(Narasi oleh Lukman Fauzi Mudasir)

Narasi

Produksi Tahu Tradisional milik Bapak Sukarman, 50 tahun dari Dusun Tamanan, dan Ibu Tarjiah 48 tahun dari Dusun Tamanan juga. Memulai usahanya sejak 1980 ini awalnya mendapatkan keterampilan dari desa lain. Setiap harinya Pak Sukarman menghabiskan 50 kg kedelai dan memiliki 5 orang karyawan yang berasal dari tetangga tetangga di sekitar rumahnya.

Bahan bakunya didapat dari para pedagang seperti kedelai, air, api, minyak goreng dan alat penggilingan.Cara pembuatannya sederhana, kedelai direndam selama 6 jam, digiling lalu direbus, disaring lalu dibumbui agar muncul tahu nya lalu air dibuang, lalu tahu dimasukkan cetakan. Limbah tahu ini sebagian dibuang ke kali dan sebagian dibuat nata de soya, dan ampas tahu dibikin gembus bungkus. Pemasaran tahu ini dijual disekitar.

Hampir setengah tahun semenjak mewabahnya pandemi Covid-19 di Indonesia, pukulan hebat masih dirasakan oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Banyak UMKM yang harus memutar otak untuk mencari strategi agar bisa bertahan hidup. Pengusaha pembuatan tahu Bapak sukarman mengakui usaha pabrikannya yang tidak diberi nama benar-benar merasakan pukulan hebat akibat dari pandemi. “Biasanya hasil dari pabrikan tahu ini membuat saya untung, tapi kali ini benar-benar merasa buntung semenjak adanya pandemi ini,” ujarnya saat ditanya. Omzetnya sama sekali tidak berubah.

Apalagi semenjak banyaknya PPKM diberlakukan yang memaksa beberapa perusahaan tahu terpaksa ditutup sejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai diterapkan. Tak hanya itu, Sukarman bahkan tidak pernah membuang tahu-tahunya lantaran minimnya pembeli. Padahal jumlah bahan baku kedelai untuk produksi tahu sudah dikurangi dari porsi biasa nya. Sukarman mengatakan, sebelum pandemi Covid-19, ia mengolah 3 kuintal kedelai untuk bahan baku tahu. Namun saat ini, bahan baku tersebut sudah dikurangi hanya 1 kuintal. Sementara itu tahu tidak bisa bertahan lama. “Kalau sudah 2-3 hari sudah busuk, makanya harus dibuang, ya kayak buang uang kan, ya rugi,” ucapnya.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Sukarman, 50 tahun, produsen tahu desa Borobudur
  • Ibu Tarjiah, 48 tahun, pelaku budaya, produsen tahu desa Borobudur

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...