(Narasi oleh Rangga Tsalisul A. dan Loh Sari Larasati)
Narasi
Sore ini saya ditemani Bapak saya sowan ke salah satu sesepuh desa di Dusun Tingal Wetan. Jarak rumah beliau kurang lebih 700 meter dari rumah saya. Sampai di sana saya langsung bertemu dengan Mbah Sutrisno (72 tahun) dengan pakaian sorjan dan hiasan ikat dikepalanya. Saya duduk di depan beliau dengan suguhan secangkir teh tubruk dan gula secara terpisah. Saya memulai obrolan dengan santai, selang sepuluh menit kami bergurau mulai saya bertanya mengenai Mata Air Umbul Tirto.
“Mbah, kalau mata air umbul tirto niku sejarahe pripun nggih?”
“Dulu ada pancuran empat. Dulu kulon sendang kae ada pancurannya itu berjejer-jejer empat ngono kae, dan ada recan (arca) namanya Biksu Ekalaya aliran Mahayana. Kalau sekarang ya sudah hilang entah kemana. Yang percaya ya airnya bisa untuk apa-apa tapi yang gak percaya ya sudah hanya untuk pemandian saja,” Mbah Sutrisno menjelaskan.
Di Mata Air Umbul Tirta terdapat bagian berbentuk piring besar terbuat dari batu berfungsi untuk menaruh sesajen sebagai srono permohonan dalam suatu permintaan tertentu. Sajen yang digunakan biasanya tertentu sesuai ‘bisikan’ yang didapat dari sana. Kalau tidak dapat bisikan bisa membawa bunga saja. Lanjut saya bertanya pada Mbah Sutrisno,
“Kembange nopo mawon nggih Mbah?”
“Yo teko kembang ngono to Le…”
“Simbah nate nyenyuwun ten mriku ?”
“Simbah yo wes tau teko sowan rono, bengi yo teko dolan wae ko ono bisikan Pisowanan Sanga Sanga.“
“Lha simbah nyuwun nopo niku?”
“Biasa, biyen lak do dolanan nomor ngono,” sambil tertawa terbahak-bahak mengenang.
“Bener sek metu angka 9, yo aku menang. Tapi nengkono yo aku ora gowo sesajen ngono wes teko rono wae, yo kuwi tergantung wonge sopo”, lanjut penjelasan dari Mbah Sutrisno.
Saat ini, lebih dikenal dengan naman Umbul Tirta. Nama ini diberikan dari kebijakan irigasi setempat waktu ada perbaikan. Mata Air Umbul Tirta dijadikan juga saat ini sebagai mata air suci karena dipercaya bahwa airnya mengalir berasal dari Candi Borobudur. Oleh karena itu air ini sering digunakan sebagai air suci untuk acara Waisak maupun Gelar Budaya Desa Wanurejo. Selain itu, banyak orang yang berikhtiar di sana dan sembuh. Untuk tata caranya yaitu mandi di sana pada malam hari selama kurang lebih tiga kali dengan memberikan sajen sesuai bisikan yang diterima.
Saat ini Umbul Tirta menjadi tempat wisata di Desa Wanurejo, dilihat dengan adanya warung-warung yang berdiri di sebelah kanan pohon beringin. Oleh karena itu rasa syukur akan adanya Umbul Tirto menjadi anugerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan dijadikanya lokasi wisata desa.
Gambar
Lokasi
-7.6118357,110.2175565
Narasumber
- Sutrisno, 72 Tahun, Sesepuh desa, dusun Tingal Wetan desa Wanurejo