(Narasi oleh Beni Purwandaru dan Tatak Sariawan)

Narasi

Tepat di hari Jum’at Kliwon 27 Agustus 2021 kami menyambangi seorang narasumber berikutnya yaitu Ki Sunu Kumaedi kelahiran Magelang 5 Desember 1951 atau sekitar 70 tahun lalu, adalah seorang pelaku seni Ketoprak lokalan juga seni Sholawatan Jawa yang berkediaman di Dusun Judahan Desa Candirejo Borobudur. Di kediaman beliau kami mengulik mengenai kidung penolak bala.

Dalam ritual tolak balak ada mantra atau kidung yang dibacakan di tengah malam. Salah satu kidung penolak bala adalah kidung yang dilakukan untuk keselamatan seorang bayi yang sering menangis. Dipercaya bahwa bayi lahir menangis dikarenakan si bayi masih dalam tahap adaptasi untuk menjalani kehidupan barunya. Maka dengan bacaan mantra kidung ini diharapkan si jabang bayi akan mendengarkan dan memperoleh ketenangan jiwanya. Disamping itu diharapkan terhindar dari gangguan mahluk-mahluk halus. Lirik kidung tersebut menurut tutur Ki Sunu Kumaedi adalah sebagai berikut;

 

Pitik tulak pitik tukung

Tetulake si jabang bayi

Lamun turu turokna bantal agung

Kemulana sutra wungu

Tinggalana sandang lan pangan

Sangonana puji lan dzikir

Rintik sahe para wali

Kinayungan para nabi

Ya laaila hailallah

Muhammadarrosulullah

 

Yang jika dijabarkan artinya adalah:

 

ayam tulak (adalah ayam berbulu hitam dan ada bulu putih di bagian sayapnya), ayam tukung (adalah ayam tak berbulu di ekor),

penolak balak bagi bayi,

saat tidur, tidurkan berlandaskan bantal Agung (yang dimaksud adalah kitab suci sebagai pegangan hidup),

berselimutkan sutera ungu,

berikanlah sandang dan pangan,

bekalilah puji dan dzikir.

ajaran baik dari para wali,

atas perlindungan para Nabi,

ya laaila hailallah

muhammadarrosulullah

Itulah kidung mantra penolak balak ala Ki Sunu Kumaedi yang sampai saat ini masih dipertahankan keberadaannya oleh beliau.

Demikianlah perburuan kami saat ini mudah-mudahan kita tetap bisa saling menjaga dan menghormati budaya-budaya yang ada di negeri kita tercinta. Terimakasih!

 

Gambar

 

Narasumber

  • Ki Sunu Kumaedi, 70 tahun, pelaku budaya, desa Candirejo

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...