliau sambil tersenyum.

Minuman vs Jamu

Sembari meminum beras kencur. Kami melanjutkan pertanyaan “Ha niku jamune sik dibungkusi didol teng pundi mawon?” (Itu jamu yang dibungkusi dijual di mana saja?). “Iki minuman tradisional mas, udu jamu” (Ini minuman tradisional mas, bukan jamu) sahut Mbak Sum. “La bedane napa niku?” (Lalu bedanya itu apa?) lanjut kami bertanya. Mbak Sum lalu menjelaskan perbedaan antara jamu dan minuman tradisional. Kalau jamu itu ada aturan minumnya. Ada tujuan mengobati, harus tepat ukuran yang dibuat dan tepat sasaran yang akan diobati. Sedangkan minuman tradisional, bisa diminum kapan saja, tidak ada aturan minumnya, dan tidak mengacu pada pengobatan. Biasanya hanya untuk membantu meringankan atau mengatasi suatu keluhan penyakit. Beberapa jam sudah tidak terasa, kami mengobrol dengan Mbak Sum. Sambil meneguk sisa beras kencur yang sudah mendingin, kami lalu berpamitan.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Ibu Sumirah, pelaku budaya, pembuat jamu tradisional, Dusun Butuh Desa Majaksingi

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...