(Narasi oleh Arif Sutoyo dan Nur Kholiq)
Narasi
“Kacang ora ninggal lanjaran” adalah peribahasa Jawa yang artinya sifat atau kelakuan anak tidak jauh berbeda dari orang tuanya. Peribahasa ini seringkali digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang dianggap negatif.
Pada saat mulai musim tanam tiba, akan sangat mudah menemukan banyak lanjaran yang tertancap dan tersusun rapi di lahan-lahan pertanian di Desa Ngargogondo. Lanjaran yang terbuat dari bambu ini adalah alat bantu pertanian yang gunanya untuk menopang pohon supaya lebih kuat berdiri. Selain untuk menopang, lanjaran juga digunakan para petani untuk merambatkan tanaman seperti kacang panjang, gambas, mentimun dan lainnya.
Penggunaan lanjaran di Desa Ngargogondo dapat dijumpai pada lahan pertanian milik Pak Harjo Basuki (58 tahun). Beliau menggunakan lanjaran untuk tanaman lomboknya, khususnya sebagai penopang ketika pohon lombok tumbuh besar nanti. Lanjaran seperti milik Pak Harjo Basuki biasa digunakan untuk beberapa kali musim tanam. Beliau memasang satu demi satu lanjaran bersama istrinya dengan menancapkannya di sebelah pohon lomboknya. Pohon lombok yang telah agak tinggi kemudian diikatkan menggunakan tali rafia pada lanjaran yang sudah berdiri agak miring atau menyesuaikan dengan kontur tanah. Masyarakat Desa Ngargogoondo mendapatkan lanjaran-lanjaran tersebut dengan cara membeli atau membuat sendiri sebelum musim tanam tiba.
Gambar
Narasumber
- Bapak Harjo Basuki, 58 tahun, Dusun Wagean Desa Ngargogondo.