(Narasi oleh Taufik Wahyono dan Abdul Majid)
Narasi
Limasan merupakan rumah tradisional masyarakat Jawa yang terbuat dari kayu. Rumah limasan masih banyak dijumpai di Desa Giritengah karena Desa Giritengah memiliki kontur tanah yang berbukit-bukit, sehingga biasanya ditanami pepohonan besar. Pohon-pohon besar tersebut di antaranya pohon jati, pohon sengon, pohon mahoni, dan pohon-pohon lain. Pohon-pohon tersebut masyarakat gunakan untuk membuat rumah limasan. Rumah limasan tersusun dari beberapa bagian, mulai dari umpak, soko, blandar dan pengarat, sunduk dan kili, ander, dudur, dan molo.
Umpak adalah landasan yang terbuat dari batu yang berfungsi sebagai alas tiang agar beban yang disebarkan ke tanah dapat merata. Soko merupakan tiang penyangga rumah limasan. Biasanya, rumah limasan memiliki 4 tiang utama yang disebut soko guru yang memiliki fungsi sebagai penyangga atau penyeimbang dari rumah limasan. Blandar dan pengerat adalah balok antara tiang yang berfungsi meneruskan beban dari atap ke penyangga. Sunduk dan kili terletak di bawah blandar yang memiliki fungsi sebagai pengunci agar rumah limasan tidak goyang dan mampu menahan beban dari rumah. Ander adalah tiang penyangga yang menopang balok paling atas (molo). Dudur adalah bagian yang terletak di pojok bagian ini memiliki fungsi sebagai penguat bangunan utama dan sebagai penghubung dari bangunan utama dengan tiang di pinggir. Molo adalah bagian paling atas yang berfungsi sebagai tempat meletakkan usuk. Tidak lupa juga ada wuwung atau penutup setiap siku genting atau atap. Bentuk wuwung sangat beragam sesuai daerah masing-masing.
Sebelum proses pembuatan rumah limasan, diadakan slametan atau doa bersama dan selalu mencari hari yang baik sesuai penanggalan Jawa supaya dalam proses pembuatan diberi keselamatan, dan ketika sudah jadi dan ditinggali, rumah akan lebih aman dan nyaman. Tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat di Desa Giritengah.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Ki Gondrong (41 tahun), Dusun Kalitengah, Desa Giritengah